AJARAN WAHIDIYAH

LILLAH Artinya : segala perbuatan apa saja lahir maupun batin, baik yang berhububungan dengan langsung kepada Alloh wa Rosulihi SAW maupun berhubungan dengan sesama makhluq, baik kedudukan hukumnya wajib, sunnah, atau mubah, asal bukan perbuatanyang merugikan yang tidak di ridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakanya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada Alloh dengn ikhlas tanpa pamrih ! LILLAH TA’ALA baik pamri ukhrowi, lebih – lebih pamri duniawi

BILLAH : merasa dan menyadari bahwa segalanya termasuk gerak gerik kita, lahir batin, tenaga, pikiran dll adalah ciptaan ALLOH MAHA PENCIPTA !. yakni ''laa haula walaa quwwata illaa billaah '' tiada daya kekuatan melainkan karena Alloh SWT.

LIRROSUL Di samping niat Lillah seperti di muka, supaya juga di sertai dengan niat LIRROSUL, yaitu niat mengikuti tuntunan Rosulullooh SAW

BIRROSUL Penerapannya seperti BILLAH keterangan di muka, akan tetapi tidak mutlak. Dan menyeluruh seperti BILLAH, melainkan terbatas dalam soal – soal yang tidak dilarang oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Jadi dalam segala hal apapun, segala gerak – gerik kita lahir batin, asal bukan hal yang dilarang, oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Disamping sadar Billah kita supaya merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa dari Rosulullooh SAW ( BIRROSUL )

YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH

Memenuhi segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa menuntut hak .mengutamakan kewajiban dari pada menuntut hak .contoh ;suami harus memenuhi kewajibannya terhadap sang isteri ,tanpa menuntut haknya dari sang isteri .dan isteri harus memenuhi kewajibannya terhadap suami,tanpa menuntut haknya dari sang suami .anak harus memenuhi kewajibannya kepada orang tua , tanpa menuntut haknya dari orang tua .dan orang tua supaya memenuhi kewaqjibannya terhadap anak, tanpa menuntut haknya dari si anak .dan sebagainya .sudah barang tentu jika kewajiban di penuhi dengan baik, maka apa yang menjadi haknya akan datang dengan sendirinya tanpa di minta .

TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFAH’ FAL ANFA’

Mendahulukan yang paling penting , kemudian yang paling besar manfaatnya . jika ada dua macam kewajiban atau lebih dalam waktu yang bersamaan dimana kita tidak mungkin dapat mengerjakannya ,bersama sama ,maka harus kita pilih yang paling aham ,paling penting kita kerjakan lebih dahulu . jika sama sama pentingnya ,kita ,pilih yang lebih besar manfaatnya

Sabtu, 15 Desember 2012

sedikit amal dan kesadaran - al hikam oleh muallif sholawat wahidiyah

BISMILLAAHIR ROHMANIR ROHIM.
( Jika Tuhan membukakan jalan untuk ma’rifat (sadar kepada-NYA), jangan pedulikan masalah amalmu yang masih sedikit sekalipun,sebab Tuhan tidak membukakan itu bagimu melainkan ia akan memperkenalkan diri kepadamu).

Dus soal ma’rifat atau kesadarn kepada Alloh SWT sekalipun sedikit atau sebagaian, jangan sampai memandang kepada amalnya yang masih sedikit lalu putus asa,jangan !. Dan sekalipun sudah ada hasilnya, supaya diteruskan itu amal-amalan. Yang sudah berhasil, supaya dipelihara yang sebaik-baiknya, dan yang belum berhasil jangan putus asa, terus usaha agar supaya berhasil !. Dus sama saja soal-soal yang lain. Orang menuju kepada Alloh SWT, umumnya menurut perjuangan atau ikhtiarnya. Yang sungguh-sungguh kuat dan tepat dalam perjalanan tentu hasilnya juga seimbang dengan jerih payahnya. Tapi perlu diingat bahwa dalam perjalanan itu banyak rintangan-rintangan dan hambatan-hambatan dari luar, dari dalam, dari segala jurusan. Selalu ada !.
Dalam pengajian ini diperingatkan jangan sampai teledor atau putus asa. Lebih-lebih kalau sudah ada hasilnya, banyak atau sedikit, jangan sampai teledor dan lengah !. Rintangan-rintangan banyak sekali, dari luar maupun dari dalam. Entah soal ekonomi, entah soal rumah tangga, entah soal usaha atau perjalanan itu sendiri, mujahadah-mujahadah dan lan-lain. Kalau sudah memiliki rasa BILLAH misalnya, atau merasa selalu di incer, diawasi oleh Tuhan (muroqobah) ini harus di tingkatkan,dipelihara !. Jangan sampai puas sampai disitu dan jangan lengah terhadap gangguan-gangguan yang mungkin timbul dari berbagai persoalan !. Adapun jika menghadapi rintangan atau gangguan, harus sabar atau ridlo, disamping menghilangkan rintangan dan gangguan itu. Malah, harus bisa memanfaatkan rintangan itu untuk kesadaran.
Arab 56

(Tidaklah engkau ketahui bahwa ma’rita atau kesadaran kitu semata-mata pemberian karunia Tuhan kepadamu, sedang amal perbuatanmu adalah hadia dari padamu. Maka betapa jauhnya perbedaan antara hadiamu dan pemberian karunia Tuhan ?)

Dus, disini diperingatkan, bahwa soal kesadaran kepada Alloh wa Rosulihi SAW seklipun hanya sedikit, lebih-lebih kalu dibandingkan dengan usahanya, sekalipun sedikit pemberian dari Alloh SWT. Sedangkan amal seklipun banyak, adalah merupakan usaha sihamba. Sedikit dari pada Alloh SWT masih jauh lebih berharga dari amal hadiah dari si hambasekalipun betapa besarnya amal itu. Lagi pula amal si hambaitu manfaatnya kemabali kepada itu sendiri, sama sekali tidak mempengaruhi. Hadiah dari hamba sekalipun betapa besarnya yang dihadiakan kepada Tuhanya, sama sekali tidak berarti kalau di bandingkan dengan hadiah Tuhan atau pemberia Gusti kepada hambanya. Sekalipun peparing itu sedikit, ini dapat kita ambil gambaran umpamanya seorang rakyat jelata menerima hadiah dari presiden. Seklipun pemberian itu hanya sedikit, tapi dia si rakyat tadi tentu gembira dan bangga menerima hadiah dari presiden. Atau kalu tidak usah sampai diberi, dipangil begitu saja si rakyat tadi sudah bangga sekali. Malah, sekalipun didalam melaksanakan panggilan itu makan biaya dan pikiran, si rakyat yang dipanggil tadui tetap gembira dan bangga menerima panggilan dari presidennya. Mala seorang rakyat yang langsung diperintah oleh seorang Kepala Negara atau Raja, atau Presiden, sekalipun itu perintah, betapapun beratnya dia tetap gembira dan bangga melaksanakan perintah yang langsung di berikan oleh perisidenya itu. Karena merasa istimewah, dekat dengan Kepala Negara.
Hadiah dari seorang rakyat kepada Kepala Negara, sekalipun betapa besarnya masih jauh tidak sebanding jika dibandinkan dengan hadiah Kepala Negara kepada rakyatnya. Itu baru Kepala Negara, sesama manusia. Lha lebih-lebih hadiah dari Alloh SWT, jauh sama sekali tidak dapat digambarkan betapa nilainya !. Alloh Maha Agung, Maha Mulia, Maha Kuasa,Maaha, Maha, Maha.

Arab 57
( Sedikit amal disertai kesadaran lebih baik dari banyak amal tanpa kesadaran (ma’rifat) ).
Amal sedikit tapi di dasari kesadaran kepada Alloh SWT lebih baik daripada banyak amal tapi tanpa kesadaran kepada Alloh SWT.
Ini kita didalam Wahidiyah sering bicara, sering mendengar, bahkan sudah merasakan. Maka yang pokok mari kita tingkatkan, disamping koreksi pengalaman-pengalaman yang sudah-sudah !. Koreksi, perlunya untuk meningkatkan dan menyempurnakan. Meningkatkan dan menyempurnakan soal lahiriyah terutama soal batiniyah, lahiriyah harus kita koreksi dan kita sempurnakan. Yah sekalipun yang paling penting dan paling pokok adalah batiniyah, tapi soal lahiriyah tidak boleh kita abaikan !. Dan harus “TAQDIMUL AHAM FAL AHAM” !. Ini kita berjuang untuk batiniyah dan lahoiriyah itu bersama-sama, bisa dan kita mampu. Disamping memperbaiki batiniyah, lahiriyah, disamping lahiriyah batiniyah. Seharusnya begitu !. Dan kita mampu.

Arab 58
Kalau orang sudah mempunyai pengalaman kesadaran kepada Alloh SWT, supaya lebih ditingkatkan perhatiannya, agar menjadi otomatis terus bertambah. Terus bertambah ini yang lebih aham dari pada amal lahir. Namun begitu, amal lahir tidak boleh kita abaikan, harus juga kita usahakan peningkatan dan penyempurnaan, tapi terutama amal batin. Atau dengan kata lain amal lahir harus menjadi realisasi dari pada amal batin. Dus batin kita hatus senantiasa mengomando kepada amal lahir kita !.

Arab 58
Hati, adalah Rajanya anggota lahiriyah. Kalau hatinya baik lahiriyahnya juga baik. Kalau buruk ya buruk. Maka dari itu, disamping meningkatkan dan menyempurnakan batiniyah, lahiriyah harus juga ditingkatkan !. Atau disamping meningkatkan dan menyempurnakan lahiriyahnya, juga batiniyahnya terutama.

Arab 58
Dikatakan : Umumnya orang ‘Arifin pada akhirnya tidak seperti ketika pada saat-saat pertama mengenai kegitannya. Sebab dia yang lebih dipentingkan adalah batinnya didalam Syuhud kepada Alloh SWT. Tapi otomatis dia kalau waktu ada kesempatan kelihatan giat lahiriyahnya. Tapi harus ada pertimbanagn “TAQDIMUL AHAM FAL AHAM”. Malah, setengahnya ‘Arifin mengatakan, bahwa oarang yang di hadrotulloh, orang yang sadar, mestinya, adabnya, harus diam lahiriyahnya maupun batiniyah. Dia seorang yang sadar, seorang yang ada dihadapan Alloh SWT adabnya harus diam. Kecuali ada kebutuhan yang sangat. Tapi kalau tidak membutuhkan, harus diam. Boleh digambarkan sebagai seorang rakyat umpamanya. Dia dihadapan pembesar atau Kepala Negara, mestinya adabnya menundukan kepala dan diam, tidak banyak bicara. Terutama bicara yang tidak berguna. Lebih-lebih terhadap Alloh SWT, harus diam. Kecuali ada hal-hal penting misalnya dalam penyiaran, atau nahi munkar, dan lain-lainnya. Diam di dalam Syuhud kepada Alloh SWT. Di dalam sowa dihadapan Alloh SWT. Di dalam audensi, atau merasakan betapa Agungnya Alloh SWT, sempurnanya Alloh SWT !. Betapa banyaknya nikmat dari Alloh SWT !. Nikmat yangmengalir ke seluruh makhluq dalam segala bidang dan segala bentuk. Dan kepada dirinya sendiri, lahiriyah maupun batiniyah !.

Arab 59
( Beraneka warna jenisnya amal perbuatan, disebabkan karena bermacam-macamnya pemberian karunia Alloh yang diberikan kepada hambanya ).
Amal ibadahnya orang itu bermacam-macam, karena komandonya hati. Komando hati dan hati mengomando itu karena ada sorotan dari Alloh SWT. Atau fadlol dari Alloh SWT.
Disebutkan “ Khal” atau bentuk jamaknya “Akhwal”, yaitu keadaan hati, atau sikap moril yang berada didalam hati, sehingga hati ini bergerak ingin begini, ingin begitu. Ingin Mujahadah, ingin baca Sholawat, ingin istighfar, ingin dzikir “Alloh-Alloh” atau “laa ilaha Illalloh”, atau .....Yaa Waahidu Yaa Ahad, Yaa waajidu Yaa jawaad, dan sebagainya dan sebagainya. Ada yang ingin menolong orang lain, ingin menyiarkan dan sebagainya itu bermacam-macam oleh karena bermacam-macam pula dorongan atau tekanan dari hati. Dan hati menekan begitu itu sebab ditekan oleh fadlol Alloh SWT.
Arab 60
Sebabnya demikian itu ialah karena ada apa-apa yang datang dari Alloh yangm menyebabkan hati yang kedatangan tadi menjadi begini begitu.
Arab 60
Lalu bagaimana caranya, disini ?. Yang baik, yang wajar dan seharusnya ayitu melaksanakan apa yang jadi komando hati sebab. Hati dikomando oleh “warid Ilahi”. Begitu itu apabila tidak berada dibawah tarbiyah atau pendidikan seoarang Guru yang sempurna. Yaitu seorang yang sadar dan dapat menyadarkan orang lain. Guru atau Syekh yang Kamil Mukaamil. Tapi kalau seseorang berada dibawah asuhan seorang Guru Kamil Mukaamil, harus tunduk seratus persen kepadanya. Sekalipun hal itu mungkin bertentangan dengan “Waarid”nya, bertentangan dengan keadaan hati. Otomatis caranya orang yang mengasuh orang lain untuk sadar kepada Alloh SWT, otomatis berbeda-beda. Bermacam-macam seperti halnya soal lahiriyah. Setengahnya ‘Arifin menyabdakan kurang lebih :
Arab 60
( Barang siapa keluar meninggalkan dunia (mati) belum menemukan seorang Guru Mursyid yang Kamil Mukkamil yang mengasuh dirinya ke arah kesadaran kepada Alloh SWT, maka dia membawa dosa besar dan rugi ).
Atau seperti dawuh Syekh Hasan Asy-Syadzali Ra :
Arab 61
( Barang siapa yang belum mencicipi/merasakan ilmuku ini (maksudnya soal kesadaran kepada Alloh SWT ),maka matinya membawa dosa besar sekalipun betapa banyak amalnya, dan dia tidak tahu, tidak merasa ).
Jadi kalau seseorang berada di bawah asuhan seseorang Guru yang sempurna yang mengantarkan wusul kepada Alloh SWT, dia harus bersikap :


Arab 61
Seperti mayit di bawah tangan orang yang memandikan. Harus tunduk menyerah bongkokkan seratus persen.
Bermacam-macam dalam sejarah, orang yang menyadarkan kepada Tuhan. Ada orang yang hanya disuruh baca “Alloh-Alloh” saja, ada yang disuruh riadlo-riadlo, dan banyak lagi macamnya. Yah, tidak berbeda dengan seorang dokter yang mengobati pasienya. Seorang dokter, atau seorang tabib, bermacam-mcam caranya untuk mengobati pasienya. Dan melihat keadaan si pasien dan jenis penyakitnya. Juga tergantung pada kemampuan yang ada padanya.
Para hadirin hadirot, ya mudah-mudahan pengajian pagi ini di ridloi Alloh SWT!. Dan kita hubungan, pengajian ini, kita sebagai pengamal Wahidiyah harus bertasyakur atas adanya sholawat Wahidiyah yang kita miliki ini!. Alhamdulillah, banyak sekali hasil hasilnya yangkita peroleh dengan perantaraan sholawat wahidiyah, terutama hubungan soal kesadaran kepada Alloh wa Rosullihi SAW!. Hubungan kita kepada Alloh SWT, didalam kita mengabdiakn diri kepada Alloh SWT, alhamdilillah sedikit banyak kita dikaruniai kesadaran dengan cara-cara yang ringan dan gampang. Ini harus kita tingkatkan syukur kita!. Dan mari para hadirin hadirot wahidiyah yang sudah kita miliki ini kita pelihara kita jaga, kita perhatikan, kita tingkatkan dalam segala bidang!. Kenyatan dan pengalaman, alhamdulillah hasilnya memuaskan sekali. Terutama soal kesasdaran kepada Alloh SWT.
Dikatakan bahwa “Asy-Syaikhul Kamilu” guru yang sempurna yang dapat mengantarkan kesadaran kepada Tuhan, pada zaman akhir sulit di temukan. Digambarkan seperti mencari burung Gagak Putih. Yah, pokoknya jarang sekali. Itu baru mencarinya. Mencari, orang siapa yang dapat menghantarkan wusul kepada Alloh SWT. Sudah suli, belim lagi bagaimana caranya nanti. Lah ini para hadirin hadirot, kita didalam wahidiyah diparingi mudah, dengan wahidiyah, dengan pupuk wahidiyah, kita diparingi sedikit banyak, kesadaran kepada Alloh SWT. Itu sungguh, suatu fadlol yang sangat besar sekali. Dari itu harus kita syukuri dengan sungguh-sungguh.
Arab 62

Dikatakan disini, bahwa bermacam macam amal bagi orang yang menuju kepada Alloh SWT yang sunguh-sunguh, itu, karena berbeda bedanya ketetapan hatinya. Suatu ketika yang di antepi ini, satu ketika yang lain itu, bermacam-macam. Ada yang banyak macamnya. Ada yang sedikit malah ada yang pancet satu macam saja. Misalnya hanya Alloh, Alloh saja dan sebagainya .
Maka juga ada cara yangbanyak, adajuga cara yang sedikit, amal itu ibaratnya seperti makanan, tiap makanan pasti ada vitamin-vitamin yang ter kandung didalamnya, dan ada yang satu sama lain diantara jenis-jenis makanan itu vitaminnya juga bermacam-macam, tidak sama. Amal yang banyak dengan sendirinya vitaminnya juga banyak dan bermacam-macam. Dan bermacam-macam pula manfaatnya bagi yang memakan makanan itu.Begitu juga amal, amal, bermacam-macam juga vitaminnya ibarat makanan, bermacam-macam faedah dan daya gunannya.
Ada amal yang disitu membicarakan betapa murahnya tuhan. Ada lagi amal atau”Asmaak”yang berisi mengutarakan, kekuasaan tuhan atau keadilan tuhan, lha itu otomatis pengaruhnya terhadap hati berbeda-beda. Kalau amal itu membicarakan atau menguraikan kemurahan tuhan, kasih sayang tuhan, itu otomatis ada buahnya didalam hati. Kalau ingat bahwa tuhan senantiasa mengetahui keadaan kita, otomatis mempengaruhi diri kita. Kits menjadi senantiasa takut, tidak berani berkutik. Dan sebagainya, dan sebagainya.
Ada amal yang hanya ingat kesatu macam saja. Tapi sekalipun hanya satu macam, tapi sudah meliputi segala segi, dari jenis-jenis yang lain. Umpamanya hanya”Allah “thok. Sekalipun hanya satu macam, “Allah”Tuhan otomatis. Maha, Maha Tahu, Maha kuasa, Maha Kasih sayang, Maha, Maha, Maha, Maha. Dus satu asmak saja sudah mencakup bermacam-macam bidang. Tapi ada juga yang hanya satu macam asmak, tidak mencakup yang lain-lain. Misalnya”al-qoodiru”. Otomatis kuasa, belas kasihan tidak termasuk disitu.
Dus mudahnya, kembali kepada pengajian, orang yang beribadah atau mengabdikan diri kepada Tuhan, itu dengan bermacam-macam amalan dan caranya. Lha bermacam-macamnya amal itu, dikarenakan bermacam-macamnya esakan atau dorongan yangberpengaruh dalam hati. Hati krenteg begini, kerenteg begitu. Lha hati yang begitu itu karena dari Allah SWT, yang disini disebut”waaridun ilaahiyum”. Atau fadlol dari Allah SWT.
Dus dorongan dalam hati begini begitu, karena memang dari Allah SWT, harus diikuti. Misalnya pada suatu ketika tergerak banyak”yaa syafi’al”.... saja, dan pada lain kesempatan”fafirruu....” dan lainnya lagi “Allohumma yaa waahidu...” lha itu supaya dipempeng, diperbanyak dan ditingkatkan nilainya!. Mungkin ada lagi yang ingin memperbanyak semuanya. Itu juga harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
Kesemuanya itu tadi jika tidak berada dalam tarbiyah atau asuhan seorang Syekh atau guru yang otomatis guru itu lebih mengetahui seluk beluk jalan menuju kesadaran kepada Alloh SWT. Beliau seorang kaamil mukammil yang sudah berpengalaman mengalami liku-likunya perjalanan menuju kesadaran. Ibaratnya deorang dokter betul-betul menguasai jenis-jenis penyakit si pasien, dan mengetahui dengan tepat obat apa yang cocok untuk menyembuhkan si pasien. Dus, kalau kita berada dibawah asuhan seorang guru yang kaamil mukammil, apa yang tergerak didalam hati, itulah yang harus diikuti dan dilaksanakan. Tetapi kalau berada dibawah asuhan guru yang kaamil mukammil, harus, harus, seratus persen tunduk mengikuti petunjuk guru!. Sekalipun mungkin petunjuk itu berlawana dengan krenteg dalam hati.
Seorang yang kaamil mukammil dapat ditandai dalam lahiriyahnya, yaitu antara lain dalam bidang syari’at beliau sempurna, konsekwen,tidak ada cacatnnya. Hububungan dalam masyarakat, beliau tidak mengecewakan. Hubungan soal ibadah lahiriyyah juga tidak mengecewakan.Itu lairiyyah beliau.Disamping itu batiniyah beliau otomatis senantiasa sadar kepada Alloh SWT.Sadar dan menyadarkan orang lain.Tapi itu tidak kelihatan.Tidak mudah di ketahui lain orang atau masyarakat.Dus yang bisa ditandai yaitu soal lahiriyyahnya.Soal agama minim tidak mengecewakan,sooal hubungan dalam masyarakat juga tidak mengecewakan .Lha umpamanya sekarang ada seorang lahiriyyahnya sudah kelihatan mengecewakan,baik dalam soal agamanya lebih-lebih,mampu dalam hubungannya didalam masyarakat,itu otomatis tidak dapat disebut “kaamilun mukaamilun”. Sebab pada zaman akhir mungkin saja ada orang yang belum, yang mungkin memang sama sekali plasu, atau munkin dianya belum,belum mampu untuk mengantarkan kearah kesadaran kepada Alloh SWT.Itu mungkin sekali ada, karena itu hasur berhati-hati memilih guru Maamil Mukammil. Dus mungkin sekali ada orang yang memang dia sudah sadar kepada Alloh SWT. memang sungguh-sungguh sudah minal ‘arifi, tetapi dia belum mampu untuk mengantarkan orang lain sadar kepada Alloh SWT.
Dus, yang dapat dipakai pedoman, soal lahiriyah saja. Soal agamanya tidak mengecewakan. Adapun soal lahiriyahnya seseorang itu tidak mudah diketahui. Dan hubunnganya didalam masyarakat juga tidak mngecewakan. Lha kalau salah satu dari dua hubungan itu mengecewakan, berarti belum memenuhi syarat-syarat guru kamil mukammil. Ini harus dihindari!.
Para hadirin hadirot, kembali kewahidiyah. Alhamdulillah para hadirin hadirot!, insya Alloh wahidiyah ini cukup untuk kita buat alat, untuk sowan kehadapan Alloh warasulihi SAW!. Dan insya Alloh cukup, untuk mengantar orang lain, kita antarkan sowan beraudensi dihadapan Alloh warosulihi SAW. Insya Alloh cukup tinggal kita para hadirin hadirot!, sesunguhnya kita sudah ada kemampuan untuk itu. Tinggal mau atau tidak!. Tetapi sesungguhnya kita sudah diberi memilikikemampuan. Kemampuan yang cukup, dan cara-cara dan alat yang kitaa miliki juga mampu untuk sowan dan menyowankan, untuk sadar dan menyadarkan, intu mampu.
Mari para hadirin hadirot, kita perhatikan kita tingkatkan sebanyak mungkin, sesempurna-sesempurnamya!.
Para hadirin hadirot, ya mudah mudah-mudahan pengajian ini diridloi oleh Alloh SWT, mendapat syafaat Rasulillahi SAW, mendapat jangkungan dan tarbiyah nadhroh Ghoutsi Hadzaz Zaman waa’waanihi dan semua kekasih Alloh SWT!. Mudah-mudahan kita dapat menggunakan alat yang kita miliki yaitu perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW!. Kita gunakan dengan semestinya, kita gunakan untuk sowan kepada Alloh wa Rosulihi SAW, dan menyowankan umat dan masyarakat kehadirat Alloh wa Rosulihi SAW. Amiin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar