AJARAN WAHIDIYAH

LILLAH Artinya : segala perbuatan apa saja lahir maupun batin, baik yang berhububungan dengan langsung kepada Alloh wa Rosulihi SAW maupun berhubungan dengan sesama makhluq, baik kedudukan hukumnya wajib, sunnah, atau mubah, asal bukan perbuatanyang merugikan yang tidak di ridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakanya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada Alloh dengn ikhlas tanpa pamrih ! LILLAH TA’ALA baik pamri ukhrowi, lebih – lebih pamri duniawi

BILLAH : merasa dan menyadari bahwa segalanya termasuk gerak gerik kita, lahir batin, tenaga, pikiran dll adalah ciptaan ALLOH MAHA PENCIPTA !. yakni ''laa haula walaa quwwata illaa billaah '' tiada daya kekuatan melainkan karena Alloh SWT.

LIRROSUL Di samping niat Lillah seperti di muka, supaya juga di sertai dengan niat LIRROSUL, yaitu niat mengikuti tuntunan Rosulullooh SAW

BIRROSUL Penerapannya seperti BILLAH keterangan di muka, akan tetapi tidak mutlak. Dan menyeluruh seperti BILLAH, melainkan terbatas dalam soal – soal yang tidak dilarang oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Jadi dalam segala hal apapun, segala gerak – gerik kita lahir batin, asal bukan hal yang dilarang, oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Disamping sadar Billah kita supaya merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa dari Rosulullooh SAW ( BIRROSUL )

YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH

Memenuhi segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa menuntut hak .mengutamakan kewajiban dari pada menuntut hak .contoh ;suami harus memenuhi kewajibannya terhadap sang isteri ,tanpa menuntut haknya dari sang isteri .dan isteri harus memenuhi kewajibannya terhadap suami,tanpa menuntut haknya dari sang suami .anak harus memenuhi kewajibannya kepada orang tua , tanpa menuntut haknya dari orang tua .dan orang tua supaya memenuhi kewaqjibannya terhadap anak, tanpa menuntut haknya dari si anak .dan sebagainya .sudah barang tentu jika kewajiban di penuhi dengan baik, maka apa yang menjadi haknya akan datang dengan sendirinya tanpa di minta .

TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFAH’ FAL ANFA’

Mendahulukan yang paling penting , kemudian yang paling besar manfaatnya . jika ada dua macam kewajiban atau lebih dalam waktu yang bersamaan dimana kita tidak mungkin dapat mengerjakannya ,bersama sama ,maka harus kita pilih yang paling aham ,paling penting kita kerjakan lebih dahulu . jika sama sama pentingnya ,kita ,pilih yang lebih besar manfaatnya

Senin, 31 Desember 2012

ramalan jeanne dixon tentang sholawat wahidiyah

Bpk. Syamsul Huda, purwosari, pada suatu pasowanan menghaturkan berita dari salah satu majalah bulanan. dalam berita itu termuat berita tentang seorang peramal barat yang ramalannya telah dipercaya oleh banyak negara d dunia dan jarang meleset. peramal itu bernama jeanne dixon. dia meramal bahwa di asia tenggara ini ada bayi yang baru lahir, bayi itu membawa ajaran suci yg apabila ajaran ini telah tersebar, akan terwujud perdamaian dunia.
pada suatu resepsi, beliau muallif sholawat wahdiyah ra. mengutarakan berita tersebut dan mengomentarinya ''para hadlrin hadlirot, kita sebagai pengamal wahdiyah, kita khusnudhon bahwa bayi yang diramal itu sholawat wahidiyah dan ajarannya. sekarang yang jadi pertanyaan, kalau sholawat wahdyah sudah lahir dan juga sudah disiarkan lantas apa sebabnya perdamaian dunia belum terwujud ? jangan lagi perdamaian dunia, senegara kita sendiri, sekampung kita sendiri, serumah tangga kita sendri, seperjuangan kita sendiri belum terwujud. sekal lagi apa penyebabnya ? setiap pengamal yang seharusnya menjawab pertanyaan itu, yaitu tidak lain karena kita sendiri yang masih digulunng imperialis nafsu ".

Sabtu, 29 Desember 2012

masail wahidiyah - 14. husnudlon


HUSNUDH – DHON
Husnudh-dhon adalah berbaik sangka atau berprasangka baik kepada Alloh Wa Rosuulihi e, kepada orang lain dan umumnya kepada sesama makhluq. Terhadap Alloh wa Rosuulihi e seharusnya bukan hanya husnudhon melainkan harus husnulyaqin !
Husnudh-dhon atau husnul-yaqin itu menjadi kuncinya berbagai gudang hikmah, merupakan tangkainya bermacam-macam faedah dan menjadi sumber dari bermacam-macam manfaat dan mashlahah. Sebaliknya, berprasangka buruk atau “suu-udh-dhon” menjadi sumber dari bermacam-macam fitnah, menjadi lubang / jeglongannya bermacam macam mafsadah dan menjadi markasnya bermacam-macam pertengkaran dan per-musuhan, serta merupakan gempa bumi penggoncang kekom-pakan dan persatuan.
Maka dari itu kita harus selalu husnudhdhon kepada siapa saja sekalipun bagaimana keadaannya. Hanya terhadap musuh atau orang mencurigakan kita harus curiga dan waspada. Kalau perlu harus su-udh-dhon terutama kepada nafsu kita sendiri. Bukankah nafsu adalah musuh setiap insan ? Sebagaimana sabda Rasulullah e :
أَعْــدَى عَــدُوِّكَ  نـَفْـسُـكَ  الَّــتِي  بـَيْـنَ جَـنْـبَـيْـكَ
ر(رواه البيهقي عن ابن عباس رضى الله عنهما)

“Sejahat-jahat musuhmu adalah nafsumu yang berada pada dirimu”. (Riwayat Baihaqi dariIbnu Abbas)
Jadi terhadap nafsu masing-masing harus mencurigai. Sekalipun ketika kita sedang menjalankan taat. Malah justru ketika melakukan taat itulah kita harus lebih waspada terhadap gerak-gerik nafsu yang pada saat-saat seperti itu menggunakan seribu satu macam cara untuk merusakkan amal-amal ibadah dengan menaburkan racun ‘ujub, riyak takabur dan sebagainya dengan cara yang halus sekali. Orang yang belum sadar BILLAH, pasti terkena oleh tipu daya nafsu dan meminum racun ‘ujub riyak dan sebagainya itu tetapi tidak merasa bahwa yang diminum itu racun yang mematikan.

Ada suatu hikayah. Syekh Juned Al Babhadadi y seorang Waliyulloh yang terkenal, pada suatu hari melihat seorang laki-laki masih muda dan masih kuat badannya meminta-minta (mengemis ) di muka suatu masjid. Dalam hati Syekh Juned timbul suatu angan-angan : “Sayang orang itu; masih muda dan masih kuat badannya kok peker-jaannya mengemis; Seandainya dia mau bekerja tentu ia menjadi terhormat”.
Pada malam harinya Syekh Juned terasa berat dalam menjalankan “aurod lailiyah” yang sudah menjadi kebiasaan-nya. Akhirnya tertidur, dan di dalam tidurnya itu beliau ber-mimpi didatangi beberapa orang yang membawa bungkusan dan menyerahkan bungkusan tersebut kepada Syekh Juned sambil berkata : “Makanlah daging mentah saudaramu yang kamu berprasangka buruk dalam hatimu siang tadi”. Setelah dibuka ternyata isi bungkusan tersebut adalah gumpalan daging manusia. Syekh Juned terkejut dan terbangun. Pagi harinya beliu mencari pengemis yang dilihatnya kemarin di depan masjid. Setelah bertemu beliu minta maaf . Begitulah akibatnya suu-udhdhon atau berprasangka buruk dalam hati.
Maka dari itu kita harus membiasakan hati kita untuk selalu berhusnudh-dhon kepada siapapun juga. Misalnya terhadap orang yang belum dikenal atau sekalipun sudah kita kenal, husnudh-dhon bahwa orang itu adalah dari kalangan orang baik-baik, orang sholeh dan termasuk Waliyyulloh dan minal’aarifin dan sebagainya. Dengan cara demikian insya Alloh kita selamat dari bahaya suu-duh-dhon. Insya-Alloh jika LILLAH BILLAH  dan LIRROSUL BIRROSUL kita memancar dengan baik, maka hati kita dapat selalu husnudh-dhon kepada siapa saja, dan husnul-yaqin kepada Alloh wa Rosuulihi e. Disabdakan di dalam hadits Qudsi
أَنـَا عِـنْـدَ ظَــنِّ عَـبْـدِيْ  بِـي  إِنْ خَــيْرًا  فَـخَــيْرٌ وَإِنْ  شَــرًّا  فَـشَـــرٌّ
( رواه  ابـو نـعـيم  والـطــبراني  وابـن عســاكر عن أنــس)

 “AKU, menurut prasangka hamba-KU; jika berprasangka baik menjadi baik, dan jika buruk menjadi buruk”. (Riwayat Abu Na’im, Tabroni dan Ibnu Askir dari Anas).
Suu-udh-dhon itu tegas-tegas dilarang Alloh :
يآأَيُّهَاالَّذِينَ آمَنُواْ اجْتَنِبُواْ كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلاَ تَجَسَّسُواْ وَلاَ يَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُواْ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ            ( 49-الحجرات: 12)

Artinya kurang lebih :
“Hai orang –orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, janganlah kamu mencari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Alloh; sesungguhnya Alloh Maha penerima taubat lagi Maha penyayang ”. (49 – Al hujurot-12)

Kebenaran ayat tersebut dialami oleh Syekh Juned seperti di atas. Orang yang suu-udh-dhon otomatis lupa kepada Alloh, tidak sadar atas qudrat dan irodat Alloh, pada hal :
قُـــلْ كُلٌّ مِــنْ عِـنْــدِ اللهِ (4- النسآء  : 78)

"Katakanlah, segala-galanya itu dari Alloh”
 (4-An Nisaa-78)
لِكُلِّ شَـيْئٍ  حِـكْــمَةٌ  وَلِـكُلِّ شَـيْئٍ  فِـتـْنَــةٌ
“Segala sesuatu itu ada hikmahnya dan ada fitnahnya”.

Kita harus mengambil hikmahnya. Maka harus selalu husnudh-dhon ! Jika kedahuluan su-udh-dhon kita tidak bisa mengambil hikmahnya. Yang muncul adalah fitnah dan mafsadah-nya. Hikmahnya tertutup tidak nampak kepada kita akibat suu-udh-dhon. Yang dimaksud hikmah yaitu mana-mana yang mendatangkan kebaikan dan menjadi sebabnya semakin dekat kepada Alloh wa Rosuulihi e.

Hubungan husnudh-dhon Imam Syafi’i y mengatakan :
مَـنْ أَحَـبَّ أَنْ  يـُخْـتـَمَ  لَـهُ  بِـخَــيْرٍ  فَـلْـيُحْـسِنِ  الــظَّــنَّ بِـالـــنَّــاسِ
(Barang siapa ingin memperoleh husnul-khotimah, maka berhusnul-dhonlah kepada manusia).
Perlu diperhatikan, bahwa di samping husnudh-dhon, harus waspada dan bijaksana. Dan disamping su-udh-dhon (kepada nafsunya sendiri terutama), juga harus bijaksana dan berhati-hati ! Jadi dua bidang harus diisi sekaligus ! Bidang husnudhon harus diterapkan dengan dijiwai LILLAH-LLAH LIRROSUL-BIRROSUL LILGHOUTS-BILGHOUTS dan bidang kewaspadaan juga harus dilakukan lahir dan batin. Suu-udh-dhon kepada nafsu harus terus menerus ditingkatkan.Begitu pula husnul yaqin kepada Alloh I harus senantiasa kita jadikan pandangan optimis ! Pokoknya kita harus mengisi segala bidang yang harus kita isi ! Jangan sampai tertipu oleh nafsu. Lebih-lebih jangan sampai menganggap entheng terhadap kewajiban-kewajiban terutama yang berhubungan dengan Alloh wa Rosuulihi e sekalipun kelihatannya kecil. Dan jangan sampai menganggap remeh terhadap munkarot dan maksiat sekalipun betapa sepelenya. Pokoknya harus “Yukti Kulla Dzii Haqqin Haqqoh” dan “Taqdiimul Aham Tsummal Anfa’ Fal Afa”.
وَالْـحَـمْـدُ ِللهِ  رَبِّ  الْـعَـالَـمِــيْن
Di bawah ini dinukilkan shalawat-sholawat nadhom juga karangan Hadlrotul-Mukarrom Romo K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah. Ketika membaca supaya dijiwai LILLAH-BILLAH LIRROSUL-BIRROSUL dan LIL-GHOUTS-BILGHOUTS dengan adab, ta’dhim, mahabbah lahir batin sebaik-baiknya. Mari sebelumnya kita menghaturkan hadiah bacaan surat Al Fatihah kepada Beliau dan kepada siapa saja yang ada hubungan masalah ini.

Lahumul Faatihah !


الـحمد لله  الصلاة و السلام
*
عليك والآ ل بك الـخير النـعم


يا سيدى يا سيدي أدركني
*
أنــت رسو ل الله حـقــا ربــني


والا هل والأ ولاد والذ عمل
*
بالـواحـديـة بـفـضـل ذى العلى


والمسلمين المسلمات أجمعين
*
أنت حبــيب  الله رب الـعالمين

يارحمة  لـلـعـالـمـين والتمــــام
*
والخير منك والنجاح  والسلام






Terjemah :
“Segala puji bagi Alloh. Sholawat dan salam-Nya semoga tercurah ke pangkuanmu dan keluargamu (yaa Rasuu-lِAlloh)’. Sebab Engkaulah segala kebaikan dan kanikmatan”.

“Duhai Pemimpin kami, duhai Pemimpin kami, Engkau adalah Rasul Alloh yang haq. Bantulah kami, bimbing dan didiklah diri kami,

dan keluarga kami, anak-anak kami, serta para Peng-amal Wahidiyah, dengan fadhol AllohYang Maha Luhur”.

 serta segenap kaum Muslimin dan Muslimat, “Engkau adalah kekasih Alloh Robbul’alamin.

Dduhai Pembawa rahmat bagi seluruh ‘alam, dari / sebab  Engkau lah kebaikan, kesempurnaan, keselamatan dan kebahagiaan d- datangkan !”.

بـجـــاه  النـبي أصـــل الـعــــــالـــم
*
وروحـــــه  صـل عـلـيه سـلـم
يــا ربـــنـا وآلــــه  وصـــــــــحبه
*
واجـــمـع  لـنـا بـه كـــذا عـلــيه
واغـفر لنا وافـتح لناوالطف بنا
*
يــاربــنـا  يـاربـنـــــا  يـا ربـــنــــا

 “IJMA’ LANAA BIHI    :      maksudnya memohon semoga dapat sadar BIHAQIIQOTIL MUHAMMADIYAH”, sadar kepada ashlu jamii’l-kholqi, yakni nuuru Muhammaddin e .
    “KADZAA ‘ALAIHI”   :  maksudnya memohon semoga dapat dikumpulkan dengan Rosulullah e.

بـخـير خـلـقـك شـفـيع الأمـــم
*
يـا ربـنـا صــل عـلــيه ســـلـــم
والآل غــرقـنا بـبحر الـوحــدة
*
في كل حــال دآئـمــا وسـاعـــة

Alhamdulilah dengan memperbanyak membaca sholawat tersebut disamping Mujahadah Wahidiyah akan dikaruniani kemajuan dan peningkatan melakukan istighroq.
بـخــير خـلــقـك شـفـيع الأ مـم  *  يــاربـناصـــل عــــلـيـه  ســـلــــم
والآل بـارك هــذه  الـواحـديـة  * بــركـــة  مـحـيطـة  ومـسـعــــــدة

 Sholawat penyiaran.
يــاربــنـا الـلـــهــــم  صـــل  سـلـم
*
 عــلى مـحـمـد شـفـيــع الأ مــم
والآل واجـــعـل الأنــام مسرعـين
*
 بـــالــواحــديــة  لـرب الـعـالـمـين
يـاربنا اغـفـر يسر افـتح  واهدنا
*
قـرب وألــف بـيـنـنــا يـــا ربــنــا

Dianjurkan memperbanyak membaca sholawat penyiaran ini, Alhamdu Lillah besar sekali faedahnya bagi penyiaran perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi e,  dan bagi kerukunan di dalam rumah tangga dan bagi lain-lain kepentingan. Alhamdulillah.

masail wahidiyah - 13. mahabbah


MAHABBAH

Mahabbah atau cinta, yang dimaksud di sini adalah cinta kepada Alloh wa Rosuulihi e cinta kepada Anbiyaa wal Mursaliin wal Malaikatul Muqorrobiin ‘alaihimus-sholaatu wassalam, cinta kepada para keluarga dan para Shahabat Beliau dan kepada para Auliya kekasih Alloh Rodiyallohu Ta’alaanhum, cinta kepada para Ulama, kepada pemimpin, kepada orang tua dan keluarga dan seterusnya, umumnya kepada segenap kaum mukminin, mukminat, mislimin,  muslimat dan kepada segala makhluq ciptaan Alloh  pada umumnya.
Cinta kepada Kholiq, harus cinta juga kepada makhluq ciptaan-Nya. Akan tetapi cinta kepada Kholiq sudah barang tentu harus tidak sama dengan cinta kepada makhluq-NYA. Dalam prinsipnya segala makhluq berupa dan berbentuk apa saja dan bagaimanapun juga wujudnya, kita harus cinta. Kita cintai karena ia adalah ciptaan Alloh. Sekalipun berupa sesuatu yang menjijikkan, atau menakutkan. Sekalipun berupa maksiat atau munkarot sekalipun, atas pengertian bahwa itu semua ciptaan Alloh, kita harus cinta. Akan tetapi, disamping cinta, kita diperintah supaya menjauhkan diri dan tidak menyukai maksiat dan munkarot. Jadi pandangan harus dobel. Disamping cinta atau senang, harus pula tidak senang, harus menjauhkan diri daripadanya. Kita senang terhadap dzatiyahnya maksiat dan mungkarot mengingat itu adalah ciptaan Alloh yang kita cintai. Tetapi kita harus tidak senang dan harus menghindarkan diri dari perbuatan maksiat dan munkarot karena memang diperintah begitu oleh Alloh.
Jadi kita senang atau cinta kepada dzatiyah-nya maksiat dan munkarot karena sama-sama ciptaan Alloh, dan kita harus tidak senang (menjauhi) perbuatan maksiat dan munkarot karena dilarang melakukannya. Hanya senang dan cinta saja kepada maksiat dan munkarot, tidak membenci dan menjauhi, berarti melanggar perintah. Dan hanya membenci saja, tidak ada rasa senang sebagai itu makhluq, berarti melukai kepada makhluq. Melukai atau lebih-lebih menghina makhluq, berarti juga melukai kepada Kholiq / penciptanya.
    Ada suatu hikayah, pernah terjadi, ada salah seorang Nabi ‘ala Nabiyinaa wa’alaihis-sholaatu wassalaam pada suatu ketika melihat seekor anjing yang (maaf) bermata empat dan menjijikkan. Nabi tersebut  (maaf) berkata dalam hatinya:  “anjing kok bermata empat menjijikkan sekali”.Tak terduga-duga anjing tersebut menjawab : ”Tuan mencaci saya, jijik terhadap diri saya, itu sama saja mencaci yang menciptakan saya”. Nabi tersebut menjadi terkejut dan spontan lalu bertaubat dengan memohon ampun kepada Alloh.
Cinta atau senang maupun benci atau tidak senang itu harus didasari LILLAH BILLAH. Jika tidak dijiwai LILLAH BILLAH, otomatis dasarnya adalah nafsu LINNAFSI BINNAFSI. Dan jika Linnafsi Binnafsi pasti ada pamrih untuk kesenangan nafsu. Cintanya cinta gadungan, cinta palsu, tidak mulus, tidak murni, bukan cinta sejati. Cinta sebab ada udang di balik batu. Ini membahayakan. Jika apa yang menjadi daya tarik cinta itu hilang atau tidak kelihatan, menjadi tidak cinta lagi. Begitu juga benci atau tidak senang harus dijiwai LILLAH BILLAH Jika tidak, berarti hanya menuruti kemauan nafsu, bukan dasar menjalankan perintah.
Seperti keterangan di atas, cinta kepada makhluq harus tidak sama cinta kepada Kholiq. Cinta kepada makhluq haruslah hanya sebagai realisasi atau pelakanaan cinta kepada Kholiq. Atau sebagai manivestasi atau cetusan rasa cinta kepada Kholiq. Jangan sampai memadu antara cinta kepada Kholiq dan cinta kepada makhluq. Berbahaya sekali. Lebih-lebih jangan sampai cinta makhluq sampai mengalahkan cintanya kepada Kholiq.
         Alloh telah berfirman:
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِّنَ اللَّهِ وَرَسُوْلِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيْلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ         ( 9- التو بة   24 )
Artinya kurang lebih:
“Katakanlah (wahai Muhammad ), jika bapak-bapak kamu sekalian, anak-anak kamu sekalian, saudara-saudara kamu sekalian, suami / istri kamu sekalian, keluarga kamu sekalian, harta benda yang kamu sekalian kumpulkan, per-niagaan yang kamu sekalian takut menderita rugi dan rumah tempat tinggal yang kamu sekalian senangi, jika semua itu lebih kamu cintai daripada ِAlloh wa Rosuulihi e dan dari pada berjuang di jalan-Nya, maka bersiap-siaplah sampai Alloh menurunkan perintah penyiksaan-NYA dan Alloh tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang  fasik.” (9-At_Taubah-24).
Mari kita renungkan dan koreksi diri kita masing-masing. Dan mari senantiasa berusaha meningkatkan mahabbah kepada Alloh wa Rosuulihi e
Rasululloh, e  bersabda :
  لاَ يـُؤْ مِنُ أَحَـــدُكُـمْ حَـتَّى أَكُــوْنَ أَحَــبَّ إِلَـيْـهِ مِــنْ نـَفْـسِهِ وَمَـالِـــهِ وَالـنَّاسِ أَجْـمَـعِـــيْنَ . (رواه البخاري ومسلم وأحمد والتر مذي وابن ماجه عن انس y)

Artinya kurang lebih :
Tidaklah sempurna iman salah satu dari kamu sekalian sehingga Aku lebih dicintai dari pada dirinya sendiri, hartanya dan manusia semuanya”. (Riwayatbukhari, Muslim, Ahmad,  Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas).

Jadi cinta kita kepada badan kita sendiri, kepada orang tua, kepada suami, istri, kepada keluarga dan lain-lain itu seharusnya hanya sebagai pelaksanaan atau cetusan rasa cinta kita kepada Alloh wa Rosuulihi e. Ini dapat timbul dari hati yang senantiasa menerapkan LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL dan LILGHOUTS BILGHOUTS dan rajin melakukan Mujahadah Wahidiyah serta memperbanyak tafakkur. Tafakkur di dalam ke-Agungan Alloh, takkafur kepada kebesaran, kemuliaan / keluhuran budi Rasulullah e, dan takkafur tentang keindahan-keindahan yang terdapat pada segenap makhluq Alloh.

Mahabbatullah dapat bertambah mendalam dan bertambah murni dengan mahabbatur-Rosul e dan mahabbatur-Rosul e dapat men-jadi subur antar lain dengan memperbanyak berangan-angan atau mengingat Rosullullah e di mana saja kita berada, dan memperbanyak membaca sholawat khususnya Sholawat Wahidiyah serta memperbaiki dan meningkatkan hubungan batin dengan Ghoutsu Haadzaz-Zaman Rodliyallohu Ta’ala ‘anhum. Antara lain, mempraktekkan “Haqiqotul Mutaaba’ati Rukyatul Matbu’ ‘inda Kulli Syaiin” seperti sudah kita bahas pada bab “At-Ta’alluq Biijanaabihi e di muka.

 Bersabda Rosullullah e:
مـَـنْ أَحَـبَّ  شَـيْئاً أَكْــثَرَ مِــنْ ذِكْـــــرِهِ    (رواه الد يلمي عن عا ئشة)
“Barang siapa  mencintai sesuatu, dia banyak menyebut / mengingat sesuatu itu”. (Riwayat Dailami dari Aisyah R.A)
   أَلاَ لاَ إِيـْمَـانَ  لِـمَـنْ لاَ مَحَـبَّـةَ  لَـهُ , لاَ إِيـْمَـانَ  لِـمَـنْ لاَ مَـحَـبَّـةَ  لَـــهُ ( الصا وي  الثـا لث : 41 )
“Perhatikanlah, tidak disebut beriman orang yang tidak
 mempunyai rasa cinta…( Showi juz 3 halaman 41 )

Jadi mahabbatulloh dan mahabbatur-Rosul e itu merupakan pakunya iman. Iman tanpa mahabbah adalah iman yang goyah, tidak mantap. Hanya bagaikan plakat tempelan yang mudah luntur, mudah lapuk dan mudah mreteli.(lepas).
Pengakuan iman dan mahabbah tidak cukup hanya dengan pernyataan lisan saja. Harus menjadi keyataan yang meresap ke dalam, tembus di dalam hati dan buahnya dapat dilihat pada ahwal lahir. Ahwal atau tindakan lahir baik yang hubungan di dalam masyarakat maupun yang hubungan kepada Alloh dan kepada Rasululloh e. Mengaku cinta Alloh wa Rosulihi e tetapi tidak ada kenyataan yang dapat dilihat pada haliyah lahir, jelas suatu pengakuan palsu dan pura-pura. Berat sekali akibatnya di akhirat kelak.
لَيـْسَ  فِي الْـجَنَّـةِ  نـَعِـيْمٌ  أَعْـلَى مِنْ نـَـعِــيْمِ أَهْـلِ الْـمَحَـبَّـةِ وَ الْـمَــعْـرِفَــةِ وَلاَ فِي جَهَـنَّـمَ  عَـذَابٌ  أَشَـدُّ مِــنْ عَـــــذَابِ  مَـــنِ ادَّعَــى الْــمَــحَـــبَّةَ وَ الْـمَـعْرِفَـةَ  وَ لَـمْ  يَـتَحَــقَّـقْ بـِشَيْئٍ  مِـــنْ ذَلِـك
( سـراج  الــطـالـبـين)

(Di surga tidak ada kenikmatan yang lebih tinggi dari pada kenikmatan orang-orang ahli mahabbah dan ma’rifat, dan di neraka tidak ada siksa yang lebih dahsyat lebih mengerikan dari pada siksanya orang yang mengaku mahabbah dan ma’rifat tetapi tidak ada kenyataannya). (disebut di dalam kitap Sirojut Tholibin).

    Seseorang jika sungguh-sungguh mahabbatulloh dan mahabbatur-Rosul e mestinya lebih senang menjalankan apa saja yang diperintahkan oleh Alloh wa Rosuulihi e, dan menjauhi apa saja yang dilarangnya. Amal ibadahnya sungguh-sungguh ikhlas tanpa pamrih, demi untuk mahbub (yang dicintai). Senantiasa LILLAH dan LIRROSUL ! Ia selalu ingat kepada mahbub (yang dicintai) dalam keadaan bagaimanapun juga.  Ketika mengalami  musibah hidup yang bagaiman saja, ia tetap sabar, ridho dan gembira oleh karena yang menguji adalah Mahbub (Alloh yang dicintainya).

         Adapun yang hubungan di dalam masyarakat, dengan sesama makluq pada umumnya dia senantiasa takholluq biahklaaqi mahbuubihi (berbudi pekerti meniru budi pekerti Alloh Wa Rosuulihi e. Seperti kasih sayang dan senang terhadap apa saja yang dikasihi mahbubnya. Bersikap rouf rohim, senang memberi pertolongan kepada siapa saja. Tindak lakunya selalu menyenangkan dan membuahkan manfaat bagi masyarakat. Tidak menonjolkan diri, selalu  tawadhu’ dan ramah tamah. Akan tetapi dimana perlu bertindak tegas patriotic dan  heroik bersikap pahlawan di dalam membela kebenaran dan keadilan yang dikehendaki oleh mahbub-nya yakni Alloh I wa Rosulihi e. ” Yajtahidu fil sabiilillah” bersungguh-sungguh di jalan Alloh. Tidak sayang mencurahkan tenaga, harta dan apa saja yang dimilikinya demi buat yang dicintai.

Diantara tanda-tandanya cinta secara umum adalah sifat “cemburu”. Cemburu terhadap orang lain yang ikut mencintai mahbubnya. Ini tanda-tanda cinta antar sesama manusia. Akan tetapi cinta kepada Alloh wa Rosuulihi e justru sebaliknya dari itu. Ya cemburu, kuatir  dan resah hatinya melihat orang lain yang tidak cinta kepada Alloh wa Rosuulihi e. Maka ia berusaha agar orang lain ikut mencinta kepada Alloh wa Rosuulihi e. Kalau perlu dengan segala pengorbanan. Apa yang ada pada dirinya dicurahkan demi  agar orang lain ikut mencinta kepada Alloh wa Rosuulihi e.
Mahabbah atau cinta itu ada tingkat-tingkat ukuran dan kualitasnya.

1).  Mahabbah Sifatiyah,
2).  Mahabbah Fi’liyyah,
3).  Mahabbah Dzatiyyah.
MAHABBAH SIFATIYAH.
Cinta karena tertarik kepada sifat-sifat dari yang dicintai-nya. Gagah, cantik, simpatik, lincah, pandai dan sebagainya. Cinta semacam ini mudah berubah dan mudah kena pengaruh. Jika sifat-sifat yang menjadi daya tarik itu hilang atau berubah atau tidak kelihatan, maka cintanyapun berubah bahkan bisa hilang sama sekali. Bahkan mungkin bisa menjadi kebencian.
MAHABBAH FI’LIYAH
Cinta karena tertarik pekerjaan, jabatan atau kekayaan orang yang dicintai. Cinta semacam ini juga tidak wantek, mudah berubah seperti halnya mahabbah sifatiyah. Yang wantek adalah :
MAHABBAH DZATIYAH
Cinta terhadap dzat atau wujudnya yang dicintai, bagai-mana pun keadaan dan rupa serta bentuknya. Inilah cinta sejati.
Mahabbatulloh wa mahabbatur-Rosul e, seharusnya terkumpulnya ketiga macam cinta tersebut. Yakni mahabbah sifatiyah, mahabbah fi’liyah, dan mahabbah dzatiyah. Dan ini dapat ditumbuhkan di dalam hati dengan melatih hati, memperbanyak tafakkur dan melaksanakan Mujahadah Wahidiyah dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan bimbingan Muallifnya.. Tafakkur-berfikir terhadap sifat
JAMAL, sifat JALAL dan sifat KAMAL Alloh I. Berfikir tentang keluhuran budi dan kemuliaan Rasulullah e, dan terhadap jasa-jasa Beliau e yang tidak bisa kita gambarkan besar dan agungnya itu.
Di antara melatih mahabbah yaitu seperti kata orang Jawa mengatakan “Witing trisno jalaran soko kulino” (asal mula datangnya cinta itu dari kebiasaan) Ini diterapkan sebagai latihan hati. Melihat bekasnya (Jawa-labet) mahbub, kelihatan orangnya. Melihat pakaiannya, kelihatan orangnya. Mendengar suaranya, kelihatan orangnya dan seterusnya.
Begitu itu kita terapkan untuk melatih hati kita cinta kepada Alloh wa Rosuulihi e. Segala makhluq ini adalah milik Alloh dan dari Jiwa Rosululloh, e Maka ketika melihat, mendengar, merasa sesuatu seharusnya langsung ingat kepada Alloh wa Rosuulihi e. Dengan melatih hati seperti itu dalam menghadapi segasla sesuatu, Insya Alloh lama-kelamaan akan tumbuh dalam hati tunas-tunas mahabbatullah wamahabbatur Rosul e. Sehingga betul-betul lebur / tenggelam di dalam mahbub.  Dikatakan :
الْـمَحَـبَّةُ  أَنْ تـَهَـبَ  كُــلَّـكَ  فِي الْـمَـحْـبُــــوْب ِ  (قاله  صاحب الصلوات الواحدية)

“Cinta yang sejati yaitu apabila engkau menjadi lebur ke dalam yang engkau cintai” (Muallif Shalawat Wahidiyah).

Di dalam kitab syarah Al Hakim Ibnu ‘Ibal juz  II , hal 63 dikatakan :
حَـقِـيْـقَـــةُ  الْـمَحَـبَّةِ   أَنْ تـَـهَـبَ كُلَّـكَ لِـمَــنْ أَحْـبَـبْـتـَهُ 
حَـتَّى لاَ يـَبْـقَى لَـكَ  مِـنْـكَ  شَيْئٌ   ( ابـن عباد الثاني: 63)

“Hakikat cinta adalah sekiranya engkau meleburkan seluruh dirimu demi  untuk orang yang engkau cintai sehingga tidak ada sesuatupun dari engkau yang tertinggal untuk dirimu sendiri”.
جَـعَـلَـنَا اللهُ  وَإِيــَّاكُـمْ مِنَ الَّــذِيـْنَ  يـُحِــبُّـوْنَ  الله  وَرَسُـوْلُـه e
وَيـُحِـبُّـهُـمُ  الله  وَرَسُـــوْلُـه  e آمِـــيـْن . يَا رَبَّ  الْـعَـالَـمِـــيْن.
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mencintai  dan dicintai oleh Alloh wa Rosuulihi e. Amin!.

إِلـــهِـي لَـسْتُ  أَهْـلاً  لِلـشُّــهُـوْدِ
*
وَلاَ أَقْــوَى عَـلَى نـَارِ الْـبـِعـَــادِ
فـَهَـبْ  لِي رَحْـمَـةَ  رَبِّي  إِلـهِــي
*
فَـعِـنْـدَكَ كُــنْ  لِـتـَأْهِـيْـلِ الْعِبَادِ
بـِجَـاهِ  الْـمُـصْـطَـفى خَـيْرِ اْلأَ نـَامِ
*
عـَلَـيْهِ  صَـلِّ  سَـلِّـمِ   بِازْدِ يـَـادِ

Terjemah:
Yaa Ilaahii, aku bukanlah orang yang ahli syuhud kepada MU, tetapi aku tiada tahan berada di neraka-jauh dari-MU.
Maka limpahkanlah rahmat-kasih-MU kepadaku, duhai Tuhan-ku yaa Ilaahii, dan jadikanlah aku orang yang ahli ibadah di sisi-MU.
Dengan keagungan Nabi yang terpilih sebagai manusia terbaik (e) limpahkanlah shalawat salam kepada Beliau yang berlipat-lipat.