AJARAN WAHIDIYAH

LILLAH Artinya : segala perbuatan apa saja lahir maupun batin, baik yang berhububungan dengan langsung kepada Alloh wa Rosulihi SAW maupun berhubungan dengan sesama makhluq, baik kedudukan hukumnya wajib, sunnah, atau mubah, asal bukan perbuatanyang merugikan yang tidak di ridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakanya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada Alloh dengn ikhlas tanpa pamrih ! LILLAH TA’ALA baik pamri ukhrowi, lebih – lebih pamri duniawi

BILLAH : merasa dan menyadari bahwa segalanya termasuk gerak gerik kita, lahir batin, tenaga, pikiran dll adalah ciptaan ALLOH MAHA PENCIPTA !. yakni ''laa haula walaa quwwata illaa billaah '' tiada daya kekuatan melainkan karena Alloh SWT.

LIRROSUL Di samping niat Lillah seperti di muka, supaya juga di sertai dengan niat LIRROSUL, yaitu niat mengikuti tuntunan Rosulullooh SAW

BIRROSUL Penerapannya seperti BILLAH keterangan di muka, akan tetapi tidak mutlak. Dan menyeluruh seperti BILLAH, melainkan terbatas dalam soal – soal yang tidak dilarang oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Jadi dalam segala hal apapun, segala gerak – gerik kita lahir batin, asal bukan hal yang dilarang, oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Disamping sadar Billah kita supaya merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa dari Rosulullooh SAW ( BIRROSUL )

YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH

Memenuhi segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa menuntut hak .mengutamakan kewajiban dari pada menuntut hak .contoh ;suami harus memenuhi kewajibannya terhadap sang isteri ,tanpa menuntut haknya dari sang isteri .dan isteri harus memenuhi kewajibannya terhadap suami,tanpa menuntut haknya dari sang suami .anak harus memenuhi kewajibannya kepada orang tua , tanpa menuntut haknya dari orang tua .dan orang tua supaya memenuhi kewaqjibannya terhadap anak, tanpa menuntut haknya dari si anak .dan sebagainya .sudah barang tentu jika kewajiban di penuhi dengan baik, maka apa yang menjadi haknya akan datang dengan sendirinya tanpa di minta .

TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFAH’ FAL ANFA’

Mendahulukan yang paling penting , kemudian yang paling besar manfaatnya . jika ada dua macam kewajiban atau lebih dalam waktu yang bersamaan dimana kita tidak mungkin dapat mengerjakannya ,bersama sama ,maka harus kita pilih yang paling aham ,paling penting kita kerjakan lebih dahulu . jika sama sama pentingnya ,kita ,pilih yang lebih besar manfaatnya

Sabtu, 15 Desember 2012

kuliah wahidiyah bab 4 ajaran wahidiyah


BAB IV
AJARAN WAHIDIYAH

Yang dimaksud dengan AJARAN WAHIDIYAH adalah: "Bimibingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam melaksanakan Tuntunan Rosuululloh SAW meliputi bidang Syari'at dan bidang Ha-qiqot, mencakup peningkatan iman, pelaksanaan islam dan perwujudan ihsan serta pembentukan moral/akhlaq".
Peningkatan iman menuju Kesadaran atau Ma'rifat kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Pelaksanaan Islam sebagai realisasi dari pada ketaqwaan terhadap Alloh SWT Tuhan Yang Maha Esa.
Pewujudan ihsan sebagai nunifestasi dari pada iman dan islam yang kaamil (sempurna). Pembentukan   moral/akhlaq   untuk   mewujudkan   akhlaaqul-karimah.
Bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam memanfaatkan potensi lahiriyah yang ditunjang oleh pendayagunaan potensi batiniyah/spiritual yang seimbang dan serasi.
Jadi bimbingan praktis tersebut meliputi segala bentuk kegiatan hidup dalam hubungan manusia terhadap Alloh Wa Rosuulihi SAW (hablum minalloh) dan hubungan manusia di dalam kehidupan masyarakat sebagai insan sosial (hablun minnass) : hubungan manusia terhadap keluarga dan rumah tangga, terhadap bangsa, negara dan agama, terhadap sesama ummat manusia segala bangsa serta hubungan manusia terhadap segala makhluq lingkungan hidup pada umumnya.
Secara ringkas AJARAN WAHIDIYAH tersebut dirumuskan sebagai berikut :
لِلَّه ِ- بِاللَّهِ
LILLAH- BILLAH

لِلرَّسُوْلْ-بِالرَّسُوْلْ
LIRROSUL – BIRROSUL

لِلْغَوْثْ-بِالْغَوْثْ
LILGHOUTS – BILGHOUTS

يُؤْتِى كُلُّ ذِىْ حَقٍّ حَقَّةْ
YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQOH

تَقْدِيْمُ اْلاَهَمْ فَاْلاَهَمْ ثُمَّ اْلاَنْفَعْ فَاْلاَنْفَعْ
TAQDIIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA' FAL ANFA' FUNGSI MANUSIA HIDUF DI DUNIA

Sebelum kita membahas satu persatu pengertian dan bagaimana penerapan AJARAN WAHIDIYAH tersebut, marilah kita renungkan kita fikirkan lebih dahulu apakah fungsi manusia dihidupkan oleh Alloh di dunia ini. Kita perhatikan firman Alloh :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلآئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً (2-البقرة:30)

Artinya kurang lebih :
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : "Sesungguhnya AKU hendak menjadikan Kholifah di muka bumi”. (2-Al Baqoroh : 30)

Yang dimaksud “Kholifah” adalah Nabi Adam 'alaihissalaam yang menurunkan seluruh ummat manusia. Jadi setiap manusia, sebagai anak keturunan Nabi Adam 'alaihissalaam dengan sendirinya menjadi ahli waris Kholifah Allah di bumi. Dan sebagai ahli waris, secara Adami berarti setiap manusia mempunyai tugas kewajiban dan tanggung jawab menjalankan kekholifahan.
"Kholifah Alloh" atau "Wakil Tuhan" di bumi diberi tugas mengatur kehidupan dunia ini menjadi kehidupan yang baik dan benar yang diridhoi Alloh SWT Tuhan Maha Pencipta yang telah melimpahkan mandat "Kholifah" kepada Nabi Adam 'alaihissalaam tersebut. Untuk membimbing uramat manu­sia melaksanakan mandat "Kholifah” itu maka Alloh telah memilih di antara hamba-hamba-NYA di jadikan Nabi Pemimpin ummat, dan di antara Nabi-Nabi ada yang ditetapkan sebagai Rosul Utusan Alloh dengan dibekali Kitab Suci sebagai tuntunan hidup bagi ummat manusia. Nabi dan Utusan yang terakhir sekali adalah junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosululloh SAW dengan Kitab Suci Al Qur'an sebagai pedoman dan tuntunan hidup manusia sampai akhir zaman Yaumul Qiyaamah.
Di dalam menjalankan fungsinya sebagai Kholifah Alloh di bumi, manusia tidak bebas begitu saja tanpa arah, melainkan harus mengikuti haluan garis besar pokok yang harus dituju oleh manusia adalah seperti yang telah ditetapkan di dalam Al Qur'an Surat no. 51 Adz-Dzaariyaat Ayat 56  :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ (51-الذاريات:56)
Artinya kurang lebih ;
"Dan tiada AKU menciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya mereka beribadah mengabdikan diri kepada-KU". (51-Adz-Dzaariyaat: 56).

Jadi segala perbuatan dan tingkah laku manusia dalam segala keadaan, situasi dan kondisi yang bagaimanapun hidup di dunia ini harus diirahkan untuk mengabdikan diri beribadah kepada Alloh SWT, harus menjadikan sebagai pelaksanaan dari pada '"LIYA'BUDUUNI". Jadi ibadah itu tidak hanya terbatas pada menjalankan syahadat, sholat, zakat, nuasa dan haji yang menjadi rukun Islam itu saja, juga tidak hanya teratas pada menjalankan ibadah-ibadah sunnah seperti membaca Al-Qur'an, membaca Dzikir, membaca sholawat dan sebagainya, akan tetapi di samping itu semua, segala gerak gerik manusia, segala tingkah laku. dan perbuatannya, sepanjang tidak melanggar larangan Alloh, harus dijadikan sebagai pelaksanaan ibadah kepada Alloh, Jika hidup manusia ini tidak selalu diarahkan untuk pengabdian diri ibadah kepada Alloh, ini berarti manusia telah menyimpang dari haluan hidup yang telah digariskan Alloh SWT dalam Ayat tersebut di atas. Suatu penyelewengan suatu penyalahgunaan mandat, suatu dosa besar yang harus segera ditobati !.
Shohabat Ibnu Abbas rodiyallohu 'anhu seorang mufassir Al Qur'an yang terkenal pada zaman Kanjeng Nabi SAW menafsirkan kata "liya' rifuuni'' dalam Ayat tersebut yakni "liya' rifuuni". Artinya agar supaya mereka jin dan manusia ma'rifat, mengenal atau sadar kepada-KU (Alloh). Jadi segala hidup dan kehidupan manusia (dan jin) menurut tafsir ini harus sepenuhnya diarahkan atau sebagai sarana untuk ma'rifat atau mengenal Alloh SWT Tuhan Yang Mana Pencipta.
Setengah dari pada syarat yang prinsip di dalam menjalankan iba­dah yalah harus disertai adanya niat di dalam pelaksanaan perbuatan ibadah tadi. Disertai niat, niat ibadah!. Jika tidak disertai niat ibadah, apapun macamnya perbuatan, perbuatan taat sekalipun, amal perbuat­an tersebut tidak dicatat sebagai ibadah. Dan jika tidak dicatat sebagai ibadah, rupa sholat sekalipun, adalah menjadi maksiat, merupakan dosa. Sabda Rosululloh SAW menegaskan hal niat ini sebagai berikut:

إِنَّمَا اْلاَعْمَالُ بِالنِّياَّتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَانَوَى… الحديث (رواه البخارى ومسلم وغيرهم عن عمر رضى الله عنه)
Artinya kurang lebih :
"Sesunggubnya segala amal perbuatan itu ditentukan (tergantung/dinilai) menurut niatnya, dan sesungguhnya bagi seseorang itu ter­gantung pada apa yang ia niatkan..."(Riwayat Bukhori dan Muslim dan lainnya dari Umar Ibnul-Khottob rodiyallu 'anhumaa).
Niat itu letaknya di dalam hati. Kelihatannya seperti perkara sepele akan tetapi menentukan sekali. Jika tidak kebetulan, artinya kurang mendapat perhatian, bisa menghancurkan bangunan ibadah keseluruhannya.
Bertitik tolak dari firman Alloh dalam Surat Adz-Dzaariyat Ayat 56 dan Hadits shoheh tersebut di atas, beliau Al Mukarrom Romo K.H, Abdoel Madjid Ma'roef Muallif Sholawat Wahidiyah memberikan bimbingan praktis di dalam pelaksanaan niat ibadah sebagai realisasi dari pada "liya'abuduuni" tersebut, yaitu dengan melatih dan membiasakan hati mengetrapkan "LILLAH".

" LI L L A H "
Artinya, segala amal perbuatan apa saja, perbuatan lahir dan perbuatan batin baik yang wajib, yang sunnah dan yang mubah, lebih lebih yang berhubungan langsung kepada Alloh wa Rosuulihi SAW seperti sholat, puasa, haji, baca Qur’an, baca sholawat dan sebagainya, maupun yang hubungan di dalam masyarakat di dalam kehidupan sehai-hari seperti makan, minum, tidur, istirahat, mandi, bekerja dan sebagainya, asal bukan perbuatan yang terlarang, asal bukan perbuatan yang tidak diridloi Alloh, asal bukan perbuatan yang melanggar syari'at dan undang-undang, pokoknya asal bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakannya supaya di sertai niat beribadah kepada Alloh dengan ikhlas LILLAHI TA'ALA tanpa pamrih suatu apapun. Baik pamrih duniawi maupun pamrih ukhrowi !.
Dengan menyertakan niat ibadah LILLAH (dalam hati terutama) di dalam segala perbuatan yang tidak terlarang seperti itu, menurut Hadits tersebut diatas maka perbuatan-perbuatan apa saja yang kita lakukan dapat mempunyai nilai ibadah. Dicatat dan dinilai sebagai ibadah. Dan dengan demikian maka telah bersesuaian dengan kehendak Alloh yang di gariskan didalam ayat 56 Surat Adz-Dzaariyat tersebut. Sekali lagi harus diingat bahwa yang boleh dan bahkan harus disertai niat ibadah LILLAH adalah terbatas. Terbatas pada perbuatan-perbuatan yang tidak terlarang.
Adapun perbuatan - perbuatan yang melanggar syari'at, perbuatan perbuatan yang melanggar undang-undang, perbuatan perbuatan yang tidak diridloi Alloh, yaitu pokoknya perbuatan perbuatan yang merugikan, baik merugikan diri sendiri maupun dan lebih-lebih merugikan orang lain, sama sekali tidak boleh disertai niat ibadah LILLAH!. Maknanya harus dijauhi dan ditinggalkan!. Betapapun kecil dan remehnya!. Harus berusaha sekuat mungkin untuk menjauhkan dan meninggalkan!.
Dan di dalam menjauhi atau meninggalkan itulah yang harus disertai niat ibadah LILLAH!. jangan sampai di dalam kita menjauhi atau me­ninggalkan mungkarot itu di dorong oleh kemauan nafsu!. Harus LILLAH  ibadah kepada Alloh!. Menjalankan printah Alloh!. Titik !. Tidak ingin begini begitul. Demikian seterusnya di dalam kita menja­lankan amar ma'ruf nahi mungkar, harus dengan niat ibadah kepada Alloh dengan ikhlas LILLAH !. Jangan karena terdorong oleh nafsu supaya begini dan begitu !. Akan merusak dan menghancurkan nilai bangunan amal yang kita kerjakan.
Masalah pamrih atau berkeinginan, ingin kepada. hal yang menggembirakan yang menyenangkan, ingin kepada kebaikan-kebaikan seperti ingin pahala, surga dan sebagainya, atau takut dari perkara yang menakutkan seperti kesusahan, penderitaan, siksa, neraka dan sebagai­nya, itu diperbolehkan. Bahkan sewajarnya harus begitu!. Sebab manusia tidak lepas dari sifat basyariah, yang mempunyai keinginan-keinginan dan harapan-harapan serta kemauan-kemauan yang semuanya bersumber dari nafsu, dan nafsu itupun adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia sehingga menjadi makhluq yang lebih lengkap dan paling sempurna di antara makhluq-makhluq lainnya. Maka nafsu seperti itulah yang harus diarahkan!. Diarahkan menurut arah yang telah digariskan Tuhan yaitu "liya'buduuni" tersebut. Di­arahkan untuk ibadah kepada Alloh!. Jika tidak diarahkan, pasti akan terjadi himpunan hawa nafsu yang serakah dan mengakibatkan penyelewengan dan penyalahgunaan!. Akhirnya menghancurkan manusia itu sendiri bahkan bisa menghancurkan ummat dan masyarakat.
Maka di dalam berkeinginan atau pamrih seperti di atas harus di­sertai niat ibadah kepada Alloh dengan ikhlas LILLAH !.
Jadi jelasnya, kita bersembahyang, kita berpuasa, kita mengeluarkan zakat, kita menunaikan ibadah haji, kita membaca Qur'an, membaca dzikir, membaca sholawat dan sebagainya itu supaya disertai niat ibadah yang sungguh-sungguh ikhlas LILLAH !. Jangan sampai kita melakukan semuanya tadi karena ingin surga, ingin pahala, takut nera­ka, ingin terhormat, ingin terpuji, ingin kaya dan sebagainya!. Begitu juga di dalam kita bekerja, di dalam kita belajar, di dalam kita berjuang untuk bangsa agama dan negara, di dalam kita mengurus dan mengatur rumah tangga, kita ke sawah kepasar kekantor ke toko, dan ketika kita makan minum tidur istirahat mandi dan sebagainya dan sebagainya supaya dengan niat ibadah kepada Alloh dengan ikhlas semata-mata LILLAH tanpa pamrih !. Begitu Juga kita berkeinginan, berkemauan, berangan-angan berpikir dan sebagainya harus disertai niat ibadah kepada Alloh - LILLAH !. Jadi benar-benar melaksanakan pernyataan yang kita baca pada setiap sholat yaitu :
اِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِىْ وَمَحْحَايَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعٰالَمِيْنَ

"Sesunggubnya sholatku, ibadahku, bidup dan matiku adalah untuk Alloh Robbul 'Alamin".
Dan mengetrapkan di dalam hati apa yang sering kita baca di dalam Surat Al Fatihah":
اِيَّاكَ نَعْبُدُ

"Hanya kepada-MU yaa Alloh aku mengabdikan diri."..
Dengan demikian boleh dikatakan hati kita senantiasa bertahlil:
لآاِلَهَ اِلاَّالله
"Tiada Tuhan melainkan Alloh,"
Ilmiah dan pengertian mudah dipelajari mudah dihafal. Akan tetapi disamping ilmiah disamping pengertian, perlu diusahakan penerapan dan pelaksanaan ilmiah yang sudah kita miliki. Orang mempunyai ilmu akan tetapi ilmunya tidak diterapkan tidak diamalkan, dia sangat terkecam sekali dan akan mengalami bahaya yang sangat berat. Di dalam kitab Az-Zubad dikatakan :
فَعَالِمْ بِعِلْمِهِ لَمْ يَعْمَلَنْ * مُعَذَّبٌ مِنْ قَبْلِ عُبَّادِ الْوَثَنْ

"Orang yang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya besok akan disiksa lebih dahulu dari pada penyiksaan para penyembab brabala”

Itu suatu kecaman yang berat. Jadi jelasnya, amal perbuatan apa saja, berupa sholat sekalipun jika tidak disertai niat ibadah LILLAH otomatis disalah gunakan oleh nafsu. Atau LINNAFSI, nuruti keinginan nafsu!. Dan nafsu adalah menjadi sarang iblis dan setan !. . Kelak di neraka tempatnya !.
Di dalam Wahidiyah = alhamdu Lillah dengan memperbanyak Mujahadah Wahidiyah di samping terus menerus melatih hati dengan niat LILLAH seperti di atas, alhamdu Lillah dikarunia banyak kemajuan dan peningkatan dalam hal beribadah kepada Alloh dengan niat ikhlas LILLAH tersebut.
Sekali lagi, amal perbuatan apa saja, atau ibadah apa saja, sekalipun rupa sholat, zakat puasa naik haji, membaca Qur’an membaca dzikir membaca tahlil membaca sholawat, menolong orang lain, memberikan shodaqoh dan amal-amal kebajikan lainnya, jika tidak disertai niat iba­dah LILLAH ikhlas karena Alloh, tidak dlcatat sebagai ibadah kepada Alloh. Dan jika tidak dicatat sebagai badah kepada Alloh berarti ibadah kepada selain Alloh. Menyembah selain Alloh !. Kepada siapa ?. Kepada nafsunya sendiri. Menyembah dirinya sendiri dengan memperalat sholat, zakat, dan seterusnya tadi. Sholatnya, zakatnya, hajinya, membaca Qur-an membaca sholawat dan sebagainya dikerjakan hanya sebagai kedok untuk nuruti keinginan nafsunya. Ingin begini ingin begitu, pamrih begini pamrih begitu dan sebagainya !. Suatu pendorhakaan terhadap Alloh yang sangat keterlaluan !. Harus cepat-cepat bertobat dan mengadakan perbaikan, atau membiarkan dirinya dibakar oleh api neraka akibat amal-amal ibadah yang tidak ikhlas LILLAH itu !. "
Mari kita mengadakan koreksi kepada diri kita masing-masing ! AL FATIHAH !........

Sekali lagi mari kita perhatikan dan kita terapkan firman Alloh

arab



Artinya kurang lebih :
"Dan tidaklah mereka diperintah melainkan supaya menyembah (beribadah/mengabdikan diri kepada ) Alloh dengan ikhlas karena Alloh LILLAH dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka menjalankan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang tegak.".
(98-Al Bayyinah : 5).

Di dalam "Al Qur'an dan Terjemahannya" Departemen Agama RI diterangkan bahwa yang dimaksud "menjalankan agama dengan lurus" artinya terbebas dari syirik dan dari kesesatan. Untuk menyelamatkan dari bahaya "syirik" dan kesesatan, Ajaran Wahidiyah memberikan bimbingan yaitu penerapan "BILLAH".

"BILLAH"
BILLAH artinya, di dalam segala perbuatan dan gerak gerik lahir maupun batin, dimanapun dan kapan saja, supaya hati senantiasa merasa bahwa yang menciptakan dan merintahkan itu semua adalah ALLOH SWT Tuhan Maha Pencipta. Jangan sekali-kali mengaku atau merasa mempunyai kekuatan dan kemampuan sendiri!. Jadi mudahnya, menerapkan di dalam hati makna dari :


arab
"Tiada daya dan kekuatan melainkan atas tithb Alloh - Billah ".
Menerapkan firman Alloh :

Arab

"Dan Allohlah yang menciptakan kamu sekalian dan apa-apa yang kamu sekalian perbuat". (37 - As-Shoffaat -96).


Arab
"Dan kamu sekalian tidak dapat menghendaki (tidak dapat berkehendak) melainkan apabila dikebendaki Alloh Tuhan semesta alam". (81 - At-Takwir- 29).

Jadi jelasnya, di dalam kita melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan, berpikir dan sebagainya, supaya hati selain sadar dan merasa bahwa yang menggerakkan yang menitahkan itu semua adalah Alloh!. Merasa BILLAH !. Semuanya BILLAH !. Tidak ada sesuatu yang tidak BILLAH !. Ini harus kita rasa di dalam hati !. Tidak hanya cukup pengertian dan keyakinan dalam otak !. Bukan sekedar pengertian ilmiah saja !. Kita membaca buku" ini, kita memahami buku ini - BILLAH !. Buku yang anda baca inipun BILLAH. Diri kitapun BILLAH !. Mari terus merasa begitu !. Merasa BILLAH!.
Sumber dari segala kehancuran, kebobrokan moral, penyelewengan dan penyalahgunaan, pertengkaran, permusuhan, kekacauan dan seba­gainya adalah berada di dalam nafsu. Nafsu yang mempunyai ciri khas yaitu pamrih. Maka sifat pamrihnya nafsu ini harus diarahkan. Diarahkan dengan sistim penerapan niat LILLAH dan sadar BILLAH seperti diatas.
Jika sifat pamrih itu dibiarkan tidak diarahkan dengan niat LILLAH maka akan makin menjadi-jadi dan bercokol dengan lekat sekali di dalam hati. Makin lama makin tebal, makin lama makin besar dan makin kokoh kemudian muncul satu "kerajaan" di dalam hati. Yaitu "KERAJAAN ANANIYAH" atau rasa ke-AKU-AKUAN atau egosentris. Aku yang usaha, aku yang mengerjakan, aku yang berkuasa, aku yang menentukan. Kalau tidak karena aku   ............   dstnya.
Orang yang hatinya sudah dijajah oleh imprialis nafsu seperti itu segala langkah dan amal perbuatannya disetir oleh nafsunya, dan diarah­kan kepada apa yang menjadi kepuasan nafsu. Segala amalnya, tindakannya, perbuatannya, semata-mata hanya untuk nuruti kemauan nafsunya. Tanpa memandang benar atau salah, tidak perduli haq atau batal diterjangnya. Tidak perduli, sekalipun orang lain menderita. Yang penting puas !. Itu lah sifat nafsu.. Selakah, dengki dan membabi buta. Hanya ingin enak dan kepenak, senang dan puas tanpa memperhitungkan akibatnya. Pada hal akibatnya pasti menjeromos kepada kehancuran, kebinasaan dan kesengsaraan sebab tidak mengikur tuntunan Alloh Maha Pencipta Maha Kuasa !. Bahkan tidak mau tahu kepada Tuhan-nya.
Baru setelah mengalami kesengsaraan dan kehancuran baru merasa bahwa telah diombang ambingkan oleh nafsunya sendiri. Dan jika terus mendapat pertolongan Alloh barulah dia menyadari menginsafi dosa perbuatan dan tindakannya kemudian baru mau prihatin dan bertobat. Akan tetapi jika tidak memperoleh pertolongan dari Alloh, dia akan makin terus berlarut-larut di dalam kesengsaraan dan di dalam kegelapan penyesalan yang merongrong jiwanya. Penyesalan di dunia masih ada kesempatan untuk memperbaiki, masih ada harapan bisa tertolong. Akan tetapi penyesalan di akhirot sudah tidak berarti, tidak ada kesem­patan untuk memperbaiki. Pintu tobat sudah tutup. Sudah terlambat. Tinggal. merasakan kepedihan siksa dahsyat buat selama-lamanya. !.
Oleh karena itu selagi masih ada kesempatan di dunia ini, mumpung masih hidup belum pindah ke alam kubur, harus usaha sekuat mungkin untuk membebaskan diri dari imprialis nafsu tersebut ! . Untuk berperang melawan nafsu, melepaskan diri dari blenggu imprialis nafsu !. "Jihaadun-nafsi", memerangi nafsu!. Mulai sekarang juga !. Jangan ditunda-tunda !. Nafsu harus kita kuasai harus kita arahkan !. Cara yang paling praktis dan tanpa risiko untuk menguasai dan mengarahkan nafsu yalah terus menerus menerapkan sadar BILLAH disamping niat LILLAH seperti di atas dan sambil dipupuk dengan Mujahadah Sholawat Wahidiyah. Sadar BILLAH adalah masalah yang paling pokok !. Ini soal iman, soal tauhid yang menentukan bahagia atau tidaknya seseorang !. Harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh. !.
"Jihaadun-nafsi" adalah perang besar-besaran yang tidak mudah. Mungkin kalah mungkin menang. Sekalipun bagaimana beratnya ji­haadun-nafsi akan tetapi setiap orang yang menginginkan keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirot harus meiakukannya !. Kalau tidak berbuat berarti kalah!. Kalah dan dikuasai oleh imprialis nafsunya !. Menjadi budak dari pada nafsunya!. Maju mungkin tatu, akan tetapi mundur jauh lebih hancur!. Mandeg,kejiret !. Maka dari itu lebih baik harus terus maju !. Maju melawan, menguasai dan mengarahkan nafsu !.
Sekembalinya pasukan islam dari perang Badar Rosuululloh SAW bersabda:

رَجَعْناَ مِنَ الْجِهَادِ اْلاَصْغَرِى اِلَى الْجِهَادِ اْلاَكْبَرِ. قِيْلَ يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَا الجِهَادُ اْلاَكْبَرِ قَالَ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم: جِهَادُ النَّافْسِ (رواه البيهقى)

Artinya kurang lebih. :
"Kita baru kembali dari perang kecil dan akan menghadapi perang besar". Ditanyakan oleh para shohabat : yaa Rosuulalloh, perang besar yang mana lagi ?. Menjawablah Rosuululloh saw. "Jihaadun-nafsi" - memerangi nafsu ". (Riwayat Baihaqi).
Jadi tiap manusia pasti berhadapan dengan nafsunya sendiri-sendiri. Dan oleh karena itu harus memerangi nafsunya itu !. Nafsu harus dikuasai dan diarahkan oleh manusia !. Jangan sebaliknya, manusia yang dikuasai dan dikendalikan oleh nafsu !.
Cara yang paling praktis untuk menguasai dan mengarahkan nafsu yalah dengan :
a.    Melatih  hati   dengan  niat  LILLAH  dan sadar BILLAH,  dan
b.    Bersungguh-sungguh   di   dalam    bermujahadah   berdepe-depe memohon ampunan, perlindungan dan petunjuk Alloh SWT,
Asal sungguh-sungguh, pasti diberi petunjuk dan pertolongan oleh Alloh, sebagaimana firrnan-NYA :
فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا(29-العنكبوت-69) وَالَّذِينَ جَاهَدُوا
Artinya kurang lebih  :
"Dan orang-orang yang berjihad bersungguh-sungguh di dalam menuju kepada Kami, pasti akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami". (29 - Al Ankabut - 69).
Sekali lagi, orang yang tidak mau jihaadunnafsi, tidak mau memerangi dan mengarahkan nafsunya, tidak atau kurang Mujahadahnya istilah Wahidiyah, dia tidak bisa bebas dari cengkeraman imprialis naf­sunya. Otomatis dia jauh dari Alloh !. Makin lama makin jauh, makin lama makin berlarut-larut. ngujo (melampiaskan) nafsunya. Dan dia tidak merasa bahwa diperbudak nafsunya. Makin banyak amal-amal ibadahnya makin dalam dia terjeromos di dalam lumpur dosa. Dia tidak merasa. Sekalipun kelihatan lahiriahnya menjalankan ta'at menjalankan ibadah begini begitu, akan tetapi sesungguhnya bukan ibadah kepada Alloh melainkan menyembah kepada nafsunya sebab tidak disertai niat yang ikhlas LILLAH. Ada pamrih yaitu nuruti keinginan nafsu. Pamrih ingin pahala, ingin surga agar selamat dari neraka, ingin terhormat ingin terpuji ingin mulya dan sebagainya dan sebagainya.
Ibadah yang tidak ikhlas karena Alloh, tidak LILLAH, tidak akan diterima, oleh Alloh. Dan kalau ibadah tidak diterima, bukan ibadah lagi namanya melainkan maksiat. Berat akibatnya lebih-lebih besok di akhirot.
Lebih berat lagi dari pada itu yalah kalau disamping ibadahnya yang sudah tidak ikhlas itu dia mengaku atau merasa mempunyai kemampuan sendiri. Merasa mampu menjalankan ibadah. Dia tidak sadar bahwa dapatnya melakukan ibadah itu adalah karena mendapat fadlol pertolongan dari Alloh swt. Dia ingkar terhadap pemberian Alloh. Dia tidak sadar BILLAH.
Orang yang tidak merasa BILLAH otomatis ujub, riyak dan takabbur sekalipun dalam kadar yang sangat halus sekali.
"Yang disebut 'ujub yalah merasa atau mengaku dirinya mempunyai kelebiban atau mempunyai kemampuan ".
Apabila rasa berkemampuan itu diperlihatkan kepada orang lain, diperlihatkan dengan lisanul-hal atau dengan lisanul-maqol lebih-lebih dengan keduanya namanya "riyak". Dan apabila merasa dirinya lebih baik dari pada orang lain, namanya takabbur.
Pertingkah hati seperti 'ujub, riyak takabbur dan sebagainya adalah perbuatan yang merusak menghancurkan ama-amal ibadah yang dikerjakan pada saat itu oleh karena termasuk syirik mempersekutukan Alloh. Syirik khofi - syirik mempersekutukan Alloh secara samar-samar. Sekalipun syirik khofi itu tidak sampai merusakkan iman akan tetapi tetap syirik dan justru berat sekali akibatnya. Justru merupakan sumber segala penyelewengan dan penyalah gunaan, sumber dari segala kedholiman. Dan umumnya orang tidak merasa, saking halusnya. Karuan se­kali kalau syirik jali - mempersekutukan Tuhan secara terang-terangan. Dia jelas-jelas ingkar terhadap Alloh, dia kafir tidak punya iman. Sedangkan kalau syirik khofi dia masih mempunyai iman masih percaya kepada Alloh, akan tetapi dengan diam-diam dia mengimbangi menandingi Alloh. Dia merampas atau menggasap hak-haknya Alloh, merong-rong kekuasaan Alloh, mengekup kekuasaan Alloh !. Mengapa tidak ?. Allohuqoodirun - Alloh yang berkuasa. Ini percaya. Akan tetapi di samping itu dia juga merasa kuasa merasa mempunyai kemampuan. Buktinya bisa berusaha bisa bekerja   bisa menjalankan. ibadah. Kalau tidak
karena usahaku.....dapatkah rizki jatuh sendiri dari langit?........
dan sebagainya.
Dosa syirik, sekalipun syirik khofi berat sekali siksa dan akibatnya. Firman Alloh  :
إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِك بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا (4-النساء:48)
Artinya kurang lebih  ;
"Sesungguhnya Alloh tidak memberi ampun jika dipersekutukan dan Alloh mengampuni dosa-dosa selain dosa syirik bagi orang yang IA kehendaki; dan barang siapa syirik Billah maka sungguh ia telah melahirkan dosa besar". (4 -An-Nisaak -48).
Dengan dasar firman Alloh itulah disamping pengamalan dzauqiyyah maka beliau SYekh Abi! Hasan Asy - Syadzali Ghoutsu Zamanihi rodiyallohu 'anhu memberikan peringatan :
مَنْ لَمْ يَتَغَلْغَلْ فِى عِلْمِنَا هٰذَا كَانَ (وَفِى رِوَايَةٍ مَاتَ) مُصِرًّا عَلَى الْكَبآئِرِ وَاِنْ عَمِلَ مَا عَلِمَ وَهُوَ لاَيَعْلَمْ
"Barang siapa tidak mencicipi ilmuku ini (sadar BILLAH) maka dia tetap membawa dosa besar sekalipun betapa banyak ibadahnya dan dia tidak menyadarinya".
Berat sekali akibat dan siksanya dosa syirik. Jangankan seperti kita-kita para ummat yang penuh berlumuran dosa, sedangkan Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW yang Habiibulloh nomer satu, juga para Nabi dan para Rosul sebelum Kanjeng Nabi 'ala Nabiyyina wa 'alaihimus-sholaatu wassallam, yang beliau beliau tersebut sudah dijamin ma'shuum terpelihara dari dosa-dosa, masih juga diberi peringatan oleh Alloh SWT tentang syirik. Firman Alloh. ;
وَلَقَدْ اُوْحِىَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰاسِرِيْنَ.
Artinya kurang lebih :
"Dan sungguh telah diwahyukan kepada-Mu dan kepeda orang-orang (Nabi-Nabi) sebelum Engkau, jika Engkau melakukan syirik pasti amal-amal-Mu menjadi lebur. dan (oleh karenanya) Engkau termasuk golongan orang-orang yang mengalami kerugian besar". (39 - Az-Zumar - 65).
Begitu beratnya ancaman Alloh terhadap orang yang melakukan dosa syirik. Dosa tidak merasakan makna "LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAH". Makin banyak ibadahnya makin besar dosanya, makin berat siksanya. Amal-amal yang baikpun ikut hancur lebur tiada gunanya tidak ada manfaatnya. Malah di samping tidak ada manfaatnya, besok di akhirot dirupakan siksa untuk menyiksa yang bersangkutan.
Maka dari itu mujaahadatun-nafsi harus senantiasa terus menerus ditingkatkan di dalam tiap gerak dan laku!. Antara lain dengan terus menerus melatih hati LILLAH BILLAH. Dan jangan sampai berhenti karena merasa sudah bisa LILLAH BILLAH !. Dapatnya mengetrapkan LILLAH BILLAH itu juga harus merasa BILLAH !. Jangan merasa dapat LILLAH BILLAH sendiri. Dan dapatnya BILLAH yang kedua juga BILLAH !. Dan seterusnya.
Nafsu itu pandai sekali menggoda hati. Tidak hanya di dalam keadaan maksiat saja hati digoda dirayu oleh nafsu, akan tetapi justru di dalam keadaan tho'at pun makin kuat usaha dan tipu daya nafsu untuk menggelincirkan agar tho'atnya menjadi rusak menjadi ternoda. Buktinya ketika orang sedang di dalam sembahyang misalnya, nafsu menggoda dengan mengajak hati ingat ini ingat itu, bahkan mengakui itu bisa sembahyang; sembahyangku paling khusyu', orang-orang pada melihat aku, aku lebih baik lebih rajin lebih khusyuu' dari pada si Anu si Anu dan sebagainya. Maka timbullah 'ujub riyak takabbur ketika sedang sembahyang. Pokoknya, nafsu senantiasa mengintip mencari kesempatan dan siap siaga untuk mencaplok hati yang lengah, hati yang tidak ingat kepada Alloh, hati yang tidak merasa BILLAH !. Sekejap saja hati lengah, secepat kilat nafsu menguasai dan memerintah hati menyelewengkan arah tujuan pokok.. Jika hati menjadi sadar BILLAH kembali, nafsupun melarikan diri dengan sendirinya. Akan tetapi selalu siap untuk mengadakan serangan penggodaan berikutnya dengan cara yang lebih halus lagi. Maka dari itu kita harus senantiasa waspada dengan terus meningkatkan penerapan LILLAH BILLAH dan dibantu dengan Mujahadah - Mujahadah Sholawat Wahidiyah !.
Beliau Al Mukarrom Romo K.H. Abdoel Madjid Ma'roef Muallif Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah menganjur-amanatkan ke­pada kita agar supaya lebih memperbanyak membaca kalimah nidak :
يَاسَيِّدِى يَارَسُوْلَ الله
kapan dan dimanapun- kita berada dan ada kesempatan, di samping Mu­jahadah Wahidiyah pada waktu tertentu. Kita baca dengan lisan atau
dalam batin melihat situasi dan kondisi. Alhamdu Lillah besar sekali manfaatnya bagi hati di dalam menerapkan LILLAH BILLAH.
Kita bahas lagi tentang BILLAH. Sebab ini masalah pokok, masalah TAUHID, masalah IMAN yang paling menentukan. Ada perbedaan di dalam pengetrapan LILLAH dan BILLAH.
Pengetrapan niat LILLAH adalah terbatas. Terbatas pada hal-hal yang tidak dilarang syari'at. Perbuatan atau tindakan yang dilarang syari'at, baik perbuatan lahir ataupun perbuatan batin sama sekali tidak boleh disertai niat LILLAH !.Seperti maksiat misalnya, sama sekali ti­dak boleh diniati sebagai ibadah LILLAH !. Maknanya tidak boleh di-kerjakan !.
Adapun kesadaran rasa BILLAH itu mutlak. Tidak terbatas melainkan menyeluruh. Menyeluruh dalam segala keadaan, situasi dan konsisi, dalam segala tingkah laku lahir maupun batin, harus . ... harus merasa BILLAH !. Tanpa kecuali. Tidak membe da - bedakan tho'at atau maksiat. Sekalipun di dalam keadaan maksiat (baik yang tidak disengaja ataupun yang disengaja), harus merasa BILLAH !.
لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِالله
"Tiada daya dan kekuatan melainkan atas titah Alloh - Billah",
قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللهِ  (4-النساء:78)

"Katakanlah   (wahai Muhammad)  segala sesuatu itu datang dari Alloh". ( 4 - An-Nisaak - 78).
Orang maksiat yang tidak merasa BILLAH dosanya dobel. Pertama dosa maksiat itu sendiri, dosa melanggar syari'at, dosa melanggar larangan Alloh dan kedua dosa tidak sadar BILLAH. Bahkan dosa yang kedua ini yang lebih berat. sebab termasuk dosa syirik sekalipun syirik khofi, syirik secara samar-samar. Bidang TAUHID harus begitu. Harus BILLAH !.
Hal tersebut tidak boleh diartikan bahwa kita diperboleh melakukan maksiat asal sudah bisa BILLAH. Tidak, tidak berarti begitu. Perkara boleh atau tidak, itu bidang syari'at bidang LILLAH !. Sedang BILLAH adalah bidang iman, bidang TAUHID !. Kita harus mengisi segala bidang !. Kita isi sepenuh mungkin !. Di dalam bidang syari'at, maksiat tetap maksiat, dilarang menjalankannya. Harus dicegah dan dihindari sekuat mungkin !. Apabila terpaksa menjalankan maksiat harus diakui itu terlarang tidak boleh dikerjakan. Maka harus cepat-cepat menghindar dan bertobat. Di dalam kita menghindarkan diri dari maksiat dan bertobat itulah yang harus disertai niat LILLAH disamping sadar BILLAH senantiasa ! . Begitu seterusnya !.
Ayat berikutnya yakni Ayat nomer 79 An - Nisak berbunyi  :
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ (4-النساء:79)

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Alloh, dan apa saja bencana yang menimpa dirimu adalah dari kesalahan dirimu sendiri." (4 - An-Nisak - 79).
Ini contoh bagaimana kita mengisi bidang syari'at dan bidang adab. Apa yang kita rasakan baik harus kita sadari itu dari pemberian Alloh, maka kita harus meningkatkan syukur kita kepada Alloh. Dan apa yang kita rasakan tidak baik harus kita akui dengan jujur bahwa itu adalah akibat perbuatan dan kesalahan kita. Akibat dosa-dosa kita. Maka harus secepatnya bertobat memohon ampun dan memperbaiki hal-hal yang kurang baik. Harus merobah sikap atas perbuatan yang kurang baik tadi !.
Begitu pengetrapan segi LILLAH segi syari'atnya. Adapun segi B1LLAH, segi Tauhid, harus kita sadari kita rasakan bahwa semua itu BILLAH.
LAA HAULA WALAAQUWWATA ILLA BILLAH. "QUL KULLUM-MIN 'INDILLAH" seperti diatas.
Alhamdu Lillah !. Bifadillahi wa rohmatih, wabisyafaa'ati Rosuulil-
lahi SAW wa tarbiyatih, wa bibarokati wa nadhroti wa karomati Ghoutsi Haadzaz-Zaman wa A'waanihi wa saairi Auliyaai - Ahbaabillahi rodiyallohu Ta'ala 'anhum, alhamdu Lillah kita para Pengamal Wahidiyah dengan memperbanyak Mujahadah Wahidiyah di karuniai bertambah kuat daya tahan mental hati kita dari godaan-godaan dan pengaruh jahadnya nafsu sehingga di karuniai lebih mudah dan bertambah-tambah di dalam mengetrapkan LILLAH —BILLAH, sekalipun masih harus senantiasa usaha kearah peningkatan yang lebih baik lagi !.
ALHAMDU LILLAH, HAADZA MIN FADLI ROBBI !.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّىْ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى اَتاَناَ * بِالْوَاحِدِيَّةِ بِفَضْلِ رَبِّناَ
(Segala puji bagi Allob yang telh mendatangkan kepada kami Sholawat Wabidiyah dan Ajaran Wabidiyah dengan fadlol Tuhan kami).
يَاسَيِّدِى الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ * عَلَيْكَ يَارَءُوْفُ يَارَحِيْمُ
(Duhai Pemimpin kami, sholawat dan salam semoga tercurah ke pangkuan-Mu duhai Kanjeng Nabi yang bersifat rouf, duhai Kanjeng Nabi yang bersifat kasih sayang).

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (9-التوبة:128)
"Sesungguhnya telah datang kepadamu sekalian seorang Rosul dari kalangan kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terbadap orang-orang mukmin".
وَالآلِ قَدْ اُسْرِعَتْ الْحَوَآئِجُ * بِكَ الْهُدَى الرِّضَا الْفُتُوْحُ الْفَرَجُ
(Dan begitu juga (sbolawat serta salam semoga tercurah) kepada Keluarga-Mu duhai Kanjeng Nabi. Sungguh, berhasilnya bermacam-macam hajat, datangnya berbagai petunjuk dan keridloan Alloh dan terbukanya hati (serta jalan) sehingga bisa keluar dari bermacam - macam kesulitan dan kesempitan, semua itu telah dipercepat (bagi kami), sebab memperoleh jasa-jasa baik dari Engkau duhai Kanjeng Nabi).

اَنْتَ الْمُشَفَّعُ الشَّفِيْعُ اشْفَعْ لَناَ * عِنْدَ الْكَرِيْمِ عَبَدًا وَرَبِّناَ
(Engkau duhai Kanjeng Nabi yang dapat mensyafa'ati dan diterima syafa'atnya; syafa'atilah kami disisi Tuhan Maha Mulya, dan didik serta bimbinglah kami selama-lamanya !).
Begitulah pada hakekatnya, sebab yang mutlak dari segala fadlol dan robmat Alloh SWT itu, bahkan sebab diciptakannya seluruh makhluq ini, tidak lain adalah Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad shollallohu ‘alaihi wassallam. Oleh sebab itu kita wajib syukur dan sadar atau ma'rifat atau mengenal lahir batin kepada Kan­jeng Nabi SAW.
Cara bersyukur terima kasih kepada Kanjeng Nabi SAW yang praktis dan meliputi yalah dengan mengetrapkan dalam hati "LIRROSUL— BIRROSUL" disamping merasa "Bihaqiiqotil Muhammadiyyah" seperti sudah kita bahas pada Bab At-Ta'alluq Bijanaabihi SAW dimuka.

“LIRROSUL”

Segala amal ibadah atau perbuatan apa saja asal tidak melanggar syari'at Rosul, di samping disertai niat LILLAH seperti diatas, supaya juga disertai niat mengikuti tuntunan Rosululloh saw !. Jadi dalam sega­la perbuatan apa saja asal tidak melanggar Syari'at Islam, niatnya harus dobel !. Niat LILLAH dan niat LIRROSUL !.
Dengan tambahan niat LIRROSUL di samping niat LILLAH se­perti itu, nilai kemurnian ikhlas makin bertambah bersih. Tidak mudah diridu oleh iblis, tidak gampang disalah gunakan oleh kepentingan nafsu. Di samping itu pengetrapan LIRROSUL juga merupakan diantara cara Ta'alluq Bijanaabihi SAW  hubungan atau konsultasi batin de­ngan Kanjeng Nabi SAW. Dengan mengetrapkan LIRROSUL disamping LILLAH secara terus menerus insya Alloh lama-lama hati dikaruniai su-asana seperti mengikuti Rosululloh SAW atau seperti bersama-sama dengan Rosuululloh SAW di mana saja kita berada terutama ketika menjalankan amal-amal ibadah apa saja. Dengan demikian situasi batin kita benar-benar dapat menduduki "hakikatnya mengikuti" atau mengikuti secara hakiki seperti sudah kita bahas di muka, "HAQIIQOTUL MU-TAABA'ATI RUKYATUL MATBUU'I 'INDA KULLI SYAI-IN" = mengikuti yang haqiqi harus melihat kepada yang diikuti pada segala keadaan segala situasi dan kondisi.
Adapun dasar atau dalil mengenai penerapan LIRROSUL banyak sekali kita jumpai di dalam AI Qur'an. Antara lain bahkan berupa perin-tah :
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (8-الانفال:1)
Artinya kurang lebih :
"Dan taatlah kepada Alloh (LILLAH) dan Rosul-NYA (LIRRO­SUL) jika kamu sekalian orang-orang yang beriman." (8 - Al Anfal -1 )
يَا أَيَّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ (8-الانفال:20)

Artinya kurang lebih :
"Wahai orang-orang yang berinan, taatlah kepada Alloh (LILLAH) dan Rosul-NYA (LIRROSUL), dan janganlah kamu sekalian berpaling dari pada-NYA sedangkan kamu sekalian mendengar". (8 Al-Anfal-20).

آمَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ (48-محمد:33) يَا أَيَّهَا الَّذِينَ

Artinya kurang lebih ,:
"Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Alloh (ILLAH) dan taatlah kepada Rosul (LIRROSUL) dan janganlah kamu sekali­an membatalkan   (merusakkan) amal-amal kamu sekalian". (47 -Muhammad - 33).

وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (الاحزاب:71)
Artinya kurang lebih ;
"Dan barang siapa taat kepada Alloh (LILLAH) dan Rosul-NYA (LIRROSUL), maka sungguh ia memperoleh kebahagiaan yang agung". (33 - Ai - Ahzaab - 71).
Orang yang hatinya selalu merasa mengikuti Rosuululloh SAW disamping niat ibadah kepada Alloh dalam segala perbuatan yang tidak melanggar syari'at agama dan undang-undang, lebih-lebih ketika menjalankan amal-amal ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah atau yang mubah sekalipun, otomatis sangat berhati-hati sekali, tidak berani sembrono tidak berani berkutik. Sikapnya selalu hormat dan tawaddlu' kepada siapapun, lisaanul hal dan lisaanul maqolnya senantiasa sopan dan ramah tamah, sebab disinari oleh pancaran takholluq bi akhlaaqil-Lahi wa bi akhlaaqi Rosuulihi SAW. Selalu hormat kepada yang se atasnya dan kasih sayang kepada yang sebawahnya. Senang menolong ke­pada orang lain dan masyarakat, baik diminta ataupun tidak diminta. Pertolongan lahiriyah dan atau pertolongan batiniyah. Mudahnya, dia ketularan akhlaq Rosuululloh SAW yang rohmatan lil 'alamiin itu. Ketika menjalankan amal-amal ibadah terutama, dia lebih berhati-hati lagi jangan sampai tingkah lahir dan batinnya merusakkan amal ibadahnya sehingga di tolak oleh Alloh SWT.

BIRROSUL

Ini termasuk bidang Haqiqot seperti halnya dengan BILLAH. Sedangkan LILLAH dan LIRROSUL adalah bidang Syari'at.
Pengetrapan BIRROSUL yalah :
Disamping sadar BILLAH seperti di atas, supaya juga sadar dan merasa (rumongso lan kroso - bahasa Jawa) bahwa segala sesuatu termasuk diri kita dan gerak-gerik diri kita lahir maupun batin yang diridloi Alloh, adalah sebab jasa Rosuululloh shollallohu -'alaihi wassalam.
Jadi, dalam segala langkah dan gerak-gerik kita lahir maupun batin yang bagaimanapun saja asal tidak melanggar syari'at Rosul SAW, hati ki­ta harus merasa menerima jasa dari Rosuululloh SAW. Jasa tersebut terus mengalir berkesinambungan tiada putus putusnya. Jika dihindari sekejap saja oleh jasa Rosululloh SAW, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan wujud kitapun jika dihindari oleh jasa Rosul SAW, menjadi 'adam seketika !'
Jadi pengetrapan BIRROSUL itu seperti BILLAH akan tetapi terbatas, tidak mutlak seperti BILLAH. Terbatas hanya dalam hal-hal yang diridloi Alloh wa Rsouulihi SAW. Maka ketika dalam maksiat misalnya, tidak boleh merasa BIRROSUL. Akan tetapi merasa BILLAH, harus ! Pembatasan tersebut adalah mengisi bidang adab. Dan kita harus menempatkan segala sesuatu pada kedudukan atau proporsi yang sebenarnya !. Bidang syari'at harus kita isi sepenuh-penuhnya dan setepat mungkin, dan bidang haqiqot juga harus kita terapkan setepat mungkin. Begitu juga bidang adab harus kita isi setepat-tepatnya, tidak boleh kita abaikan !.
Langit bumi seisinya ini termasuk manusia. adalah rohmat kasih dari Alloh SWT. Dan rohmat kasih tersebut disalurkan melalui Rosuululloh SAW sebagaimana firman-NYA :
وَمَا أَرْسَلْنٰاكَ إِلارَحْمَةً لِلْعٰالَمِينَ (الانبياء:107)
Artinya kurang lebih :
"Dan tiadalah AKU mengutus Engkau  (Muhammad) melainkan rohmat bagi seluruh 'alamin.". (21 -Al - Anbiya -107).
Jadi seluruh 'alamin ini termasuk manusia berhutang budi atau dalarn pembahasan di atas kita memakai istiiah "mendapat jasa" dari Rosuululloh SAW.  Islam dan iman di dada kita ini adalah jasa dari Rosuululloh SAW. Jasa yang paling besar i nilainya. Tidak dapat di ukur dengan harta atau materi yang berapapun banyaknya ! Bahkan, segala apa saja yang terdapat didalam diri pribadi manusia, yang ada di luar pribadinya , yang ada disekelilingnya, yang ada di hadapannya yang kelihatan mata atau yang tidak kelihatan, yang dapat diraba oleh panca indera atau yang tidak dapat, semuanya itu adalah jasa Rosuulul­loh SAW. Tanpa Rosuululloh shollallohu 'alaihi wassallam manusia sudah menjeromos kepada kesewenang-wenangan, pertikajan dan per-musuhan satu sama Iain akhimya terseret kepada bencana kehancuran dan malapetaka kesengsaraan. Firman Alloh SWT :
وَكُنْتُمْ عَلىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا(3-ال عمران:103)
Artinya kurang lebih  :
"Dan kamu sekalian sudah berada di tepinya jurang neraka lalu Alloh menyelamatkan kamu sekalian dari padanya". (3 –Ali’Imron -103).
Tepi "urang neraka yaitu kebobrokan moral dan kebiadaban manu­sia yang sudah tidak kenal kepada pri kemanusiaan. Yaitu yang dilaku-kan manusia zaman jahiliyah menjelang diutusnya Kanjeng Nabi Besar Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam sebagai Utusan Alloh.
Jadi diutusnya Kanjeng Nabi SAW seba^i Rosul Alloh itu adalah demi untuk menyelamatkan manusia yang nyaris menjeromos kepada kehancuran dan kebinasaan akibat kebiadaban perbuatannya sendiri. jadi fungsi Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosuululloh SAW  di samping fungsinya yang Iain-lain adalah juru Penyelamat Ummat manusia atau Pembebas manusia dari kesesatan dan kehancuran. Akan tetapi sayangnya, kebanyakan manusia tidak menyadari tidak mau tahu betapa agungnya jasa Rosuululloh SAW tersebut. Kebanyak­an manusia mau berlarut-larut terus diombang-ambingkan oleh nafsu-nya tetapi tidak merasa. Renungkan Finnan Alloh :
كَلآ إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى* أَنْ رَآهُاسْتَغْنَى*(97-الحلق:6-7)

Artinya kurang lebih :
"Ketahuilah !. Sesitnggubnya manusia benar-benar berlarut-larut melampaui batas, menganggap dirinya serba cukup." (96-AI-'Alaq -6-7).
Dengan mengetrapkan LIRROSUL BIRROSUL disamping LILLAH BILLAH, manusia dapat mendudukkan dirinya sebagai ABDULLOH-hamba Alloh yang benar dan sebagai ummat Muhammad Rosuululloh SAW yang benar. Kita yakin orang seperti itu dilindungi oleh Alloh dan didukung oleh Rosuululloh SAW di dalam hidup dan kehidupannya. Hidupnya orang seperti itu benar-benar, membawa berkah bagi orang Iain dan bagi masyarakat, bagi bangsa dan negaranya. Bahkan bagi ummat manusia dan makhluq pada umumnya. Orang LIRROSUL BIR­ROSUL di samping LILLAH BILLAH merasa seolah-olah dirinya seper­ti dilihat oleh Rosuululloh SAW, dirinya senantiasa diincar oleh Alloh SWT.,Sehingga dengan demikian dia tidak berani berkutik tidak berani berbuat soal-soal yang tidak dirdloi oleh Alloh wa Rosuulihi SAW. Alloh SWT menjamm orsng seperti itu selamat dari 'azab siksa Alloh'.
لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (8-الانفال:33) وَمَا كَانَ اللهُ
Artinya kurang lebih ;
"Dan Alloh sekali-kali tidak akan menyiksa mereka, sedang Engkau berada di antara mereka. Dan tidaklah Attob akan mengazab mereka selagi mereka memohon ampun." (8 - AlAnfd 33 ).
Demikian antara lain penting dan manfaatnya mengetrapkan LIR— ROSUL BIRROSUL di samping LILLAH BILLAH. LIRROSUL terma-suk pelaksanaan bidang syari'at dan BIRROSUL realisasi bidang haqiqot secara batiniyah. Keduanya harus kita terapkan setepat-tepat-nya !. Tidak cukup hanya sebagai pen^rtian ilmiah saja. Harus benar-benar dirasakan di dalam hati. Jika hanya dipakai sebagai ilmiah saja, tidak diterapkan di dalam rasa hati, bahayanya justru malah lebih berat dari pada yang belum mengerti sama sekali, Alhamdu Lillah dengan giat melakukan Mujahadah Wahidiyah kita dikaruniai peningkatan - pening-katan sekalipun masih harus terns kita tingkatkan lagi. Terus kita ting-katkan, tidak ada batasnya !.

"LILLAH-BILLAH"

Semua orang beragama, agama apa saja, sama-sama dikaruniai ke-mampuan oleh Alloh SWT Tuhan Maha Kuasa dapat mengetrapkan LILLAH BILLAH dalam hatinya. LILLAH BILLAH bukan suatu upa-cara keagamaan, melainkan keseragaman sikap hati manusia beragama atau manusia yang iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi LILLAH BILLAH itu seharusnya menjadi uniform hati setiap manusia yang me-nyatakan diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa.
Bagi kita bangsa Indonesia yang mengakui dan menggunakan fal-safah Pancasila sebagai pedoman atau tuntunan hidupnya, dimana sila pertama dari Pancasila itu ke-Tuhanan Yang Maha Esa, dituntut oleh Pancasila itu sendiri agar supaya setiap bangsa Indonesia mengetrapkan LILLAH BILLAH. Atau jika memakai istilah Pancasila : UNTUK TUHAN YANG MAHA ESA dan SEBAB TUHAN YANG MAHA ESA. Diterapkan di dalam hati setiap bangsa Indonesia dalam segala langkah -dan kegiatan hidupnya.
LILLAH    =    lil Tuhan Yang Maha Esa.
=    Untuk Tuhan Yang Maha Esa
BILLAH    =    Bil Tuhan Yang Maha Esa.
=    Sebab Tuhan YangMaha Esa.

Kita semua setiap bangsa Indonesia diberi kemampuan dapat me-ngetrapkan itu. Semua !. Dari segenap lapisan masyarakat bangsa In­donesia. Dari pemeluk agama apa saja dan dari  pengikut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa mana saja, mampu.. Pengetrapan LILLAH BILLAH tidak membutuhkan syarat-syarat yang berat, tidak membu-tuhkan ilmiah yang sukar-sukar. Tidak memerlu kan batasan tingkat-tingkat hidup dan tidak ada pembatasan umur sudah dewasa atau belum dewasa. Semua, sekali lagi semua, diberi kemampuan oleh Alloh Tuhan Maha Pencipta. Yang penting ada kemauan !. Hanya modal kemauan ini yang diperlukan  !. Siapa ada kemauan pasti menemukan jalan !. Firman Alloh :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوافِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا (29-العنكبوت-69)
Artinya kurang lebih :
"Dan orang orang yang bersungguh-sungguh di dalam menuju ke~ pada-Ku, pasti AKU tunjukkan berbagai jalan-KU". (29 —Al 'An-kabut - 69).
Jelas di situ  "ALLADZIINA" = orang-orang atau orang banyak. Tegasnya lagi, m a n u s i a.
Ilmiah atau teori mudah dipelajari mudah dihafal LILLAH begini, BILLAH begitu dan seterusnya. Akan tetapi pengetrapannya, praktek-nya, perlu perhatian yang khusus dan serius !. Pengetrapan itu digerak-kan dan dituntun oleh HIDAYAH dari Alloh SWT. Boleh dikatakan jika tidak mendapat hidayah dari AJloh SWT tidak memperoleh syafa'at dari Rosuululloh SAW tidak mendapat barokah karomah nadhroh Ghoutsu Haadzaz-Zaman wa A'waanihi wa Saairi Auliyaai - Ahbaabil-laahi rodiyallohu Ta'ala 'annum, sukar atau tidak mungkin dapat me-ngetrapkan. Pada hal, ilmu yang tidak diamalkan itu terkecam sekaii.
اَلْعِلْمُ بِلاَعَمَلٍ كَالنَّحْلِ بِلاَ عَسَلٍ

"Ilmu tanpa amalbagaikan lebab tanpamadu".
Yang ada hanya sengat (entup-Jawa>nya saja. Mungkin hanya bisa menyengat (ngentup-Jawa) orang lain/masyarakat saja. Ibarat ada orang sakit bukan memberikan madu obatnya melainkan malah memberikan racun sekali,. Jelas merugikan diri sendiri karena tidak punya madu, dan merugikan orang lain karena sengatannya,
Oleh sebab itu, disamping kita mempelajari ilmu-ilmui (ilmu apa saja), yang lebih penting lagi adalah usaha memperolen hidayah !. Caranya antara lain dengan Mujahadah seperti sudah kita bahas di muka. Telah diperingatkan oleh RosuuhiUoh SAW:
مَنْ اِزْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدُدْ هُدًى لَمْ يَزْدُدْ مِنَ اللهِ اِلاَّ بُعْدًا (رواه ابو منصور والديلمى عن جابر رضى الله عنه)
Artinya kurang lebih :
"Barang siapa bertambah Umunya dan tidak bertambah hidayahnya, dia bukan menjadi  dekat (kepada Alloh),melainkan babkan sema­kin jauh dari Alloh ",( Riwayat Abu Mansur Ad-Dailami dart Jabir RA).
Semakin jauh, berarti semakin dibendu oleh Alloh. Semakin .dikutuk oleh Alloh !. Jadinya semakin berlarut larut, semakin besar menimbulkan kerugiah di dalam masyarakat !. Mari kita lebih berhati-hati !. tidak perlu mengoreksi orang lain , mari kita koreksi diri kita sendiri !.
Alhamdu Lillah ! Dengan Mujahadah - Mujahadah Wahidiyah menurut pengalaman yang   sudah- sudah, banyak dikaruniai taufiq dan hidayah dari Alloh yang tidak atau jarang kita peroleh diluar menjalankan Mujahadah Wahidiyah. Mari kita laksanakan sebagian !.
اَلْفَاتِحَةْ!
يَا رَبَّناَ اللَّهُمَّ صَلِّ سَلِّمِ * عَلَى مُحَمَّدٍ شَفِيْعِ اْلاُمَمِ
وْاْلآلِ وَاجْعَلِ اْلاَنَامِ مُسْرِعِيْنَ * بِالْوَاحِدِيَّةِ لِرَبِّ الْعٰالَمِيْنَ.
يَا رَبَّناَ اغْفِرْ يَسِّرِ افْتَحْ واهْدِنَا * قَرِّبْ وَاَلِّفْ يَبْنَناَ يَارَبَّناَ
اَلْفَاتِحَةْ!




"LIRROSUL BIRROSUL
Ini terbatas, tidak universal seperti halnya LILLAH BILLAH. Ter-batas hanya dapat dilakukan oleh orang yang beragama Islam tentunya. Ummat agama selain Islam mungkin ada halangan mengetrapkarmya. Akan tetapi juga tidak mustahil  ada jalan untuk itu. Wallohu A'lam !,
Kita sebagai ummat Islam wajib mengetrapkan LIRROSUL BIRRO­SUL disamping LILLAH BILLAH. Yaitu    merupakan konsekwensi
batiniyah kita selaku ummat Rosuhilloh SAW.
LILLAH BILLAH dan LIRROSUL BIRROSUL merupakan reali-sasi praktis atau konsekwensi batiniyah dari Dua Kalimah Syahadah : ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR-ROSUULULLOH. Jadi orang yang senantiasa LILLAH BILLAH dan LIRROSUL BIRROSUL itu berarti terus mene­rus hatinya musyaahadah tauhid dan musyaahadah risaalah. Istiiah Iain
hatinya terus menerus membaca Kalimah Syahadatain dengan penuh pengabdian, penghayatan dan kesadaran yang mendalam.
Masalah kesadaran kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW adalah masalah prinsip bagi setiap ummat Rosuululloh SAW, masalah paling pokok yang akan menentukan bahagia atau sengsara. Oleh karena itu hams kita perhatikan hams kita usahakan dengan serius, disamping memper-hatikan soal-soal lain yang kita butuhkan. Kebutuhan jasmani dan ke-butuhan ruhani, kebutuhan material dan kebutuhan spiritual !. Bahkan justru di dalam kita melaksanakan dan men^si bidang-bidang yang hams kita penuhi, supaya selalu dijiwai LILLAH BILLAH dan LIR­ROSUL BIRROSUL yang harus terus menerus kita tingkatkan dan kita sempurnakan tanpa ada batasnya !.
Sekali lagi, ilmiah mudah dipelajari atau dihafal. Akan tetapi tum-buhnya rasa LILLAH BILLAH LIRROSUL BIRROSUL atau penge                                                    trapan dzauqiyyahnya, tergantung kepada HIDAYAH dari Alloh SWT. Dan untuk memperoleh hidayah ini diperlukan bantuan dan bimbing-an dari Penuntun atau Pembimbing. Yaim orang yang sudah ahli dan berpengaiaman yang mempunyai wewenang atau kompeten yaitu yang menerima tugas dari Alloh SWT untuk membimbing masyarakat didalam perjaknan wushul ma'rifat kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Di dalam dunia Tasawwuf, Pembimbing tersebut dikenal. sebagai Mursyid yang Kaamil dan Mukammil. Orang yang sudah sempurna dan mampu menyempurnakan orang lain.
Di dalam perjalanan manusia menuju wushul -sadar ma'rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW jika tidak ada yang membimbing, pada umumnya mengalami kebingungan dan tersesat jalan oleh berbagai gangguan dari iblis yang sangat haJus sekali sehingga yang bersangkutan tidak merasa. Ibaratnya orang akan menghadap raja atau Presiden harus berhubungan dan melalui orang yang ditugaskan oleh Presiden atau Raja mengatur masalah tersebut. Tanpa melalui Pejabat Kerajaan atau kepresidenan yang bcrkompeten maka sulir sekali bahkan tidak mung-kin bisa berhasil menghadap. Sekalipun dari kalangan tingkat atas, seka-lipun dia sudah mempelajari dan mengerti cara-cara atau jalannya meng­hadap Presiden/Raja. Begitu jua soal kesadaran, soal wushul ma'rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW harus melalui Pembimbing yang ber-kompeten mengantarkan wushul. Tidak culcup hanya mempelajari teori atau ilmiah saja.
Kita di dalam Wahidiyah berkeyaidnan seperti keyakinan di dalam dunai tasawwuf bahwa Ghoutsu Hadzaz Zaman rodiyallohu 'anh adalah Priagung ya^ig berkompeten di zaman sckarang mengantarkan dan mem­bimbing masyarakat sadaf kepsda Alioh wa Rosuulihi SAW.
Maka oleh karena itu kita para Pengamal Wahidiyah dan masyarakat Saalikin pada umumnya pcrlu dan harus mengadakan hubungan dengan Beiiau Oioutsu Haadzaz-Zamau rodiyallohu 'anh, terutama hubungan sercara batiniyah. Diantara cara hubungan dengan Ghoutsu Haadzaz-Zaman R.A. tersebut adalah mengetrapkan di dalam hati "LILGHOUTS BILGHOUTS".

“LILGHOUTS”

Cara pengetrapannya sama dengan pengetrapan LILLAH dan LIRROSUL. Yaitu disamping niat ikhlas ibadah kepada Alloh dan niat mengikuti tuntunan Rosuululloh SAW, supaya ditambah lagi niat mengikuti bimbingan Ghoutsu Haadzaz-Zaman RA - LILGHOUTS. Ini pengetrapan niat di dalam hati. Jadi tidak merobah ketentuan keten-tuan lain di bidang syari'at. Dan juga terbatas kepada soal-soal yang diridloi Alloh wa Rosuulihi SAW. Hal-hal yang terlarang seperti maksiat misalnya, sama sekali tidak boleh disertai niat LILGHOUTS !. Finnan Allah:
وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ (31-لقمان:15)
Artinya kurang lebih :
"Dan ikutilah jalannya orang yang kembali kepada-KU". (31 Luq-man -15).
Kita yakin bahwa "ASHDAQU   MAN ANAABA" pada zaman se-
karang ini adalah Ghoutsu Hadzaz-Zaman RA. Beliau adalah seorang yang "AALIMUN BILLAHI WABI AHKAAMIHI" orang yang 'Arif Billah dan menguasai (faham dan mengetrapkan) hukum-hukum Alloh. Beliau adalah seorang Mursyid yang Kaamil Mukammil. Keterangan lebih Ian jut tentang Ghouts lihat bab Ghouts di belakang.

“BILGHOUTS"
Pengetrapan juga sama dengan pengetrapan BIRROSUL. Sadar dan raerasa bahwa kita senantiasa mendapat bimbingan ruhani dari Beliau Ghoutsu Hazaz-Zaman RA, Sesungguhnyalah bimbingan ruhani dari Ghoutsu Haadzaz-Zaman RA seperti itu selahi memancar kepada selu-ruh ummat dan masyarakat. Baik tidak disadari oleh masyarakat lebih-lebih jika disadarmya. Sebab, pancaran bimbingan Ghoutsu Hadzaz-Zaman RA yang meauntun "inaabaji". kembali kepada Alloh atau pan­caran "FAFIRRUU ILAllOHI WA ROSUUUHI SAW" itu jnemancar secara otomatis sebagai fautir-butir mutiara yang keluar dari hibuk hati seorang yang lakholluq bi akhlaaqi Rosuulillahi shoilaHohu 'alaihi wasallam yang "rohmaUn 13 'alamin " itu.
Pengetrapan LILGHOUTS BILGHOUTS boleh dikatakan terma-suk menyempumakan syukur kita kepada Alloh SWT. Artinya, disam­ping kita bersyukur kepada Alloh  Pelimpah segala taufiq, hidayah dan segala ni'mat, kita harus syukur/terima kasih, sekurang-kurangnya mengerti kepada siapa yang menjadi sebab datangnya ni'mat tersebut. Kalau tidak demikian, yakni hanya syukur kepada Alloh saja dan tidak mau tahu kepada orang yang menjadi sebabnya ni'mat diberikan oleh Alloh, maka syukur yang demikian itu sesuai sabda Rosuululloh SAW masih belum bisa dikatakan syukur yang sesungguh-sungguhnya syukur.
مَنْ لاَيَشْكُرِ الناَّسَ لَمْ يَشْكُرِ الله َ(رواه الترمذى عن ابى هريرة)
Artinya kurang lebih :
"Barang siapa tidak syukur / terhna kasih kepada manusia, dia tidak bersyukur kepada Allot", (Riwayat Tirmidzi dart Abu Hu-roiroh).
Yang dimaksud "manusia" dalam Hadits tersebut adalah orang yang menjadi perantara atau sebabnya kita memperoleh ni'mat. Kita yakin bahwa Beliau Ghoutsu Haadzaz-Zaman RA merupakan "WASIILAH" (Perantara), dan Rosuululloh SAW adalah "WASIILATUL-'UDHMA" (Perantara Agung) dari segala ni'mat yang kita terima dari Alloh SWT dan Pengantar kita di dalam berjalan menuju wushul - sadar kepada-NYA.
Pengetrapan LILGHOUTS BILGHOUTS jika dipelihara dengan baik dan dengan segala adab-adabnya, besar sekali menimbuikan rangsang di dalam pengetrapan LILLAH BILLAH dan L1RROSUL BIRROSUL, Malah seperti otomatis. Begitu mengetrapkan LILGHOUTS BIL­GHOUTS spontan terasa LILLAH BILLAH dan LIRROSUL BIRRO­SUL.
Mari terus kita terapkan di dalam hati kita !.
LILLAH BILLAH - LIRROSUL BIRROSUL - LILGHOUTS BILGHOUTS harus diterapkan bersama-sama di dalam hati "haalan wa dzauqon". !. Spontan retlektif rasa dalam hati !. Jika belum dapat ber-sama-sama, ya mana yang sudah didapati lebih dahulu, itu dipelihara dan terus ditingkatkan!. Yang penting harus mempunyai perhatian yang sunggnh-sungguh. Insya Alloh lama kelamaan dikaruniai pening-katan. Tidak bedanya dengan orang belajar naik sepeda. Permulaan berkali-kali jatuh. Akan tetapi tidak putns asa. Jatuh, bangun lagi belajar lagi, jatuh,  bangun belajar iagi dan seterusnya, lama-lama berhasil dapat menguasai naik sepeda. Bahkan. dengan lepas stir sekali-pun, tidak bisa jatuh. Bcgitu juga melatih hati soal kesadaran. Hams tlaten terus menerus beriatih dan jangan putus asa !. Qrang yang putus asa berarti memagari membatasi rohmat Alioh yang "wasi'at kulla syai-in" - meiiputi segala sesuatu itu. Di samping melatih hati terns menerus supaya giat Mujahadah Wahid iyah !. Hanya latihan saja, tanpa atau kurang Mujahada, ibarat tanaman kurang pupuk. Begitu juga jika hanya Mujahadah saja, tidak atau kurang perhatian melatih hati, ibarat tanam­an hanya subur daunnya saja, tidak atau kurang berbuah !.

“YUKTI KULLA PZI HAQQIN HAQQOH"

Maksudnya ialah agar supaya kita berusaha mengisi dan memenuhi segala bidang kewajiban. Mengutamakan pemenuhan kewajiban di sega-la bidang dari pada menuntut hak. Baik kewajiban kewajiban terhadap Alloh Wa Rosuululihi SAW maupun kewajiban-kewajiban dalam berhu-bungan di dalam masyarakat di segala bidang, dan terhadap makhhiq pada umumnya.
Di dalam perhubungan hidup satu sama lain selalu timbul hak dan kewajiban yang kait mengait satu sama lain. Kewajiban A terhadap B merupakan haknya B dari A. Begitu juga sebaliknya, kewajiban B ter­hadap A merupakan haknya A dari B. Maka diantara hak dan kewajiban itu yang harus diutamakan adalah pemenuhan kewajiban masingma-sing. Soal hak, tidak usah dijadikan tuntutan, asal kewajiban dipenuhi dengan baik, otomatis apa yang menjadi haknya datang dengan sendiri-nya.
Beberapa contoh.
Hubungan suami - istri.
Sang suami mempunyai hak ngemperoleh peiayanan yang baik dari istri, akan tetapi juga mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap istri. Istri mempunyai hak nafkah, bimbingan dan perlindungan dari suami akan tetapi juga mempunyai kewajiban khidmah atau memberifcin Ja-yanan yang baik terhadap suami. Maka yang hams diutamakan oleh   :
Suami              : memenuhi kewajiban nafkah, melindungi dan membcri-kan bimbingan kepada istri, tanpa menuntut faak peia­yanan dari istri.
Istri                  :  memenuhi   kewajiban  menghormati   dan memberikan pelayanan yang baik, tanpa menuntut hak nafkah, hak perlindungan, hak bimbingan dan Iain-lain dari suami.
Hubungan orang tua — anak.
Orang tua mempunyai hak dihormati dan ditaati oleh anak, tetapi mempunyai kewajiban nafkah dan mendidik anak. Anak, mempunyai hak nafkah dan pendidikan dari orang tua, akan tetapi mempunyai ke­wajiban hormat dan taat kepada orang tua. Maka yang hams diutamakan oleh :
Orang tua        : memenuhi kewajiban nafkah dan mendidik anak, tanpa memperhitungkan hak dihormati dan ditaati oleh anak. Terkecuali untuk tujuan mendidik.
Anak               : memenuhi kewajiban hormat dan taat kepada orang tua, tanpa memperhitungkan tuntutan hak nafkah dan Iain-lain.
Begitu juga yang Iain-lain. Pemerintah berhak ditunduki dan diturut oleh rakyat, akan tetapi berkewajiban membimbing dan memajukan rakyat. Maka yang harus diutamakan oleh Pemerintah adalah kewajib­an membimbing dan melindungi dan memajukan rakyat. Sebaliknya begitu juga.  Rakyat  berhak mendapat bimbingan dan perlindungan dari Pemerintah, akan tetapi juga mempunyai kewajiban taat dan setia kepada Pemerintah. Maka yang harus dijalankan oleh rakyat hanyalah tunduk dan taat kepada Pemerintah tanpa memperhitungkan apa yang menjadi haknya. Sekali lagi apabiJa keajiban dipenuhi dengan baik, oto-matis hak jlatang dengan sendimya dengan baik pula.

" TAQDIIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA' FAL ANFA "
Sering kali kita menjumpai lebih dari satu macam persoalan yang harus disdesaikan dalam waktu yang bersamaan, dan kita tidak mampu mengerjakannya bersama-sama. Maka dalam keadaan seperti itu kita pHifTdiantaranya mana yang lebih aham lebih penting. itu yang harus kita kerjakan lebih dahulu. Jika sama-sama ahamnya sama-sama pentingnya maka kita pilih yang lebih besar manfaatnya. Demikian yang dimaksud "TAQDIIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA' FAL ANFA' ". jadi mendahulukan yang lebih aham lebih penting, kemudian jika sama-sama pentingnya dipilih yang lebih besar manfaat­nya.
Untuk menentukan pilihan yang "aham" dan mana yang "anfa' ", kita perhatikan pedoman :
Segala hal yang hubungan Iangsung kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW terutama yang wajib, pada umumnya harus dipandang ahammu - lebih penting. Dan segala hal yang manfaatnya dirasakan juga oleh orang lain/masyarakat banyak, harus dipandang anfa'u iebih besar manfaatnya.
Dikatakan "pada umumnya", sebab mungkin pada suatu saat, ka­rena adanya hal-hal yang baru muncul atau karena situasi dan kondisi, pelaksanaannya dapat menyimpang dari ketenruan tersebut. Misalnya suatu ketika kita sedang Mujahadah atau ibadah sunnah lainnya ke-mudian ada tamu datang lebih-lebih tamu dari jauh dan sangat pen­ting, maka dalam iceadaan seperti itu kita hams memutuskan Mujaha­dah atau ibadah sunnah tadi dan menemui tamu tersebut. Setelah seiesai menemui tamu, Mujahadah dapat diteruskan lagi. Contoh lain. Kita sedang seir.bahyang dipinggir sungai misalnya, lalu terdcngar jerit-an orang hanyut di sungai itu minta tolong. Maka kita harus membatai-kan sembahyang dan menolong orang yang minta tolong itu.
Insya Alloh - dan oengalaman begitu -, kalau benar-benar tepat mengetrapkan LILLAH BILLAH & LIRROSUL BIRROSUL & LIL-GH3UTS BILGHOUTS, pemilihan mana yang aham dan mana yang anfa1 itu pasti tepatnya. Tetapi sebaliknya, jika lepas dari LILLAH BILLAH & LIRROSUL BIRROSUL & LILGHOUTS BILGHOUTS, mungkm bisa timbul penyesalan di kemudiannya 'akibat dari pemilihan aham dan anfa yang kurang tepat.
Perlu kita perhatikan bahwa pengertian "manfaat" hams ditinjau dari berbagai segi dan memakai bermacam^nacam pertirnbangan !. Di dalam soal kesadaran kepada AUoh Wa Rosuulihi SAW, tetapi juga bisa diterapkan di bidang-bidang lain yang dalam prinsipnya juga harus kita arahkan untuk FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW, bahwa yang diarn'kan manfaat seharusnya yalah  ;

اَلنَّافِعُ هُوَ الَّذِى يُقَرِّبُكَ اِلَى اللهِ وَرَسُوْلِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمْ
"Yang membuahkan manfaat, yaitu hal atau perkara yang mende-katkan dirimu kepada Attob Wa Rosuulihi SAW".
Kesimpulannya, perkara atau hal yang tidak menjadikan sebabnya dekat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW, bukan manfaat namanya melainkan madlorrot atau membahayakan. Sekalipun berupa sholat atau ibadah-ibadah lainnya, jika tidak mengarah kepada pendekatan diri kepada Alloh wa Rosuulihi SAW, tidak akan menghasilkan manfaat melainkan malah mendatangkan bahaya. Sholat yang tidak membav/a pendekatan diri kepada Alloh adalah sholat yang tdak hu dlur hatinya. lebih-lebih yang kecampuran \ijub riyak takabbur dan iain-lain. Begitu juga ibadah-ibadah lainnya. Sebab adanya Alloh Ta'ala mewajibkan hamba-NYA mengerjakan sholat, zakat, puasa, haji dan ibadah-ibadah lainnya itu, dan memberikan tuntunan hidup kepada manusia, mcmbe-rikan kesempatan hubungan di dalam pergaulan hidup ini, tidak lain Alloh menghendaki agar para hamba-NYA mau mendekat kepada-NYA sehingga menjadi harnbayang sadar kepada Alloh wa Rosuulihi SAW.
Maka oleh karena itu kita para hamba harus berusaba menjadikan segala ibadah apa saja bermanfaat. Yaitu ntuk taqorrub mendekatkan diri kepada Alloh wa Rosuulihi SAW !. Untuk FAFIRRUU ILALLOH1 WA llOSUULIHI SAW !. Malah, bukan hanya ibadah atau tho'at saja yang harus kita manfaatkan untuk Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW, akan tetapi segala keadaan hidup kita dalam situasi dan kondisi yang bagaimana saja harus kita manfaatkan untuk Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW !. Bahkan maksiat sekalipun, harus kita manfaatkan untuk Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW !. Yaitu antara lain dengan segera bertobat memohon ampun kepada Tuhan, memohon dan me-mohonkan  barokah bagi semuanya dan sebagainya dan sebagainya.

TENTANG   ISTIGHROQ
ISTIGHROQ maknanya ngerem - tenggelam- Yang dimaksud di sini tenggelam di dalam Lautan Tauhid. Tenggelam di dalam Lautan Ke Esaan Tuhan. Didalam Wahidiyah kita mengenal tiga macam Istighroq : Istighroq Wahidiyah, Istighroq Bi Haqiiqotil Muhammadiyah dan Is-tighroq Ahadiyyah.

"ISTIGHROQ WAAHIDIYYAH"
Yaitu mengetrapkan "Laa Haula Wa Laa Quwwata Ilia Billah" se-perti sudah kita bahas pada bab BILLAH di muka. Harus diterapkan di dalam rasa hati pada segaia keadaan, segaia tingkah segaia gerak-gerik lahir batin !. Mutlak dalam segaia hal tanpa ada kecualian !. Sholawat kedua di dalam Lembaran Wahidiyah "ALLOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH .... dan seterusnya" antara lain berisi doa Istighroq Wahidi­yah ini. Yaitu pada kalimah "AN TUGHRIQONAA FII LUJJATI BAHRIL WAHDAH, HATTA LAA NARO..........dst.
"ISTIGHROQ BIHAQIIQOTI MUHAMMADIYYAH"
Sadar dan merasakan asal kejadian segaia makhluq. Yaitu "Nuuru Muhammadin" SAW. Juga sudah kita bahas di muka pada bab "AT— TA'ALLUQ BIJANAABIHI SAW". Ini juga hams dirasa menyelumh, mutlak seperti BILLAH !. Dalam segaia makhluq, tanpa pengecualian.

"ISTIGHROQ AHADIYYAH"
Yaitu seperti yang kita praktekkan pada tiap pengamalan Sholawat Wahidiyah di bagian»akhir sebelum membaca doanya Farirruu flalloh. jadi, tenggelam didalam "Ahadiyyati Dzaatillah". Tenggelam di dalam Ke Esaan Tuhan.
Adapun cara prakteknya, diam lahir batin tidak membaca atau memiridkan apa-apa. Segaia konsentrasi fikiran, perhatian, perasaan, penglihatan, pendengaran dan sebagainya diarahkan tertuju hanya ke-pada Aiooh. Tidak ada acara kepada selain AJldi!. Hanya Alloh!.
Titik !. Bukan kepada lafal Alloh !. Tetapi Alloh Tuhan !.
Ada yang mcnggunakan istilah : "LAA MAUJUUDA ILLALLOH" tiada yang wujud selain Alloh. Artinya, karena kuatnya kon-sentrasi hanya kepada SATU yakni ALLOH, maka yang Iain-lain atau makhluq, tidak kclihatan. Tidak kelihatan oleh pandangan mata hati. Bukan pandangan mata lahir. Yang kelihatan hanya ALLOH. Dirinya sendiripun tidak kelihatan. Sehingga mudahnya dikatakan, selain ALLOH tidak wujud, yang wujud hanya ALLOH. Hal tersebut adalah benar, sesuai dengan firman Alloh.

وَلا تَدْعُ مَعَ اللهِ إِلٰهًا آخَرَ لا إِلَهَ إِلا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (28-القصص:88)
Artinya kurang lebih  :
"Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allot, tuhan apapun yang linn. Tiada Tuban (yang hams disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap (segala) sesuatu itu rusak selain Allot, Bagi-NYa Jot segala penentuan, dan hanya kepada-NYA-lab kamu semua dikembalikan". (28 - Al Qosbosh : 88).
Itulah dasar hukum yang dialami dan haras diusahakan ketika me-laksanakan ISTIGHROQ AHADIYYAH.
Dalam istilah bahasa Jawa ada yang menggambarkan sebagai Mka-mi tenggengen kepada Alloh". Ingat,gambaran pasti tidak persis sepert-ti apa yang digambarkan. Foto tidak persis seperti yang punya foto. Dalam bahasa Indonesia "kami tenggengen" arti yang agak dekat adalah "terpesonan yang sangat mendalam". Bahasa Jakarta disebutnya "be-ngong". Jadi bengong kepada Alloh. Orang yang lagi terpesona kepada sesuatu derfgan terpesona yang sangat mendalam, pada saat seperti itu ia tidak melihat apa-apa selain sesuatu yang ia terpesonani itu. Dirinya sendirpun sudah tidak terlintas dalam jangkauan penglihatan batin atau perasaannya. Baginya pada saat bengong seperti itu "LAA MAUJUUDA ILLA SESUATU" yang ia bengongi itu. Dapat dimengerti bahwa ke-adaan seperti itu hanya cdialami dalam beberapa saat, mungkin dalam beberapa detik, tetapi juga tidak mustahil bisa terjadi dalam tempo le­bih lama. Begitulah gambaran kira-kira dari ISTIGHROQ AHADIYYAH Jadi hanya dialami oleh orang yang bersangkutan.. Orang Iain selain dia tidak merasakannya.
Ada lagi y&ng memakai istilah "manunggaling kawuk* Ian Gusti" = menyatunya hamba dengan Tuhan. Dalam ilmiah tasawwuf adayang memakai istiiah "irtihad" "Ittihad bilhulul" (keinanunggalan dalam bentuk penjelmaan Tuhan ke dalam diri manusia) dan "ittihad bi wah-datil wujud" (kemanunggalan manusia dalam diri Tuhan). Akan tetapi kami berpendapat istilan-istilah tersebut sangat tidak tepat, terlalu jauh dari kenyataan yang haqiqi. Sebab di dalam istiiah "manunggal" atau istiiah "ittihad" masih ada dua unsur; yaitu kawulo dan Gusti atau manusia/hamba dan Tuhan. Pada hal hakikatnya hanya SATU !. ALLOH !. TUHAN !. Titik !.
Pengertian yang lebih tepat dan benar adalah hams diterapkan, di-praktekkan dirasakan !. Baru mengerti apa dan bagaimana itu Istigh-roq Ahadiyyah. Seperti halnya kita tidak dapat mengutarakan manis-nya gula yang persis seperti rasanya. Jika di dalam mulut kita ada gula, itulah manisnya gula. Begitu juga Istighroq Ahadiyyah, tidak dapat menguraikan dengan susunan kata, tetapi dapat dimengerti dengan dzauqiyyah, dengan rasa. Maka perlu dicoba dipraktekkan. Mari kita praktekkan LSebelumnya mari membaca Surat Al Fatihah satu kali !.
AL FAATIHAH !..........ISTIGHROQ!
Adapun lamanya Istighroq Ahadiyyah ini tidak tertentu. Adayang dapat melakukan hanya beberapa detik, ada yang satu menit, dua me­nit, lima, sepuluh menit dan seterusnya. Bahkan ada yang berjam-jam seperti yang pernah dialami oleh seorang Pengamal Wahidiyah seorang sopir dari Maiang yang mengalami Istighroq Ahadiyyah pada saat ketika sedang mengemudikan kendaraan truk. Ajaib juga. Tetapi ini benar-benar terjadi diaimi oleh seorang sopir. Tetapi pengalaman seperti itu tidak disengaja, tidak diusahakan sebelumnya untuk Isti^iroq. Tahu-tahu di belakang setir dia tidak kelihatan apa-apa selain hanya AUoh !. Ini sungguh-sungguh fadol dari Alloh SWT. Pada waktu Iain dia mencoba Istighroq seperti itu tetapi tidak bisa sampai lama seperti yang dialami pertama tadi.
Insya Alloh jika terus mengadakan latihan, insya Alloh lama kelamaan dikaruniai kemajuan dan peningkatan-^aka Beliau Al Mukar-rom Romo K. Haji Abdoel Madjid Ma'roef Mu'allif ShoIawat Wahidiyah sering menganjurkan supaya banyak melakukan latihan Istighroq Ahadiyyah seperti itu di mana saja ada kesempatan !. Jadi tidak hanya ketika Mujahadah Wahidiyah saja. Bakda sholat maktuubah," waktu malatn hari dalam situasi yang icnang, waktu sidem kayon, waktu-wak-tu istirahat di sawah, di ladang, di atas kendaraan dan sebagainya. Kc-san-gunanya besar.sekali bagi bertambahnya kebagusan di dalanr hati. Dan selain itu banyak yang dikaruniai pengalaman-pGngalaman sirri, pengalaman-pengalaman oatin di dalam Istiehroq Ahadiyyah ini.
Istighroq, baik istighroq Waahidiyyah, istighroq Bi Haqiigotil Muhammadiyyah maupun istighroq Ahadiyyah termasuk ibadah batin yang bcsar sekaii nilainya.
Di dalam kitab Taqiriibul Ushuul Fil Auliya halaman 108 disebutkan :
جَلْسَةٌ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ حَجَّةٍ (تقريب الاصول:108)
(Duduk sesaat (yakni dalam istighroq) lebih baik dari pada seribu kali haji)
Ini tidak berarti mcngurangi nilai ibadah Haji lalu kita hanya is­tighroq . saja tidak menjalankan haji, tidak melakukan sholat dan sebagainya, sama sekaii tidak begitu !. Segala bidang harus kita isi se-penuh mungkin !. Ibadah haji termasuk rukun Islam kelima wajib di-jalankan oleh siapa yang ada kemampuan !. Tidak boleh di ganti dengan jenis ibadah lainnya !. Lebih -lebih ibadah lahir diganti dengan ibadah batin, sama sekaii tidak dibenarkan. Ibadah lahir harus dijalankan menurut semestinya, di samping ibadah batin tidak boleh ditinggal kan !. Siyaqul - kalam kalimah di atas hanya sebagai kalam khobar memberitahukan kebaikannya istighroq. Dan di sini kita berbicara soal nilai, bukan membahas soal hukum. Harus ada pembedaan atau pembidangan dalam pendekatannya. Masialah nilai tidak bisa didekati de­ngan kaca mata hukum, sekalipun mungkin bisa saja terjadi interaksi (saling pengaruh mempengaruhi) dan bahkan interdependensi (saling berkaitan) antara masalah nilai dan masalah hukum. Banyak keterangan keterangan agamis yang serupa dengan kata-kata di atas. Dan memang, akal fikiran atau rasio tidak mampu menjangkau Jengan membuat anali-sa-analisa dan ataupun membuat logika-logikanya. Di dalam Al Qur'an -sendiri banyak, antara lain  :
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌمِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (97-القدر:3)
Artinya kurang lebih :
"Lailatul - Qodar itu lebib baik dari seribu bulan ". (97-Al Qodr :3).
Di dalan kitab Taqriibul Ushul dicantumkan pernyataan Syekh Ali
Al   Hiti   :
اِذَا حَفَّتِ الْعِنَايَةِ الاِلَهِيِّةُ عَبْدًا صَارَتْ ذَرَّةْ مِنْ عُمْرِهِ تُقَاوِمُ اَلْفَ سَنَةٍ (تقريب الاصول:93)

Artinya kurang lebih :
"Ketika pertolongan Ilabi datang kepada seorang bamba maka men-jadilah sedetik dari umurnya memadaiibadah (lahir) seribu tahun".
"dzarrotun min 'umrihi' yakni sedetik dari umumya orang yang sadar BILLAH yang sedang melakukan istighroq atau tafakkur. Tafak-kur juga termasuk ibadah sirri ibadah batin yang besar sekali menghasil-kan bermacam macam manfaat dan faedah. Yang dimaksud tafakkur di sini tafakkur ke dalam Kebesaran dan Keagungan Alloh SWT. Bukan dalam hal ibadah saja, bahkan dalam soal-soai lainpun ternyata karya fikiran jauh lebih besar hasilnya dari pada hasil kerja badani.
تَفَكُّرُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سَنَةٍ (سرج الطالبين ثانى : 317 جامع الاصول : 237)
"Tafakkur sesaat lebih baik dari pada ibadah lahir setahun ".

ذَرَّةْ مِنْ اَعْمَالِ الْقَلْبِ خَيْرٌ مِنْ اَمْثَالِ الْجِبَالِ مِنْ اَعْمَالِ الْجَوَارِحِ (الحكم اول : صاوى اول : 173)
"Setitik dariamal ibadahnya bati, lebib baik dari pada segunung amal ibadah lahir". (AlHikamI ; 78 / Sbowi: I : 173).
Yang dimaksudkan ibadah lahir di sini ibadah lahir yang hanya memenuhi syarat-syarat rukun lahir, sedangkan adab-adab batin tidak dipenuhi atau kurang sempuma. Ibadah batin yang dimaksud disini antara lain seperti istighroq yang tepat. Akan tetapi logikanya bisa sebaliknya :
ذَرَّةْ مِنْ مَعَاصٍ الْقَلْبِ خَيْرٌ مِنْ اَمْثَالِ الْجِبَالِ مِنْ مَعَاصِ الْجَوَارِحِ (مؤلف صلوات الواحدية)
"Setitik maksiat batin jauh lebih jeiek dari pada segunung maksiat lahir".
Setengah dari pada maksiat batin yaitu "SYIHIK BILLAH" mem-persekutukan Alloh. Sekalipun mempersekutukan hanya secara samar-samar, syirik khofi. Istilah dalam Wahidiyah tidak sadar BILLAH. Berarti BINNAFSI — disetir.digerakkan oleh nafsu dan pada umum-nya pasti timbul produk-produk nafsu seperti ujub, riyak, sum'ah, takabbur dan sebagainya. Itu semua maksiat batin yang lebih berat dan membawa akibat amalnya menjadi rusak dan tertolak tidak diterima Alloh SWT. Juga termasuk maksiat batin yaitu tidak ikhlas, tidak sabar, tidak ridlo, tidak tawakkal, tidak syukur dsbnya.
Mumpung masih ada kesempatan memperbaiki, marilah kita usaha memperbaiki dan bertobat atas segala maksiat batin kita selama ini !.
AL FAATIHAH !..,............
YAA ROBBANALLOHUMMA SHOLLI SALLIMI.................
ALLOHUMMA BAARIK FII MAA KHOLAQTA..................
ISTIGHROQ!
AL FAATIHAH !..........
****

HAL HADIYAH TSAWAABUL A'MAAL
Menghadiahkan pahalanya amal-amal ibadah, amal ibadah apa saja, termasuk amal kebagusan yang membuahkan berbagai manfaat baik bagi yang menghadiahkan maupun kepada yang di beri hadiah dan umumnya bagi masyarakat . Manfaat dunia dan manfaat akhirot. Bah-kan, menghadiahkan pahalanya amal-amal ibadah itu merupakan gerak hati nurani para Auliya-Kekasih Alloh yang dikerjakan secara alani-yah/terang-terangan lebih-lebih secara sirri. Begitu juga para Shoha-bat dan para Salafus - Sholihiin.
Diceritakan  suatu  waktu   Shohabat Ubayyubnu Ka'ab rodiyallo-hu 'Anhumaa mengutarakan kepada Rosuululloh SAW. :

(يَارَسُوْلَ اللهِ) اِنِّى اَجْعَلُ لَكَ صَلاَتِى كُلَّهَا فَقَالَ لَهُ النَّبِىُّ صَلَّى الله عليه وسلم : اِذَنْ يَكْفِيْكَ اللهُ تَعَالَى هُمَّ دُنْيَاكَ وَآخِرَتِكَ (درة الناصحين سعادة الارين :513)
"(Ya Rosulalloh), sesungguhnya aku menjadikan (menghadiahkan) untuk-Mu {pahalanya) sholatku semuanya. Maka Kanjeng Nabi SAW bersabda : "Kalau begitu Alloh Ta'ala akan mencukupi kebutuhan duniamu dan akhirotmu'. (Durrotun-Naashihiin/Sa'aadatud-Daaroini: 513).
Saling berhadiah adalah memupuk kerukunan, kekeluargaan dan persaudaraan yang menumbuhkan rasa cinta mencintai satu sama lain.Bersabda Rosuululloh SAW.:
تَهَادُوْا تَحَابُوْا اَوْ كَمَا قَالَ صلى الله عليه وسلم (رواه البيهقى عن ابى هريرة)
"Saling memberi hadiahlah kamu sekalian niscaya kamu sekalian saling mencintai". (Riwayat Baihaqidart Abu Huroiroh).
Orang yang memberi hadiah berarti menyebarkan buah manfaat bagi orang lain dan masyarakat. Dan orang yang paling banyak memberi manfaat kepada masyarakat adalah sebaik-baik manusia dalam pandangan Alloh . Sabda Hadits berbunyi kurang lebih :
خَيْرُكُمْ عِنْدَ اللهِ اَكْثَرُكُمْ نَفْعًا لِلناَّسِ (اوكماقال صلى الله عليه وسلم )
Artinya kurang lebih ;
"Sebaik-baik kamu sekalum dalam pandangan Allob adalab yang plingbanyak memberimanfaat kepada manusia".
Para Imam Madzaahibul Arba'ah dan Ulama-ulama Syafi'iyyah satu pendapat bahwa menghadiahkan pafaalanya amal-amal ibadah itu berhasil maqbul dan manfaatnya bisa sampai kepada orang yang dihadi-yahi baik yang sudah meninggai dunia maupun yang masih hidup. Sebahagian Ulama lagi ada yang berpendapat tidak bisa sampai kepada yang dituju lebih-lebih kepada orangyang sudah meninggai dunia. Akan tetapi kenyataan di dalam pengalaraan cocok dengan pendapat yang pertama. Dan. di dalam Wahidiyah mengikuti pendapat yang pertama.
Al Mukarrom Romo K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah menganjurkan agar supaya semua pahala dari amal ibadah apa saja, baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah dan pahala-pahaia yang kita terima dari hadiah orang lain, supaya, dihadiahkan semua !. Dihadiahkan khususnya-ikrooman ta'dhiiman wa mahabbatan kepada Junjungan- kita Kanjeng Nala Besar Muhammad SAW, kemudian kepa­da para Anbiya wal Mursaliin wal Malaikatil Muqorrobun 'alaihimus-sholaatu wasallam, kepada para Keluarga dan para Shohabat Beliau-beliau, kepada para Auliya-Kekasih Alloh dari awal sampai akhir khusushon beliau Ghoutsu Hadzaz-Zaman wa A'waanihi rodliyallohu Ta'ala 'anhum, kepada para Syuhadaa-was-Sholihiin dan para Ulama, kepada Guru dan Pemimpin, kepada orang tua dan keatas para lehihur, kepada keluarga dan roqobah dan lain - lain umumnya kepada jamii'al mukminin ' mukminat muslimin muslimat baik yang masih hidup maupun yang sudah mati dari bangsa manusia dan jin mulai awal sam­pai akhir.
Adapun caranya berhadiyah boleh memakai bahasa Arab "ILA HADROTI...." akan tetapi juga cukup dengan bahasa-bahasa lain. Bahkan cukup dengan batin saja, dalam hati ditujukan kepada yang di maksud. Itu sudah cukup.
Menghadiahkan pahalanya amal seperti diatas dan ditambah dengan doa-doa kebaikan supaya kerap kali dflakukan, sekalipun dari pahalanya satu huruf. Manfaatnya besar sekali baik bagi yang berhadiah maupun bagi yang diberi hadiah.
Pahala dihadiahkan kepada satu orang dan kepada orang banyak, sama saja yang diterima oleh yang bersangkutan. Umpamanya barang seratus dihadiahkan kepada satu orang dia menerima seratus, dihadih-kan kepada orang banyak masing-masing orang juga sama-s ama meneri­ma seratus. Sama halnya dengari perkataan, didengar orang satu dan di-dengar orang banyak masing-masing sama pendengarannya.. Dan, tidak berarti orang yang berhadiah lalu kehabisan pahala. Bahkan akan mem-peroleh lagi lipat sepuluh kali atau lebih . Sebab menghadiahkan pahala amal ibadah itu termasuk amal kebagusan. Dan setiap amal kebagusan dibalas oleh Alloh dengan sepuluh kali lipat. Firman Alloh :
مَنْ جَآءَ باِلْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ اَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّـيِّـئَةِ فَلاَ يُجْزٰى اِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَيَظْلِمُوْنَ (6-الانعام : 160)

Artinya kurang lebih :
"Barang siapa datang denganhnembawa/berbuat) kebaikan maka baginya\(pabala) sepuluh kali lipat amal perbuatannya; dan barang siapa datang dengan (metnbawa/berbuat) kejabatan, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejabatannya, se-dang mereka tidak teraniaya (dirugikan)" (6 - Al An 'am : 160).
Akan tetapi jangan sampai keliru dalam pengetrapan !. Yang penting di dalam berhadiah itu hams betul-betul ikhlas !. Jangan sampai menengok kepada imbalan sepuluh kali lipatnya !. Hadiah yang diker-jakan dengan betul-betuk ikhlas mengandung nilai doa yang mustajab oleh karena termasuk "da'watu ghoiibin lighooibin" sebagaimana sabda Rosululloh SAW.  :
اَسْرَعُ الدُّعَآءِ اِجَابَةً دَعْوَةُ غَائِبٍ لِغَائِبِ
"Doa yang paling cepat diijababi adalah doa dart orang gboib bagi orang gboib lainnya".
(Riwayat Abu Dawud dan Thirmidzi dari Ibnu Umar)   Di dalam riwayat lain berbunyi).
اَقْرَبُ الدُّعَآءِ اِجَابَةً دُعَآءُ الغَائِبِ لِلْغَائِبِ
Maksudnya kurang lebih sama.
وَقَالَ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم : دُعَآءُ اْلاَخِ لاَخِهِ لاَتُرَدُّ (وَفِى رِوَايَةٍ) مُسْتَجَابَةً
"Bersabda Rosululloh SAW : "Doanya saudara untuk saudaranya itu tidak ditolak tdalam suatu riwayat) mustajab". (Riwayat Daa-roqutbni dan Muslim dariAbu Dardak).
Di dalam Lembaran Wahidiyah ditulis hadiyah hanya kepada Kanjeng Nabi SAW dan kepada Ghoutsi Hadzaz-Zaman dan seterusnya. Itu untuk meringkas dan dimabil yang pokok - pokok . Jadi dapat di-perluas. Akan tetapi sesungguhnya yang Iain-lain sudafa termasuk di da­lam yang pokok itu. Dan yang dihadiahkan bukan hanya bacaan Fati-hah saja, akan tetapi seluruh rangkaian pengamalan Sholawat Wahidi­yah. Pahalanya maksudnya.
Menghadiahkan pahaianya amal-amal ibadah seperti menghadiahkan pahaianya sholat, pahaianya zakat, pahaianya puasa, pahaianya haji, pahaianya shodaqoh, pahaianya membaca Qur’an membaca dzikir membaca tahlil membaca sholawat dan lain sebagainya merupakan adab tata krama di dalam hubungan batin dengan para yang kita hadiahi. Lebih-lebih terhadap orang yang seatas kita umurnya, nasabnya atau kedudukan dan jabatannya. Terutama terhadap Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosuululloh SAW, terhadap para Anbiya wal Mursalin wal Malaikatil Muqorrobin 'alaihimus-sholaatu wasallam, ter­hadap para Auliya-Kekasih Alloh, para Syuhada dan Sholihiin dan se­bagainya. Menghadiahkan pahala amal kepada para Beliau-beliau ter-sebut boleh dikatakan sebagian dari cara-cara tawassul atau konsultasi batin kepada beliau-beliau shohibus - syafaa'ah, shoohibul 'inaayah wal karoomah wal fadliilah yang sangat besar manfaatnya bagi usaha taqorrub kita kepada Alloh SWT. Berdoa kepada ALLOH dengan mengadakan konsultasi batin atau tawassul kepada beliau-beliau terse-hut besar sekali harapan dikabulkan Alloh sebab mendapat dukungan dari beliau-beliau itu.
Jadi tawassul atau konsultasi batin itu tidak menyimpang dari sabda Rosuuluiloh saw :
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهََ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاستَعِنْ بِاللهِ (الأربعين النووية)

"Jika engkau memohon mohonlah kepada Alloh, dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh!...." (Al Arba 'in-Nawawi).

Sebab dengan tawassul itu permohonan tetap di alamatkan kepada Allah SWT, bukan kepada yang ditawassuli. Kepada yang ditawassuli kita hanya menghaturkan hadiah pahalanya amal-amal sambil memo­hon syafa'at, tarbiyah, barokah, doa restu dan dukungan terhadap doa permohonan kepada Alloh SWT.
Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang - .orang yang senan-tiasa mendapat syafa'at, tarbiyah barokah karomah nadhroh doa restu dan jangkungan dari para beliau-beliau tersebut!. Amiin !.


جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الَّذِيْنَ يَشْفَعُ لَهُمْ وَيُرَبِّيْهِمْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: شَفَاعَةً وَتَرْبِيَةً خَاصَّتَيْنِ فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَ وَاْلأَخِرَةِ! آمِيْن. آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ!

Mari kita menghaturkan penghormatan kepada beliau-beliau tersebut dengan menghaturkan hadiah pahala bacaan surat Al Fatihah -satu kali !.

AL FAATIHAH !.....BISMILLAHIR ROHMAANIR ROHIIM.
.........................................

****










            HAL GHOUTSU HAADZAZ-ZAMAN

Kalimah "GHOUTSU" makna aslinya pertolongan. Kemudian ber-makna isim faa'il, orang yang memberi pertolongan. Boleh disebut "PENUNTUN** atau "PEMBIMBING". Penuntun kepada kebaikan dan kebagusan, Pembimbing kepada keselamatan dan kebahagiaan yang diridloi Ailoh wa Rosutilihi SAW fid-dunya wal akhiroh. Penuntun dan Penarbiyah khususnya dalam bidang menuju wushul - sadar • ma'rifat kepada Ailoh wa Rosuuiihi SAW dan Penolong dari berbagai kesulitan dan kesusahan dan problem-problem kehidupan lainnya.
Selanjutnya di dalam dunia Auliya Ailoh, yang dimaksud : "GHOUTS" adalah "SULTHONUL AUUYA" atau "QUTHBUL AQ-THOB" yakni Pemimpinnya para Auliya Ailoh rodiyallohu Ta'ala 'anhum. Jadi "GHOUTSU HAADZAZ-ZAMAN" adalah Pemimpin­nya para Wall Ailoh pada zaman sekarang.
Sunnatulloh berjalan bahwa tiap-tiap masa, bijaahi Rosuulillahi Sayyidinaa Muhammadin shollallohu 'alaihi wassaUam, memilih salah satu di afitara hamba-NYA dijadikan Sulthonul Auliya didalam zaman yang bersan^cutan. Disebut juga "Ghoutsu Zamaanihi". Jika meninggal dunia diganti, meninggal diganti dan seterusnya sampai dekat Hari Kiamat. Di dalam kitab Masyaariqul - Anwar disebutkan bahwa Ghouts yang pertama kali yalah Sayyidina Hasan bin 'Ali rodiyallohu 'anhumaa meninggal tahun 50 Hijriyyah, Kemudian digantikan oleh Sayyidina Husen bin 'Ali rodiyallohu 'anhumaa dan seterusnya. Antaranya lagi seperti Syekh Abdus-Salam binMasyisy, Syekh Abdul Qodir Al jilani, Syekh Abil Hasan Asy-Syadzili, Syekh Bahauddin An-Naqsyabandi dan masih banyaklagi lainnya, rodiyallohu Ta'ala 'anhum. Masing-ma-sing beliau tersebut adalah Ghoutsu Zamanihi atau Sulthonul Auliya di dalam zamannya. Mari kita menghaturkan hadiah bacaan Al Fatihah satu kali sebagai penghormatan ta'dhiiman wa'mahabbatan kepada be-liau-beliau tersebut di atas !.
LAHUMUL FAATIHAH !.
Di dalam kitab Jaami'us-Shoghir disebutkan sabda Hadits Rosululloh SAW :

السَّاعَةُ تَقُوْمَ حَتَّى الْحَقِّ عَلَى ظَاهِرِيْنَ أُمَّتِىْ مِنْ طَائِفَةٌ لاَتَزَالُ
(صحيح حديث. عنه رضي الحاكم رواه عن عمر  )
Artinya kurang lebih :
"Di kalangan ummat-Ku senantiasa tidak sepi dari adanya "thoifah " yang memperjuangkan perkara. yang haq sampai datangnya Hari Kiamat". (Riwayat Hakim dari Umar rodiyallohu 'anh - hadis Ha­san).
Di dalam kitab Da'watut-Taamrnah halaman 23 ditafsirkan bahwa yang disebut "Thoifah" adalah "Rijaalulloh" dan "Ahlulloh". Yakni "Al Aqthob" seperti sudah difahami.
Di dalam menjalankan fungsinya sebagai "Ghoutsu Zamaanihi" dalam kedudukannya sebagai Ghouts Zaman, para beliau tersebut tidak sama kebijaksanaannya satu sama lain. Ada yang diharuskan memprok-lamirkan diri seperti Syekh Abdul Qodir Al Jilani qoddasallohu sirohu dan Syekh Abil Hasan As-SyadziK rodiyallohu 'anhu. Ada lagi yang harus merahasiakan diri seperti Syekh Abdus-Salam bin Masyisy dan Imam Nawawi Al Murojjeh Al Falastin rodiyallohu 'anhumaa. Ada lagi yang diberi kewenangan boleh merahasiakan dan boleh memproklamasikan.
Tanda-tanda atau ciri-ciri lahir dari para beliau Ghoutsu Zamaanihi itu tidak ada yang menyolok yang dapat diutarakan oleh karena ke-adaan lahiriyahnya biasa saja seperti umumnya orang/ulama . Akan tetapi yang jelas memiliki ciri-ciri khos batin antara lain seperti yang di­sebut di dalam kitab Jaami'ul Ushuul Fil Auliyaa halaman 4 :
1)  قَلْبُهُ يَطُوْفُ اللهَ دَائِمًا
2)  لَهُ سِرٌّ يَسْرِيْ فِى الْعَالَمِ كَمَا يَسْرِى الرُّوْحُ فِى الْجَسَدِ أَوْ كَمَا يَسْرِى الْمَاءُ فِى الشَّجَرِ
3)  حَمْلُ هُمُوْمِ أَهْلِ الدُّنْيَا (تقريب الأصول:91)
(1) Hatinya senantiasa thowaf kepada Alloh sepanjangmasa. Istilah Wahidiyah senantiasa LILLAH BILLAH.
(2) Beliau mempunyai sirri yang dapat menerobos ke sehirub slam
seperti meratanya rub di dalam jasad atau seperti merembesnya air di dalam pobon-pobonan.
(3) Beliau menanggung (mempribatinkan) kesusaban dan kesulitan ahli dunia.
Di dalam kitab Taqriibul Ushuul dikatakan :
لَوْلاَ يُصْبِحُ وَاحِدُ الزَّمَانِ يَتَوَجَّهُ إِلَى اللهِ فِى أَمْرِ الْخَلاَئِقِ لَفَجَأَهُمْ أَمْرُ اللهِ فَاَهْلَكَهُمْ. (تقريب الأصول:53)
"Andai kata tidak ada "Waabiduz-Zaman"yang senantiasa tawajjub kepada Allob memohonkan bap perkaranya segala makbluq, tentu-lab datang suatu permtab Allob yangmengejutkan mereka kenzuds-an menghancurkan mereka''.
"Waahiduz-Zaman" yang dimaksud tidak Iain adalah Ghoutsu Za-man atau Sulthcnul Auliya.
Demikian antara lain fungsi dan peranan dari Ghoutsu Zaman. Tanggung jawabnya begitu berat memikirkan dan memprihatinkan masyarakat sedunia. Perjuangannya terutama berada di dalam cakrawa-Ianya alam ruhani. Sedangkan kegiatan lahiriyah juga sama dengan umumnya Ulama yakni menjalankan amar ma'ruf nahi munkar mene-gakkan kebenaran dan keadilan mengajak dan menuntun ummat ma­syarakat kembali sadar kepada AHoh wa Rosuulihi SAW. Disamping Jtu juga. tidak ketinggalan menjalankan tugas-tugas pri kemanusiaan memberikan pertolongan jalan keluar dari kesulitan-kesulitan hidup yang dialami oleh masyarakat   dalam berbagai macam problem.
Seperti diterangkan di muka bahwa beliau Ghoutsu Zaman itu lang-sung dipilih dan diangkat oleh Alloh SWT. Wallohu a'lam caranya memilih dan mengangkat. Jadi bukan hasil pilihan dan angkatan sesama manusia atau sesama Auliya sekalipun. Kita yakin bahwa para beliau Ghoutsu Zaman adalah "atqon-naas fii zamatfihi" - paling taqwanya manusia pada zamannya. Beliau adalah insan yang Kaamil Mukammil, orang sempurna dan mampu membimbing dan menjadikan orang lain menjadi sempurna. Seorang Guru Mursyid yang mampu membimbing orang lain wushul/ma'rifat/sadar kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Beliau adalah seorang yang " 'AALIMUN BILLAHI WABIAHKAA-MIHI".- seorang yang 'Arif Billah yang menguasai dan konsekwen menjalankan hukum-hukum Alloh. Dalam bidang Ahkaamus-Syarii'ah beliau Ghoutsu zaman adalah seorang Hakim yang adil dan bijaksana. Rokyu pendapatnya didalam menetapkan sesuatu hukum selalu tepat dan adil oleh karena pandangan - pandangannya disinari oleh Nuurun-Ilaliyun yang murni sebagai buah dari pada ciri khos batin di mana "qolbuhu yathuufulloha daaiman" hatinya senantiasa thowaf kepada Alloh sepanjang masa.
Di dalam bidang kesadaran kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW para Beliau.Ghouts Zaman dikaruniai hak dan wewenang yang disebut "JAL-LAAB" dan "SALLAAB".
"Jallaab"   =    menarik mengangkat meningkatkan derajat dan iman se-
se orang. "Sallaab"   =    mencabut/melorot martabat iman seseorang.
Maka dari keterangan - keterangan tersebut diatas, perlu sekali kita mengadakan kontak hubungan dengan Beliau Ghoutsu Haadzaz-Zaman rodiyallohu 'anh. Terutama hubungan ruhani atau konsultasi batin dalam segala persoalan dunia dan akhirot, khususnya dalam bidang wushul/ma'rifat / sadar kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Adapun cara-nya hubungan yalah antara lain dengan mengetrapkan "LILGHOUTS BILGHOUTS" seperti sudah dibahas di muka. Firman Alloh  :
(#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& ̍ø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès? (النحل: ).
Artiriya kurang lebih  :
"Maka bertanyalah kamu sekalian kepada ahli dzikir jika kamu sekalian tidak mengetabui". ( 21 -Al Anbiya - 7 / 16 An Nahl 43).

اَلْمُرَادُ بِأَهْلِ الذِّكْرِ: اَلْعُلَمَاءُ بِاللهِ وَبِدِيْنِهِ الْعَامِلُوْنَ بِعُلُوْمِهِمْ إِبْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ (رسالة المعاونة)

Billah.) dan menguasai (hukum-hukum) agama Alloh yang meng-amalkan tmu-ilmu mereka semata-mata banya mengbarap ridlo Alloh). (Risaalatul Mu'awanab 117).
Dapat kita sadari bahwa orang yang memenuhi ketentuan "Ahludz-Dzikri" seperti di atas terutama adalah Ghoutsu Zaman, dan pada masa sekarang adalah Ghoutsu Hadzaz-Zaman rodiyallohu Ta'ala 'anhu. Alloh berfirman :


ìÎ7¨?$#ur Ÿ@Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès?
( 31 لقمان: (15
Artinya kurang lebih  :
"Dan  ikutilah jalan  orang yang kembali kepada-KU,  kemudian hanya kepada-KU-lah kembalimu, maka AKU beritakan kepadamu apa yang kamu kerjakan" (31 - Luqman : 15).
Di dalam kitab Khozinatul Asror dimuat sebuah Hadits :
كُنْ مَعَ اللهِ  وَإِنْ لَمْ تَكُنْ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ  يُوْصِلُكَ إِلَى اللهِ إِنْ كُنْتَ مَعَهُ (خزينة الأسرار:     ).
Artinya kurang lebih  ;
"Beradalab kamu beserta Allob ; jika tidak bisa begitu, maka be-sertalab dengan orang yang beserta dengan Allob; maka sesunggub-nya dia mewusbulkan engkau kepada Allob apabila engkau beser­ta dengannya". (Khozinatul Asror: 194).
Sebuah lagi menjelaskan :
مَنْ قَلَّدَ عَالِمًا لَقِيَ اللهَ سَالِمًا أَوْكَمَاقَالَ
"Barang siapa bertaqlid (mengikuti) orang 'Alim, ia akan bertemu (kepada) Alloh dengan selamat".
"Man kaana ma'allohi" = orang yang beserta Alloh yang dimaksud di dalam Hadits di atas adaiah orang yang hatinya selalu ingat kepada -Alloh, selalu thowaf - mengelilingi Alloh. Dan menurut identitas batini -yah Ghoutsu Zaman seperti diterangkan di muka, jelaslah bahwa yang di maksud "man kaana ma'allohi" tersebut pada zaman sekarang adaiah Ghoutsu Hadzaz-Zaman rodiyallohu 'anhu. Begitu juga yang dimaksud "Aalaamin" = orang 'Alim tersebut di atas adaiah orang yang senan-tiasa sadar ma'rifat kepada Alloh dan menguasai serta konsekwen melaksanakan hukum-hukum Alloh. Dan orang yang seperti ini pada zaman sekarang tidak lain adaiah Ghoutsu Hadzaz-Zaman.


اَلْعُلَمَاءُ ثَلاَثَةٌ:
 ) عَالِمٌ بِاللهِ وَأَحْكَامِهِ
 ) عَالِمٌ بِاللهِ فَقَطْ
 ) عَالِمٌ بِأَحْكَامِهِ فَقَطْ
Klassifikasi Ulama atau orang 'Alim ada tiga :
(1). 'Alim dalam arti ma'rifat/mengenal/sadar kepada Alloh (sadar B1LLAH) dan menguasai serta melaksanakan dengan konsekwen Hukum-hukum Alloh. 'Aalimun Billahi Wa Bi Ahkaamihi adaiah yang disebut orang Kaamil Mukammil = orang yang sempurna dan dapat membimbing orang lain menjadi sempurna. Beliau itulah yang kompeten dan responsible (dapat dipertanggung-jawabkan) untuk dijadikan Guru Mursyid atau Guru Pembimbing. Pembimbing ke arah kesadaran kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Pembimbing di dalam menjalankan hukum-hukum Syari'at secara tepat dan lengkap dan di dalam menerapkan Haqiqot secara benar. Pembimbing dan Pembina di dalam hubungan vertikal kepada Alloh SWTatau "hab-lun minalloh" dan di dalam hubungan horisontal di dalam kehidup-an sosial bermasyarakat atau "hablun minannaas".
(2),'Alim dalam arti ma'rifat / mengenal / sadar kepada Alloh SWT (sadar BILLAH) akan tetapi tidak atau kurang menguasai hukum-hukum Alhh secara litas, la mengerti hukum yang pokok - pokok sekedar yang diperlukan untuk melaksanakcn kewajiban-kewajiban Syari'at bagi dirinya sendiri. Dia dapat dikategorikan orang Kaamil tetapi tidak atau belum Mukammil. Jadi belutn boleh dijadikdn Guru Mursyid yang membimbing ke arah ma’rifat sadar kepada Alloh WaRosuulihiSAW.
(3) 'Alim dalam arti menguasai hukum-hukum Alloh tetapi tidak atau belum ma'rifat/sadar kepada Alloh (tidak sadar BILLAH). Jlmupe-ngetahuan agamanya tentang hukum-hukum Fiqih cukup luas te­tapi tidak memiliki ilmu-ilmu Hikmah. Jadi hanya boleh dimanfaat-kan sebagai guru hanya di bidang Hmu Syari'at saja, tidak dapat di-jadikan sebagai Pembimbing dan Pembina bidang akhlaq dan bidang wushul sadar ma 'rifat kepada A lloh SWT.
Jadi sekali lagi yang dapat dijadikan sebagai Guru Mursyid atau Pembimbing ke arah sadar ma'rifat kepada Alloh adalah orang 'Aalim kategori nomer satu di atas. Yakni orang 'Aalim yang al 'arif Billah. Di dalam kitab Taqriibul Ushul litas-hiilil Wushuul Fii Ma'rifatr-Robbi War-Rosul SAW. disebutkan :
قَلْبُ الْعَارِفِ حَضْرَةُ اللهِ وَحَوَاسُّهُ أَبْوَابُهَا فَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيْهِ بِالْقُرْبِ الْمُلآئِمِ  لَهُ فُتِحَتْ لَهُ تِلْكَ الْحَضْرَةِ / أَبْوَابُ الْحَضْرَةِ. (تقريب الأصول:     ).
"Hatinya orang yang al 'Arif Billah itu merupakan Hadrotullob dan pancainderanya sebagai pintu-pintunya; maka barang siapa yang mendekat kepadanya dengan pendekatan yang berpatutan (layak dan sesuai ) dengzn kedudukannya, terbukalah baginya pintu-pintunya Hadroh ".
Demikian antara lain dalil-dalil yang menunjukkan kebaikan-kebaik-an dan keistimewaan-keistimewaan serta perlunya berhubungan dengan Ghoutsu Hadzaz-Zaman, sebagai orang yang menuntun dan membim­bing jalan menuju wushul ma'rifat atau sadar kepada Alloh SWT Wa Rosuulihi SAW. Dan kerugian orang yang tidak dapat berhubungan dengan  orang yang    Kaamil Mukammil dikatakan oleh Syekh Dawud bin Makhola di dalam kitab Taqriibul Ushuul sebagai berikut,.:
مَنْ دَخَلَ الدُّنْيَا وَلَمْ يُصَادِفْ رَجُلاً كَامِلاً يُرَبِّيهِ خَرَجَ مِنْهَا مُتَلَوِّثًا بِالْكَبَائِرِ وَإِنْ كَانَ بِعِبَادَةِ الثَّقَلَيْنِ. (تقريب الأصول:   ).
"Barang siapa hidup di dunia ini tidak bertemu dengan seorang yang Kaamil yang mendidiknya, maka dia akan keluar dart dunia (meninggal dunia) dalam keadaan berlumuran dosa besar, sekalipun ibadahnya seperti ibadabnya jin dan manusia'..

Alhamdu Lillah di dalam Wahidiyah kita ditunjukkan cara-cara berhubungan dengan Ghoutsu Haadzaz-Zaman yaitu antara lain dengan sistim menghadiahkan pahala amal seperti bacaan Al Fatihah dan Iain-lain.
Adapun siapa orangnya Ghoutsu Haadzaz-Zaman ltu ,   di dalam pengamalan Sholawat Wahidiyah tidak disyaratkan harus mengetahui-nya. Sebab seperti sudah disebutkan dimuka bahwa tidak ada identitas lahir yang dapat dikemukakan tentang pribadi seorang Ghoutsu, oleh karena keadaan lahrrnya biasa-biasa saja seperti umumnya Ulama. Cu-kuplah percaya tentang adanya seorang Ghouts pada zaman sekarang ini, percaya akan fungsinya, percaya akan wewenangnya, percaya kepada fadlol Alloh SWT berupa keistimewaan-keistimewaan yang dika-runiakan kepada Ghouts Haadzaz-Zaman berupa barokah dan karomah, kemampuan nadhroh dan tarbiyah di dalam perjalanan wushul ma'ri-fat kepada Alloh SWT yang didalam Wahidiyah dikenal dengan istilah kesadaran FAFIRRU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW. Percaya bah­wa Beliau Ghoutsu Haadzaz-Zaman rodiyallohu 'anh adalah sebagai perantara atau sababiyari kita para Pengamal Wahidiyah dikaruniai rohmat fadlol Alloh SWT dan syafa'at Rosuululloh SAW berupa kejer-nihan hati, ketenangan batin dan ketentraman jiwa dari barokahnya mengamalkan Sholawat Wahidiyah. Mari kita bersyukur kepada Alloh SWT karenanya dengan menghaturkan hadiah bacaan Al Fatihah ke­pada Ghoutsu Haadzaz-Zaman dan para A'waanihi rodiyallohu Ta'ala 'annum!.
AL FAATIHAH !    .............

Tidak setiap orang dan tidak semua Pengamal Wahadiyah dikaru­niai mengetahui atau mengenal secara jasmani msupun ruhani Beliau Ghoutsu Haadzaz-Zaman RA. Jika ada diantara para Pengamal Wahi-diyah yang dikaruniai mengerti atau mengetahui lebih-lebih mengenal siapa Beliau Ghoutsu Haadzaz-Zaman RA, itu adalah suatu fadlol dan rohmat dari Alloh SWT yang besar sekali dan harus disyukuri dengan sesungguh-sungguhnya. dan pengalaman batiniah tersebut harus diman-faatkan setepat-tepatnya dan sebaik-baiknya untuk meningkatkan ke-sadaran Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW !.
Tidak boleh dijadikan acara pembicaraan atau percakapan, lebih-lebih terhadap orang yang masih belum ada pengertian masalah tersebut. Jika tidak kebetulan salah-salah bisa mengakibatkan terhijab di dalam hati.
Hubungan ruhani atau konsultasi batin kepada Ghoutsu Haadzaz-Zaman, atau dalam istilah thoriqoh di sebut "robithoh", jika dipelihara sebaik-baiknya besar sekali manfaatnya bagi suburnya hubungan jiwa atau "ta'alluq" dengan Rosuululloh shollallohu 'alaihi wasssalam. Dan "Ta'alluq Bijanaabihi SAW" seperti sudah diuraikan dimuka, merupakan akar tunjangnya iman dan mahabbah, menjadi pohonnya bermacam-macam Nur Ma'rifat Billah wa Bi Haqiiqotil Muhammadiyyah, dan menjadi kompas dan radarnya bermacam-macam hikmah kebijaksanaan.    .
BARANG SIAPA BERMINAT INGIN MENGETAHUI ATAU MENGENAL SIAPA PRIBADI Beliau Ghoutsu Haadzaz-Zaman rodiyallohu 'anh dapat diikhtiari. Antara lain dengan memperbanyak hadiah bacaan Fatihah atau Mujahadah Sholawat Wahidiyah dikhususkan ke­pada Beliau, dan memperbanyak istiqhotsah yang bacaannya seperti di bawah ini .

يَآ أَيـُّهَا الْغَوْثُ سَلاَمُ اللهِ        *      عَلَيْكَ رَبِّيْنِى بِإِذْنِ اللهِ
وَانْظُرْ إِلَيَّ سَيِّدِيْ بِنَظْرِهِ         *      مُوْصِلَةٍ لِّلحَضْرَةِ الْعَلِيَّةِ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar