AJARAN WAHIDIYAH

LILLAH Artinya : segala perbuatan apa saja lahir maupun batin, baik yang berhububungan dengan langsung kepada Alloh wa Rosulihi SAW maupun berhubungan dengan sesama makhluq, baik kedudukan hukumnya wajib, sunnah, atau mubah, asal bukan perbuatanyang merugikan yang tidak di ridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakanya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada Alloh dengn ikhlas tanpa pamrih ! LILLAH TA’ALA baik pamri ukhrowi, lebih – lebih pamri duniawi

BILLAH : merasa dan menyadari bahwa segalanya termasuk gerak gerik kita, lahir batin, tenaga, pikiran dll adalah ciptaan ALLOH MAHA PENCIPTA !. yakni ''laa haula walaa quwwata illaa billaah '' tiada daya kekuatan melainkan karena Alloh SWT.

LIRROSUL Di samping niat Lillah seperti di muka, supaya juga di sertai dengan niat LIRROSUL, yaitu niat mengikuti tuntunan Rosulullooh SAW

BIRROSUL Penerapannya seperti BILLAH keterangan di muka, akan tetapi tidak mutlak. Dan menyeluruh seperti BILLAH, melainkan terbatas dalam soal – soal yang tidak dilarang oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Jadi dalam segala hal apapun, segala gerak – gerik kita lahir batin, asal bukan hal yang dilarang, oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Disamping sadar Billah kita supaya merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa dari Rosulullooh SAW ( BIRROSUL )

YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH

Memenuhi segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa menuntut hak .mengutamakan kewajiban dari pada menuntut hak .contoh ;suami harus memenuhi kewajibannya terhadap sang isteri ,tanpa menuntut haknya dari sang isteri .dan isteri harus memenuhi kewajibannya terhadap suami,tanpa menuntut haknya dari sang suami .anak harus memenuhi kewajibannya kepada orang tua , tanpa menuntut haknya dari orang tua .dan orang tua supaya memenuhi kewaqjibannya terhadap anak, tanpa menuntut haknya dari si anak .dan sebagainya .sudah barang tentu jika kewajiban di penuhi dengan baik, maka apa yang menjadi haknya akan datang dengan sendirinya tanpa di minta .

TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFAH’ FAL ANFA’

Mendahulukan yang paling penting , kemudian yang paling besar manfaatnya . jika ada dua macam kewajiban atau lebih dalam waktu yang bersamaan dimana kita tidak mungkin dapat mengerjakannya ,bersama sama ,maka harus kita pilih yang paling aham ,paling penting kita kerjakan lebih dahulu . jika sama sama pentingnya ,kita ,pilih yang lebih besar manfaatnya

Sabtu, 15 Desember 2012

menjagakan amal - al hikam oleh muallif sholawat wahidiyah

Itulah kalimah hikam yang pertama.Disebut “hikam”,kata jama’ dari kata “hikmah”. Artinya kata-kata yang berguna biasa kata-kata hikmah itu singkat,tapi tegas dan luas.Hikam atau kata mutiara.Setengah dari pada tandanya menjagakan kepada amal ibadah atau perbuatannya,atau usahanya,yaitu turun harapan atau tipis harapanya ketika menemui kemancetan atau kegagalan atau kenegatifan atau kesalahan,disengaja atau tidak.
Ketika mengalami atau menemui kesalahan dalam usaha atau ibadahnya lalu tipis harapan.Pesimis,kecil hati,tapi kalau mengalami keberhasilan atau kemajuan,menjadi tambah atau menjadi besar harapan.Besar hati atau optimis.itu tadi setengah daripada tandanya menjagakan amal.Amal jawarih seperti dzkir,sembahyang ,puasa dan lain-lain.Atau ya bahkan amal anggota lahir maupun batin mestinya.Terutama amal anggota lahir.Karena kalau amal batin,bagi orang yang sudah bisa menggunakanya,lebih selamat.Adapun amal lahir seperti baca sholawat,dzikir atau mujahadah sekalipun dan sebagainya,amalan yang secara langsung kepada Tuhan seperti sembahyang,baca Qur’an,dzikir dan sebagainya,atau amalan-amalan yang hubungan dengan masyarakat seperti zakat.atau menolong, atau memberi sedekah,memberi petunjuk dan sebagainya,itu semua jika tidak tepat atau salah,menjadi tipis harapan.Harapan berhasil,harapan diridloi Tuhan,atau harapan selamat.
Itu semua bagi orang yang masih menjagakan kepada amal-amalnya.yaitu mereka yang masih tebal nafsunya.Masih dikuasai nafsu,lalu mengaku bisa berbuat begitu bisa begitu,bisa beramal dan sebagainya,sehingga menjagakan atau membanggakan kepada amalnya atau usahanya.Malah disini seterusnya disebutkan :
Orang yang menjadi tipis harapan ketika menemui kesalahan atau kenegatifan yaitu orang yang menjagakan amalnya itu tadi,ialah mereka ‘ubbad,orang-orang ahli ibadah lahir,dan mereka muriiduun,orang-orang yang menginginkan wusul atau sadar kepada Alloh SWT.Kalau ditegaskan ‘ubbad atau muriiduun,ya otomatis mereka begitu,karna mereka belum sadar.Pasti !
Kalau salah atau berkuramg, itu menjadi berkurang harapanya.Otomatis, karena mereka belum sadar kepada Aloh SWT.

Arab hal 4

Golongan pertama,orang ahli ibadah itu yang diinginkan surga.atau istilah lain selamat dunia akhirat.Dan surga yang tinggi yang megah dan sebagainya.Adapun”Muriiduun”yaitu murid,.....orang yang menghendaki.Menghendaki wusul atau sadar kepada Alloh SWT.Muriiduun atau “Saalikuun”.Dalam satu hal sama tapi sebenarnya yang dimaksud “Muriiduun”itu adalah orang yang baru melangkah atau akan melangkah,dan “saalikuun “ orang yang sudah atau sedang belajar.Tapi itu tadi, kalau kedua kata itu berjajar.Sadangkan kalau tidak berjajaran,terpisah,yang dimaksud “saalikuun”juga “Muriiduun”.
Jadi kalau muriiduun,mereka menjagakan amalnya untuk wusul kepada Alloh SWT,kalau saya mujahadah mempeng,giat,pasti cepat mencapai wusul atau sadar.Itu pikiran mereka.Lha kedua kelompok “ubbad”.dan “muriiduun” tersebut,didalam menjagakan amal mereka,itu terkecam.Mengapa terkecam ?.Sebab yaitu tadi masih mengaku.Mengaku bisa amal bisa berusaha.Masih memandang kepada nafsunya.Memandang kepada pribadinya.Aku ada,dan aku bisa berbuat bisa beramal.Ini terkecam, sebab bukankah sesungguhnya “Laa haula walaa quwwata illa Billah” ?.Kokm dia mengaku ada,mengaku bisa berbuat,bisa beramal dan sebagainya.Itu terkecam.
Para hadirin hadirot,mari kita koreksi !mari kita koreksi keadaan diri kita masing-masing.Terutama ini soal yang pokok !.Sebelum kia melangkah,harus sudah kita deder tanaman itu.Harus kita sadari memakai dasar yang teguh dan kuat.Ibarat bangunan,itu pondasinya.Bangunan yang tidak ada pondasinya yang kokoh,pasti hancur.Begitu juga amal perbuatan.Kalau tidak ada pondasi ini, otomatis hancur tak berguna !.Hancur menjatuhi pada yang membangun.Ngebruki atau menjatuhi soal dunia itu sudah berat,lebih-lebih ngebruki soal akhirat,itu lebih berat.
Itu tadi soal tauhid yang penting dan pokok sekali.Bagaimana kita didalam mujahadah,didalam kita beramal,apakah harapan kita tetap atau berubah-ubah pasang surut.Menurut keadaan kita itu berarti belum tepat,menurut keadaan kita itu berarti belum tepat.Kalau hati pasang surut rojaknya atau optimisnya, bnerubah-ubah menurut keadaan diri kitra,berarti itu tidak tepat !.Mestinya harapan itu harus hanya diarahkan kepada Alloh SWT kok lalu diarahkan pada amal kita,itu makanya tidak tepat.Kalau perlu ini su’ul adab !salah alamat!.
Mari kita dirikan pondemen didalam hati sanubari kita.Pondemen dari segala amal,yaitu tauhid didalam hati sanubari kita yang sekokoh-kokohnya!.Jangan sampai kita menjagakan kepada amal kita!.Kalau kita sregep menjadi besar harapan,tapi ketika sedang nggelonjom,lalu tipis harapan.Itu namanya masih memperTuhan kepada nafsunya,kepada amalnya,kepada usahanya ! kita harus memandang kepada Alloh SWT !.Sekalipun bagaimana giat kita,tapi kita harus tetap takut kepada Alloh SWT.Sebab hanya Alloh yang hanya ditakuti,sekalipun bagaimana baiknya keadan kita !.Sekalipun nggelonjom kita,kita harus tetap mengharap kepada Alloh SWT !.Mengharap kepada Alloh SWT !karena sifat Tuhan,penberian Tuhan tidak digantungkan kepada keadaan atau usaha kita.Sebelum ada apa-apa,Alloh SWT sudah “Warohmatii wasingat kulla syai’in”.Bismillahir rohmanir rohim sperti pada permulaan tadi. Sama sekali tidak terpengaruh oleh keadaan kita karena nggelonjom atau giat,....sama sekali tidak.
Lha kalau begitu Nabi Adam AS itu salah semua,misalnya.jangan begitu, jangan tergesa-gesa,menyalahkan suatu persoalan sebelum menguasai dengan sepenuhnya.Segala sesuatu yang versabgkutan dengan persoalan.Kalau memang sudah menguasai suatau persoalan secara obyektif,secara menyeluruh,itu boleh menyalahkan sesuatau.Menguasai jumlah dan tafsilnya sampai menyeluruh.Baru boleh menyalahkan.
Para hadirin hadirot.Ketika kita nggelonjom,kita diperintahkan supaya mengecam kepada pribadi kita sendiri.Tetapi ketika kita baik keadaanya,...........fal-nahmadillah,kita harus muji kepada Alloh SWT. Muji atau syukur kepada Alloh SWT,dan terima kasih kepada makhluk lain yang ada hubungan dengan baik keadaan kita.Soal moril atau materiil.Tapi kalau buruk keadan kita,....falaa taluumanna illa anfusana.Jangan mengecam selain kepada diri kita sendiri !.Dan didalam kita mengecam diri pribadi itu harus didasari LILLAH.LILLAH-BILLAH istilah wahidiyah.Dan itu harus senantiasa menjadi dasar dalam gerak-gerik kita.Tuntunan islam.Tuntunan Rosululloh SAW,bahkan tuntunan segala agama yang berTuhankan Tuhan Yang Maha Esa.Untuk Tuhan dan sebab Tuhan.Yang berbeda hanya istilahnya saja mungkin.Bahkan bagi kita bangsa indonesia yang punya pancasila sila pertama KeTuhanan Yang Maha Esa.Harus mendasari segala amal perbuatan kita dengan LIL-TUHAN dan BIL-TUHAN YANG MAHA ESA.
Mari para hadirin hadirot,sekali lagi kita mengecam kepada diri kita sendiri,tapim harus didasari LILLAH-BILLAH!.Diwaktu kita nggelonjom kok kita mengharap,itu dalam satu hal terkecam !,terkecam!.Dalam Al-Qur’an ada kata-kata “Illa amanniyya”.Yaitu orang yang hanya menduga-duga.Nglamun,mengharap agar rojak tapi tidak mau berjuang dan tidak mau berusaha,itu namanya nglamun.Bukan rojak,ini terkecam.Yang dinamakan mengharap atau rojak,sekalipun tidak harus menjagakan amalnya,perbuatanya,ibadahnya,tapi harus,....harus giat berusaha.Bersungguh-sungguh.Bermujahadah !.Jadi kita jangan salah paham atau salah menempatkan segala bidang dimasing-masing tempatnya !.Kalau kita dalam menempatkan segala sesuatuanya ditempatnya,itu namanya DHOLIM.
Definisi Dholimyitu:yaitumenempatkn sesuatu bukan pada tempatnya.Begitu juga kalukita menjagakn amal,itu namanya salah alamat.Dholim,mestinya harus menjagakan kepada Tuhan ,kok mejagakan kepada amal,itu dholim
Sekalipun ngglonjom,tetap harus menjagakan kepada Tuhan !.Tapi dalam pada kita mejagakan kepada Tuhan kok tidak mau berbuat atau berusaha,itu namanya “amani”lamunan.Dan terkecam !.Jadi sekalipun mengharap atau rojak kepada Tuhan itu penting,tapi yang lehib penting lagi, prinsip adalah tepatnya.Hubungan ini mungkin ,orang yang slalu kuat tekun non stop usahanya,mujahadahnya, tapi tidak ada rojak kepada Tuhan melaikan menjagakan kepada amalanya, mungkin masi lebih baik oyang tekun amalnya, seting istrahat, tapi dia tepat. Tapi kita harus sebanyak mungkin dan sebanyak mungkin dan setepat mungkin. Ini seharusnya, tapi al- aham sedapat mungkin. Dan Insya Allah kemampuan kita masih banyak untuk usaha setepat mungkin dan sebanyak mungkin. jadi Jangan sampai kita menyalagunakan . misalnya : aah, biarlah sedikit saja asal tepat. Sekalipun banyak sekali tidak tepat itu tak berarti, dan sebagainya, itu namanya menyalagunakan. Tidak boleh otomatis terkecam. Terkecam karena penyalagunaan. Dus sekali lagi kita harus setepat mungkindan sebanyak mungkin, Al-aham, yang lebih prinsip “ setepat mungkin” istilah umum kwalitas atau kualitet. Adapun kwatintas atau banyaknya itu nomor dua, atau isi atau mutu dari pada itu semua. Kwalitas ! tapi kita harus berusaha mengisi kedua hal tersebut. Ya kwalitat dan kwantitas
Itu umum, soal apa saja, misalnya soal LILLAH-BILLAH. Yang paling pokok adalah BILLAH. Karena hubungan dengan Tauhid. Dan LILLAH hubungan dengan ‘ubudiyah. Tapi ya itu tadi mungkin lalu disalahgunakan. Kalau berani menyalagunakan, itu berati bunuh diri. Jadi yang paling prinsip BILLAH atau Tauhidnya. Tapi kita harus berusaha bersama-sama mengisi BILLAH dan LILLAH. Haqiqot dan Syari’at begitu hubungan dengan rojak dan ikhtiar atau usaha.
Kembali lagi kepada pengajian, setengah dari pada alamat atau menjagakan amal. Yaitu “ Nuqshonur – rojak “ berkurangnya harapan atau pesimis ketika dalam keadaan terpeleset. Wahidiyah harapan tipis dapat selamat dunia dan akhirat, dapat diridloi Allah SWT, atau dapat whusul kepada Tuhan, ketika dalam keadaan maksiat, ketika dalam keadaan ngolonjom. Itu namanya menjagakan amal atau usahanya, tidak menjagakan kepada Tuhan. Istilah Wahidiyah menjagakan nafsu, tidak menjagakan Allah.! Para hadirin-hadirot mari soal yang pokok ini kita tempatkan juga pada yang pokok juga. Kita harus “Yukti Kulla Dzii Haqqin Haqqoh” soal yang pokok harus ditempatkan kepada yang pokok dan yang kurang pokok juga pada tempatnya masing-masing. Dan seterusnya. Kata Sayyidina Ali Karromallahu Wajhahu.

Arab hal 8

( tidak akan mengalami kerusakan orang yang akan kedudukanya )

Kebalikan dari ini adalah dholim tadi. Yaitu menempatkan sesuatu yang bukan pada tempatnya.
Arab hal 8


Ototmatis yang dikatakan “Ubbad” yang menjagakan amal tadi adalah orang yang ahli ibadah yang belum sadar ada kata-kata :

Arab hal 9

( orang yang sembahyang lima waktu pada awalnya waktu, disamping ibadah-ibadah yang lain, itu dinamakan – ‘abidah ahli ibadah )

Arab hal 9

( orang yang keluar dari dunia, orang yang menjauhi dunia, fanak atau rusak pandanganya terhadap dunia, dinamakan orang yang ahli bertapa – zahidaan )

Arab hal 9

( barang siapa yang keluar dari nafsunya, yang bebas dari nafsunya, dinamakan orang ‘arif, orang yang sadar kepada Alloh SWT )

Tapi ya bisa merangkap-rangkap. Artinya ya Al-arif orang sadar kepada Alloh dan disamping itu ia juga ahli ibadah dan Zuhud-bertapa. Ada istilah :

Arab hal 9

Orang ‘arif itu kaainun, tetap diantaranya manusia yang lain. Dalam bidang apa saja, segala bidang, tapi baainun dia diluar manusia. Ujudnya ya sama-sama kepasar, ya sama-sama tukang jahit, ya sama-sama kesawah, tapi yang satu hanya lahirnya saja dan yang satu lagi luar dalam. Orang ‘arif lahirnay bersama makhluk, tapi batinya bersama Alloh.
Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot, pengajian pagi ini diridloi oleh Alloh wa Rosulihi SAW, membuahkan manfaat yang sebanyak-banyaknya. Menjadi sebabnya kita sadar dan mningkat kesadaran kita kepada Alloh wa Rosulihi SAW aamiin amiin.


Arab hal 10


Setengah dari pada alamat atau tandanya orang itu minal ‘arifin, orang yang sadar kepada Alloh SWT, dia fana’ dari pandangan terhadap nafsunya. Nafsunya tidak jadi acara.


Arab hal 10

Ketika dianya terjatuh atau terkenah musibah lupa, dia selalu sadar akan berlakunya kekuasan Tuhan. Dalam istikah Wahidiyah BILLAH.
Bidang BILLAH. Baik dalam keadaan maksia atau thoat ini harus senantiasa BILLAH tapi kalau LILLAH atau bidang syari’at, itu hanya soal thoat yang boleh diberi dasar LILLAH, kalau diwaktu maksiat tidak boleh didasari LILLAH. Seperti rukun iman dalam nomor enam.

Arab hal 10
Harus yakin bahwa baik dan buruk itu sudah qodar dari Alloh.Ta’ala. ibarat bangunan yang sudah direncanakan oleh yang membangun. Baik itu buruk atau baik. Begitu makhluq, sudah direncanakan oleh Alloh SWT. “ Khoiri wa Syairrihi minalloh”. Baik dan buruk, itu hanya dari Alloh SWT. Itu bidang BILLAH. Harus kita isi, disamping mengisi, bidang LILLAH
Lhah itu orang ‘Arifin, ketika dalam keadaan terblegong, dia tetap menyadari BILLAh. Menyadari itu dari Alloh. Ini tidak berarti lalu tidak mengisi bidang LILLAH. Yang sempurna, yang seharusnya ialah di samping mengisi bidang BILLAH, bidang haqiqot, harus mengisi bidang syari’at bidang LILLAH.!.
Ketika dalam maksiat misalnya.Dalam bidang haqiqot, harus tetap BILLAH.Dan dalam bidang syariat harus tobat “Robbanaa dholamna anfusanaa” misalnya. Mengecam nafsunya.Tapi ya harus didasari LILLAH, mengecam nafsunya tidak didasari LILLAH, itu berarti masih nuruti nafsu.Masih dijajah dikuasai oleh nafsunya. Ini mungkin sangkin licinnya nafsu. Bermujahadah, dzikir sekalipun kepada Alloh, tapi tidak dasar LILLAH, ini berarti nafsu. Oleh karena syariat baik perbuatan lahir maupun perbuatan hati, yang tidak didasari LILLAH, itu otomatis nafsu. Dzikir kepada Alloh, baik dzikrul-lisan atau dzikrul-qolbi jika tidak didasari LILLAH, ini otomatis LINAFSI-BINAFSI.Adapun bidang tauhid, tidak ada hubungan dengan LILLAH.Ya BILLAH itu sudah !. Saya BILLAH ini saya dasari LILLAH umpamanya, itu tidak benar, BILLAH ya BILLAH itu sudah.
LILLAH atau syariat itu tidak hanya bidang lahir saja.Tapi juga batin atau hatinya.Misalnya punya niat, dzikir sekalipun, kalau tidak dialamatkan kepada LILLAH, otomatis LINAFSI-BINAFSI.
Meneruskan pengajian.Dos orang ‘artif, ketika dia mengalami kebaikan, dia tidak mengaku diri. Tetap sadar BILLAH. Tetap “Laahaula walaa quwwata illa billah”. Tidak ada bedanya baginya, baik dalam keadan baik ataupun dalam keadaan tidak baik tetap dia BILLAH.Teatap bertauhid.
Arab hal 11
Dia tetap tenggelam didalam samudra tauhid.
Arab hal 11

Tetap sama khouf dan rojaknya. Tetap sama kuat dan harapannya. Karena sifat Tuhan itu ditakuti dan diharap. Buktinya lagi yaitu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIIM.ar-Rohman ar-Rohiim. Kasih sayang.Ini berarti sekalipun keadaan kita bagaimanapun juga, tetap harus mengharap kasih sayang Alloh. Kalau karena berlarut-larut lalu berputus asa, itu terkecam. Dalam Al-Qur’an sudah diperingatkan .

         

(Sesungguhnya tiada yang putus asa dari rohmat Alloh kecuali orang-orang kafir)
Orang yang putus asa, berarti orang yang meniadakan Tuhan,orang yang menutup-nutupi kemurahan Tuhan. Istilah manusia, orang yang melukai Tuhan.Tuhan tidak dapat dilukai. Jadi dalam keadan buruk atau berlarut-larut harus mengecam kepada dirinya sendiri.

Arab hal 12
Barang siapa keadaanya belum cocok dengan itu tadi, harus usaha sekuat mungkin !. Usaha sekuat mungkin, Usaha sekuat mungkin, dengan riadloh-riadloh dan banyak dzikir.
Hubungan dengan itu Imam Syazali bersabda :
Arab hal 12
(Barang siapa yang belum mengecakkan atau merasakan ilmuku ini, dia berdosa. Sekalipun bagaimana baiknya dan dianya tidak sadar tidak merasa kalau berdosa besar).
Bermujahadah dan riadloh, lahir batin !, bermujahadah itu yang penting hatinya, bersungguh-sungguh !, bermujahadah lahiriyah itu sebagai pupuk. Hatinya harus senantiasa titi ngati-ngati. Senantiasa waspada !. Kalau menyeleweng harus cepat-cepat kembali. Senantiasa memusatkan perhatian !. Senantiasa Fafirru Ilalloh wa Rosulihi SAW. Sekuat mungkin !, ibarat anak-anak yang bermain jumpritan, harus selalu kuat-kuat memegang jumpritannya. Kalau sampai benggang, sekalipun hanya satu senti, pasti ditelan oleh lawan.Yaitu nafsu !. Tapi kalau sungguh-sungguh kuat memegang jumpritannya, dalam keadaan bagaimanapun tidak apa-apa. Malah dapat memanfaatkan.
Jadi kalau orang merasa belum memiliki, atau belum memiliki dengan tanda-tanda itu, sebab mungkin belum memiliki tetapi merasa sudah memiliki mungkin, kalau belum memiliki harus berusaha sekuat mungkin dengan segala kemampuan yang ada padanya !. Sebab hal ini yang akan menentukan kelak. Kita maklum, kita akan hidup di alam akhirat sak jeg-jumbleg selama-lamanya.

           

(Dan barang siapa yang buta (hatinya)niscaya di akhirat kelak dia akan lebih buta dan lebih tersesat jalannya).
Orang yang didunia buta, tidak tahu siapa Tuhannya, otomatis di akhirat akan lebih jauh dari pada Tuhannya.
Kalau sugdah memiliki harus terus ditingkatkan, kemudian Syekh Syarqowi Pensyarah Hikam mengatakan maksudnya adalah maksud dari pada pengarang Hikam menguraikan hal tersebut ialah supaya orang jangan sampai menjagakan selain Tuhan.Kok berarti jangan beramal, pokok sudah sadar.....tidak !. Seperti saya utarakan tadi.Menjagakan Tuhan tanpa beramal namanya lamunan. Tapi kalau menjagakan amal, namanya syirik !, Dus yang dimaksud ialah supaya senantiasa mengoreksi diri, sehingga dapat setepat-tepatnya.
Arab hal 13
“Tajrid” itu sepi, tidak bekerja, tidak usaha, hanya tawakkal pasrah bongkokan kepada Tuhan, melulu ibadah saja, tetapi harus bekerja, tapi dia hanya tawakkal saja dan ibadah saja.Pada hal dia masih cocok harus usaha atau bekerja.Itu namanya “minas-syahwatil khofiyyah”. Dia terjebak oleh imperialis nafsu tidak merasa. Sehingga hal yang sesungguhnya buruk disangkanya baik, tidak tepat dianggapnya tepat.
Tawakkal dan tidak bekerja, tidak uasaha soal ekonomi, itu mungkin saja terjadi atas diri seseorang. Tapi harus ada syarat-syaratnya, dan ada sebab-sebabnya, apa itu syarat-syaratnya insya Alloh nanti dibelakang atau mungkin besok minggu lagi diterangkan. Disini mengenai pendahuluan itu saja dahulu.
Jadi orang yang masih dalam maqom asbab, masih berkecimbung di bidang ekonomi, harus kesawah, harus kepasar, harus ......... usaha ini itu dan sebagainya. Kok dianya tidak mau berkerja denganalasan aku ini tajrid, tawakkal hanya melulu ibadah saja, aku mau bermujahdah saja. Aku mau sembahyang saja, mau ....... puasa saja dan sebagainya misalnya, padahal sesungguhnya dia tidak memenuhi syarat-syarat itu itu. Itu namanya dia terjebak oleh bujukan nafsunya yang sangat halus. Lalu syarat-syaratnya apa saja ? nanti insya Alloh pengajian besok m inggu lagi. Jadi , mudahnya kita harus sentiasa menyerah kepada Alloh SWT . lha tahunya kalau hal tersebut yang dikehendaki lloh Ta’ala bagaimana ?. insya Allohnanti atau pengajian yangakan datang terkadang ada orang yang salah paham. Menyerahkan bongkokkan kepada Tuhan, ini harus seratus persen, bulat-bulat menyerah segala-galanya tanpa reserve. Andai kata di suruh mejerumus kedalam neraka seklipun misalnya, harus, ..... harus dijalani, itu namanya betul-betul menyerahbongkokkan. Tidak hanya menyerah sebagian-bagian saja. Tapi satu bidang kita yakin Tuhan tidak mungkin menjerumuskan hambanya kedalam neraka sengsara. Begitu juga menyerah dan tidak mau berbuat apa-apa, itu sallah paham.

Arab hal 14

( Sesungguhnya aku menyerah kepad Tuhan Semesta alam )
Yang menyerah itu hatinya, biar disuruh mengerjakan apa saja haru dikerjakan dengan ikhlas dan dengan gembira. Hatinya menyerah tapi tidak mau melaksanakan apa-apa yang diperintahkan, itu namanya ..... ya tidak cocok.
Ya mudah-mudahan para hadirin – hadirot, kita diridloi oleh Allah SWT memperoleh fadlolnya Alloh SWT yang sebanyk-banyknya dan syfaat Rosulillahi SAW, barokahnya Ghoutsu Hadzaz Zanman wa A’waanihi wasaairi Ahbaa billah rodiyallohu Ta’ala anhum yang sebanyak-banyaknya, sehingga kita dapat tepat yang setepat-tepatnya didalam segala bidang !. Amiin, amiin, amiin.
Sekiranya pengajian cukup sekian, waktu dan tempat dipersilakan kepada Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar