RIDLO
Ridlo yakni merasa puas
terhadap qodlo-qodarAlloh. Biar bagaimanapun keadaannya. Ridlo termasuk
adab dan ibadah batin yang paling tinggi nilainya.
وَ
رِضْــــوَانٌ مِـنَ اللهِ
أَكْـــبَرُ ( 9- التوبة : 72 )
“Dan keridhoan dari Alloh itu
paling agung”
(9-At Taubat- 72)
Kepada para shahabat Nabi e,
kepada para Aulinya, para ‘Arifin dan Sholihiin kita biasa memberikan
kata penghormatan dalam bentuk doa : “RODLI-YALLOOHU TA’ALA ’ANHUM”.(semoga
Alloh I meridhoi mereka).
Barang siapa ingin mendapat ridho Alloh, harus ridho kepada Alloh.
Kanak-kanak di SD. atau Madrasah diberi pela-jaran menghafal:
رَضِيْـتُ
بـِاللهِ رَبـًّا وَبـِاْلإِسْــلاَ مِ دِ
يْـنًا وَبـِسَيِّدِناَ مُـحَـمَّدٍ e نـَبِـيـًّا وَرَسُوْلاً
(Aku rela Alloh sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Baginda
Nabi Muhamad e sebagai Nabiku dan Rasul)
Ini perlu sekali diterapkan di dalam hati, tidak hanya dihafal saja.
Hanya ada dua kemungkinan. Kalau tidak diridhoi ya dikecam, dibendu atau
dimurkai Alloh. Tidak ada yang setengah-setengah, setengah dikecam dan setengah
diridhoi. Tinggal memilih yang mana, itu terserah pribadi kita masing-masing.
Jika ingin diridloi Alloh, harus ridlo kepada Alloh. Diqodar menderita sakit,
diqodar mengalami ekonomi seret, sulit mencari pekerjaan, menghadapi
problem-problem rumah tangga dan keluarga, menghadapi masalah pendidikan,
masalah perjuangan dan lain-lain harus ridho kepada Alloh / merasa puas selalu
di dalam hati menghadapi keadaan seperti itu.
Tidak boleh menyesal, menggerutu dan ngresulo dan sebagainya.
Sekalipun arahnya ngresulo atau rasa tidak puas itu kepada makhluq. Sebab
segala-galanya itu tidak lepas dari Alloh I
yang menciptakan. Kita harus selalu puas dan sadar kepada Alloh yang
memberi segala-galanya itu.
Sesungguhnya segala keadaan yang dialami manusia baik
keaadan yang menyenangkan maupun yang tidak menyenang-kan, segalanya itu harus
disadari bahwa sesungguhnya adalah rahmat kasih Alloh I kepada hamba-NYA. Yaitu
untuk melindungi hamba-NYA agar tidak jauh-jauh dari-Nya, agar hamba-NYA selalu
dekat kepada-NYA. Supaya senantiasa Fafiruu Ilallohi Wa Rosuulihi e. Sebab kalau hamba
selalu jauh dari Alloh Tuhannya, jangan-jangan dicaplok atau pasti dicaplok
oleh imprialis nafsu yang sangat ganas dan jahat sehingga si hamba tersesat
menderita kehancuran dan kesengsaran. Itu tidak dikehendaki oleh ALLOH yang
Rohman Rohim terhadap hamba-NYA. Mari kita sadari selalu atas “ROHMAT - KASIH”
Alloh I itu. Sebagaimana dalam
BISMILAAHIR ROHMAANIR ROHIIM. Dengan nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang.
Disamping ridlo, jangan ditinggalkan harus ikhtiar.
Ikhtiar atau berusaha mencari jalan keluar dari kesulitan dan kesusahan yang
dihadapinya. Atau berusaha kepada keadaan yang lebih baik!. Tetapi harus selalu
tetap bertawakal. Jangan sampai mengandalkan atau
membanggakan usahanya. Dan di dalam ikhtiar itu selalu dijiwai LILLAH BILLAH.
Hanya ridho saja tidak ikhtiar, tidak berusaha mencari jalan keluar padahal ada
kesempatan dan kemampuan, itu melanggar perintah. Berarti tidak melakukan
ibadah lewat bidang ikhtiar yang disertai niat LILLAH. Dan ikhtiar itupun harus
lahir dan batin. Keduanya harus dijalankan sebesar kamampuan. Hanya ikhtiar
lahir saja besar kemungkinan bisa tersesat / salah jalan jika tidak mendapat
hidayah dari ALLOH I. Dan hanya ikhtiar
batin saja, namanya kurang lengkap mengisi bidang-bidang yang harus diisi. Yang
dimaksud ikhtiar batin di sini ialah seperti berdoa / memohon kepada Alloh I. Sekali lagi, di dalam
ikhtiar baik ikhtiar lahir maupun ikhtiar batin, tidak boleh mengandalkan atau
menjagakan ikhtiarnya. Harus tetap tawakal seperti sudah kita bahas di bab
sabar.
Jadi kesimpulannya, sabar, ridho, ikhtiar dan tawakal
harus selalu bergandengan di dalam penerapan dalam hati. Seperti halnya di
dalam ikhlas dan sabar.
الـرِّضَا تـَرْكُ الـرِّضَـا فِي الـرِّضَا
“Ridho itu meninggalkan (perasaan) ridho di dalam keadaan ridho”
Artinya, ridho tetapi tidak merasa berbuat ridho, melain-kan merasa BILLAH. “LA HAULA WALAA
QUWWATA ILLA BILLAH”.
Seperti dikatakan di atas, yang dimaksud ikhtiar batin adalah berdoa
memohon kepada Alloh I. Bukan pergi ke dukun-dukun atau menggunakan mantera-mantera dan
sebangsanya. Di bawah ini dinukilkan “DOA
FAROJ” (memohon diberi jalan keluar dari kesulitan dan sebagainya), yang juga buah taklifan Beliau Romo K.H.
Abdoel Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah
بسم الله الرحمن الرحيم .
اَلـلَّــهُـمَّ بـِحَـقِّ
اسْمِــكَ اْلأَ عْـظَـمْ , وَبـِجَــاهِ سَــيِّدِناَ مُحَـــمَّـدٍ e وَبـِــبَرَكَـةِ غَــوْثِ هَــذَا الـزَّمَــانْ
وَأَعْــوَانـِـهِ وَسَآئِـرِ أَوْلِــيـَآءِ اللهِ y اجْـــعَــلْ لَنَا وَلِـــذُرِّيـَّاتِنَا
وَلِـمَــنْ لَــهُ حُـقُــوْقٌ عَـلَـيْنَا وَلِـجَــمِـيْـعِ مَـنْ عَـمِـلَ
بـِـهـَذِهِ الـصَّـلَــوَاتِ الْـوَا حِـدِيَّـةِ وَمَــنْ أَعـَـانـَا عَـلَيـْهَا إِلَى
يَـوْمِ الْـقِــيَامَـةِ وَلأُ مَّــةِ سَـيِّدِنـَا مُـحَـمَّـدٍ e ( فَــرَجًا وَمَـخْـرَجًـا
وَاهْــدِنـَاوَإِيـَّـاهُـــمْ صِــرَاطَـــكَ الْـمُـسْـتـَــقِـــيْـم ) ْ× 3
Artinya kurang lebih :
“Ya, Alloh, dengan hak keagungan Asma-MU dan dengan
Kebesaran Baginda Nabi Besar Muhammad e, dan sebab barokah
Ghoutsu Haadzaz-Zaman wa A’waanihi wa saairi Auliyaaillah Rodiyallohu Ta’ala
‘anhum, jadikanlah bagi kami dan
keluarga serta keturunan kami dan bagi orang-orang yang ada hubungan hak dengan
kami dan bagi mereka para Pengamal Wahidiyah sampai hari Kiamat, (dan bagi
bangsa Indonesia), dan bagi seluruh ummatnya Baginda Nabi Muhammad e jalan keluar dari segala kesulitan dan kesusahan
dan tunjukilah kami dan mereka jalan-MU
yang lurus).
Orang yang selalu ridho otomatis hidupnya senang dan tenteram. Tidak gampang menyesal
atau menggerutu, tidak ngoyo / tidak ngongso-ongso. Dia selalu puas dan gembira
menghadapi segala situasi dan kondisi hidupnya. Ibaratnya seperti falsafah
itik. Berenang di atas air yang dangkal maupun air yang dalam, tetap setinggi
dadanya. Hidupnya ayem, tidak bingung, tidak kuatir, tidak takut melainkan
hanya kepada Alloh. Hatinya senantiasa madep kepada Alloh.
Sebaliknya orang yang tidak ridho atas qodlo-qodarnya Alloh, pasti
gampang ngresulo, gampang menyesal, menggerutu dan gampang emosi. Padahal
qodlo-qodarnya Alloh tidak bisa berubah dengan tidak ridlonya si hamba. Bahkan
selain itu, orang yang tidak diakui sebagai hamba-NYA seperti disebutkan di
dalam Hadits Qudsi di muka.
أَنـاَ اللهُ لآ
إِلــــهَ إِلاَّ أَ نـَـا مَـنْ لَـمْ
يَشْكُــرْ عَـلَى نـَعْـمَآئِي وَلَـمْ
يَـصْبِرْ عَــلَى بـَـلآ ئِي وَلَـمْ
يَـرْضَ بـِقَـضَـآئِي فَـلْـيَتَّحِــذْ رَبًّـا سِــوَآئِي
Artinya kurang lebih:
“AKU Alloh, tiada melainkan AKU; barang siapa
tidak bersyukur atas nikmat-nikmat pemberian-KU, tidak bersabar atas ujian-cobaan-KU
dan ridho terhadap kepastian qodlo-KU, maka carilah T uhan selain AKU”.
جَـعَـلَـنَا
اللهُ وَإِيـَّا كُـــمْ مِـنَ
الـصَّـابـِـرِيـْنَ وَمِـنَ الشَّـا كِـرِيـْنَ
وَمِـنَ الْـمُـخْلـِصِـيْنَ وَمِـنَ الرَّاضِــيْنَ الْـمَـرْضِـيِّـــيْنَ
آ
مِــــيْن . وَالْـحَـمْـدُ للهِ
رَبِّ الْـعَـالَـمِــيْن
Tidak ada komentar:
Posting Komentar