(وَحَقُّ
الْبَصِيْرَةِ يُشْهِدُكَ وُجُوْدَهُ لاَعَدَمَكَ وُجُوْدَكَ)
“HAQQUL
BASHIROR” = haknya bashiroh atau penglihatan hati yang baik atau “NUURULRAQQI”
atau “IIAQQULYAQIN” semua maksudnya sama.
“Bashiroh” = penglihatan hati.
“Bashor” =
penglihatan mata lahir.
Kalau
orang sungguh-sungguh memiliki “haqid bashiroh” atau “nuurul-haqqi” atau
“haqqul yaqiin”, dia merasa selama memiliki haqqul bashiroh bahwa tuhan yang
ada. Lain-lain tidak menjadi acara dalam
pandangan hatinya “LAA’ADAMAKA WALAA WUJUUDAKA” soal diterima ada atau tida Abaikan peringatan k
ada tidak menjadi acara.
Hanya Tuhan yang wujud titik. Istighroq badannya
serdiri atau makhluk lain-lain lebih-lebih sama sekali tidak menjadi acara
tidak nampak oleh penglihatan mata hatinya.
Hanya
tuhan menjadi acara seperti halnya orang “kami tenggengen” terpesona yang
sangat kuat sehingga tidak mengingat kepada yang lain-lain. Termasuk dirinya
sendiripun tidak ingat. Bahkan tidak terasa. Terpaku oleh,.... hanya satu hal.
Dalam hal ini hanya tuhan. Istighroq. Tenggelam dalam ke-Esaan Tuhan.
Ketiga
keyakinan di atas, “ILMU YAQIN, AINUL YAQIN dan HAQQUL YAQIN, saya gambarkan
lagi. Begini. Kita di sini di serambi mesjid ini. Mengerti meyakini bahwa
disebelah timur itu ada sungai brantas. Di situ memang ada sungai brantas
sungguh. Lha ini namanya “Ilmu-yaqin” Lha kalau kita berada ditebingnya sungai
brantas itu, itu “ainul-yaqin” sedangkan “haqquI yaqin” sudah menjadi air.
Hanya air sungai Pen. Titik. Dirinya sendiri, gampengnya sungai, sungainya dan
lain-lain tidak masuk acara. Sekalipun sudah masuk ke dalam sungai tapi belum
menjadi air, ini namanya masih “alnul yaqin”. Itu tadi gambaran.
Ya
mudah-mudahan kita dikaruniai memiliki haqqul yaqin yang sempurna watamaama
ma’rifatika. Kita kewajiban usaha, berjuang. Kalau kita sungguh-sungguh
berjuang, 'WALLAZIINA JAADUHUU FIINA LANADHIYANNAHUM SUBUULANA. Dan orang-orang
yang sungguh-sungguh bermujahadah berusaha berjuang di dalam jalan-ku, pasti
AKU tunjukkan jalan-Ku.
Malah,
dalam hadits Qudsi disebutkan yang maksudnya. JIka seorang hamba mendekat
kepada tuhan satu meter misalnya, Tuhan mendekati dia sepuluh meter paling
sedikit. Jika sihamba maju sepuluh-meter, tuhan maju mendekatinya seratus meter
paling sedikit. Itu kalau digambarkan materi atau dilbaratkan berhadap-hadapan.
Begitalah para hadirin-hadirot, kemurahan Tuhan. Digambarkan dengan kecepatan misalnya, kalau si hamba mendekatnya kepada Tuhanya
dengan jalan kaki, Tuhan mendekati si hamba dengan berlari kalau sihamba mendekatnya kepada Tuhan dengan
kecepatan 100 itu kalau diibaratkan dengan kendaraan , Tuhan mendekati si hamba
dengan kecepatan seribu minim pokoknya
“bi’asyaroti amsaaiha” dengan sepuluh kali lipat begitu para hadirin-hadirot
kemurahan Tuhan kepada diantara kita, bagaimana para hadirin-hadirot?.
Menyadarikah kemurahan Tuhan itu ! Dan sampai dimana kesadaran kita para
hadirin-hadirot.
Para hadirin-hadirot, kita bisa ambil sebagai imbangan sebagai gambaran. Seorang rakyat
kecil yang ingin menghadap kepada pejabat tinggi lebih-lebih presidennya, ini
jauh lebih sulit para hadirin-hadirot. Rakyat jelata yang yang ingin mendapat
parhatian dari Kepala Desanya saja, sudah dengan susah payah usahanya. Dan
sunguhpun demikian, hasilnya hanya sedikit sekali. Pada umumnya tidak sesuai
dengan biayanya atau jerih payahnya. Malah, mungkin jangan-jangan dicurigai
para hadirin-hadirot. Malah. para hadirin-hadirot, sekalipun Bapak Presiden
atau Bupati atau Camat mempunyai hak tarhadap rakyatnya, sekalipun begitu para
hadirin-hadirot, jika tidak dikodar oleh Tuhan, tidak akan terlaksana para
hadirin-hadirot. Tuhan tidak kesulitan menciptakan sebab-sebab yang menjadi
gagalnya suatu masalah, sekalipun sudah diatur serapi-rapinya. Sekalipun
ibaratnya tinggal muluk, tinggal “nyendok”, kalau Tuhan tidak menghendaki,
gampang “KUN FAYAKUUNU” Ini kekuasaan Tuhan, para hadirin-hadirot!.
Tapi
para hadirin-hadirot, kalau didekat oleh Tuhan, tidak ada yang dapat
manghalang-halangi para hadirin-hadirot.
Dan caranya seperti disebutkan Hadist Qudsi tadi kalau sihamba mendekat
sedangkah, tuhan maju mendekat sihamba tadi sepuluh jangkah minim.
Para hadirin-hadirot, Mari belajar, Belajar, belajar
menjadi orang dewasa yang memiliki fikiran yang normal yang pandai menanggapi
segala sesuatu dengan semestinya. Mari para hadirin-hadirot, kalau mulai sekarang kita tidak belajar, tidak
berjuang.untuk itu para hadirin-hadirot, kita sendiri yang rugi besok, terutama
kalau sudah dicabut Isroil para hadirin-hadirot. Mari para hadirin-hadirot Asal
kita mau usaha berjuang yang, sedapat-dapatnya para hadirin-hadirot, kita yakin
kelak akan menemui suatu kebahagiaan abadi yang tidak dapat digambarkan betapa
besaraya para hadirin-hadirot, terutama sesudah berada di kubur, dialam
akhirot.
الْقَبْرُ رَوْضَةٌ
مِنْ ِريَاضِ الْجَنَّةِ أَوْحُفْرَةٌ مِنْ حُفْرَةِ النَّارِ
Alam
kubur, atau alam barzkah bisa merupakan “taman” dari berbagai taman surga, atau
bisa juga merupakan bagian dari pada neraka.
Para hadirin-hadirot, ketika nyawa dicabut oleh Malaikat
lzroil spontan mengalami alam surga atau alam neraka, para hadirin-hadirot. Dan
makin lama makin berat, para hadirin-hadirot. Apakah menunggu itu, para
hadirin-hadirot?. mari para hadirin-hadirot .
وَالْحَاصِلْ اَنَّ
السَّالِكَ يَهْتِفُ عَلَى قَلْبِهِ أَنْوَارٌ إِلَهَيِّةٌ يُعَبَّرُ عَنْهَا
بِهَذِهِ الْعِبَارَاتِ وُيُتَرَتَّبُ عَلَى كُلِّ وَاحِدٍ ثَمَرَاتٌ وَفَوَائِدُ.
Jadi
kesimpulannya, orang yang sungguh-sungguh mau mendekat kepada Tuhan, dengan
mengamalkan atau memperhatikan apa yang harus diamalkan, apa yang harus
diperhatikan, umpama dalam Wahidiyah ya senantiasa dapat mengadakan
mujahadah-mujahadah dalam segala bidangnya, dan senantiasa mengatur hatinya,
senantiasa yah separti sudah kita, maklumi, otomatis, yah otomatis nanti Alloh
akan memberikan buah yang jauh lebih besar dari pada jerih payahnya hasilnya
jauh lebih besar tidak dapat di perhitungkan minim sepuluh kali lipat. Sepuluh
kali... “ila ab’I minati dli’fin”. Sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat!.
salikang... “ilaa maa laa yaglmuhu ilafloh”. sampai jumlah lipatan yang tidak
bisa diketahui kecuali oleh Tuhan banyaknya, dari baiknya, dari pokoknya tidak
bisa digambarkan.
Yah, pada umumnya “lipat ganda” itu melihat-lihat
kuwalitasaya. Kalau kuwalitasnya sungguh-sungguh baik, otomatis lipat gandanya
paling balk. Dan seterusnya. Paling diridloi. Kalau khusyuknya paling khusyuk,
lebih takzim, lebih rindu, lebih perhatian,... otomatis lehih banyak lipat
ganda yang diparolehnya. Mari para hadirin-hadirot, kita tingkatkan. Disamping
kuwantitas, atau jumlah banyaknya, kuwalitasnya terutama! Mutunya! Mari kita
tingkatkan yang setinggi-tingginya!.
قَالَ بَعْضُهُمْ وَلاَ
يَبْلُغُ الْعَبْدُ حَقِيْقَتَهُ التَّوَاضُعِ اِلاَّ عِنْدَ لَمَعَانِ نُوْرِ
الْمُشَهَادَةِ فِى قَلْبِهِ فَعِنْدَا ذَلِكَ تَذُوْبُ النَّفْشَ وَتَنْطَبِعُ
لَلْحَقْ وَلِلْخَقِّ بِمَهْوِ أَثَارِاهَا وَسُكُوْنِ وَهِجَهَا وَغُبَارِهَا
Badul
'Arifin, setengah orang Arifin mengatakan. Pokoknya, orang tidak dapat tawadluk
yang sungguh-sungguh dan otomatis menjadi selalu takabbur “tawadluk kebalikan
dari takabbur” orang tidak bisa hilang takabburnya kecuali apabila mendapat
sinar atau sorotan “nur Musyahadah”. Syuhud pada Alloh SWT !. Istilah umum yang
ringan, “sadar” kepada Alloh SWT Apabila orang mendapat sinar atau cahaya
syuhud pada Alloh, pasti hancur nafsunya! Ananiyahnya hancur. BILLAH
senantiasa!. Senantiasa menyerah bongkokan pada Tuhan senantiasa tawadluk,
tidak sombong! Tidak sombong kepada sesamanya hilang, lenyap, ekses atau
negatifnya nafsu. Negatifnya nafsu yang menyebabkan sombong, kikir, dan
sebagainya. Lalu diantara kita bagaimana, mari kita koreksi. Apakah sudah
sungguh-sunggub syuhud, sadar kepada Alloh kah, atau bagaimana, mari kita
koreksi diri kita masing-masing.
Kalau
orang sungguh-sungguh sadar kepada Alloh SWT, istilah Wahidiyah LILLAH BILLAH,
otomatis menjadi “DHILLUL-ILAHI”.Menjadi bayangan Tuhan. Akhlaknya selalu akhlak
Tuhan. Antara lain rohman-rohim. Artinya, akhlaknya selalu, merasa kaya. Kaya
tidak membutuhkan orang lain. Hanya butuh kepada Tuhan malah bilamana perlu,
“kun fayakuun”. Dia menjadi orang yang suka pemaaf, suka menolong, dan sebagainya!.
مَنْ أَكْرَامَهُ
فَقَدْ اَكْرَمَ الله َ, وَمَنْ عَظَّمَهُ فَقَدْ عَظَّمَ الله
Barang siapa menghormat orang lain yang
seleri itu sifat-sifatnya, berarti menghormati Tuhan. Dan barang siapa
memulyakannya, berarti mangagungkan Alloh. Tapi sebaliknya.
مَنْ أَهَانَهُ فَقَدْ
اَهَانَ الله
Barang siapa yang menyakiti, melukai, menghina, mengejek
kepadanya, berarti mengejek kepada Tuhan!
Awas nanti !.
وَبَيْنَ الْمُصَنِفُ
أَنَّ الَّذِى يَنْكَشِّفُ بِالنُّوْرِ اْلاَوَلِ قُرْبُ اللهِ مِنْكَ
وَثَمْرَاتُ ذَلِكَ وَنَتِيْجَتُهُ مُرَاقَبَتُهُ تَعاَلَى وَاْلاِ
سْتِحْيَاءُ مِنْهُ حَتَى لاَيَرَاكَ حَيْثُ نَهَاك َوَلاَ يَفْتِدَكَ
حَيْثُ اَمَرَاكَ
Selanjutnya Kyai Mushonnef menerangkan Orang
yang dikaruniai Nur yang pertama tadi, yang paling redah sendiri Nur
yang paling rendah, orang yang di karuniai itu merasa dekat, lebih dekat
kepada Alloh SWT, otomatis dia selalu “muroqobah” selalu merasa saya
ini senantiasa diincer oleh Tuhan tidak berani berkutik sedikitpun,
Karena merasa senantiasa diawali oleh tuhan ibarat materi boleh
dikatakan umpamanya saya beharap saudara dengan berdiri atau duduk atau
berbaring.sedangkan di kanan-kiri ada jurang yang sangat curam di
samping api yang berkobar kobar otomatis tidak berani bergerak
sedikitpun bahkan berkedip pun tidak berani. Bahkan bernafas pun sudah
“ngempet mbekan” kata bahasa Jawa Itu, para hadirin-hadirot, kalau
orang sungguh-sunguh “muroqobah”, merasa senantiasa di bawah pengawasan
Tuhan yang Maha Agung Maha Kuasa. Sesungguhnya bahkan jauh dari pada
gambaran itu karena sekalipun betapa hebatnya (gambaran saya tadi), itu
adalah hanya ciptaan Tuhan. Sedang terhadapTuhan, Tuhan adalah Penciptanya, para
hadirin-hadirot jauh sekali!.
Ibaratnya
lagi, saudara mempunyai senjata tajam atau senjata yang paling ampuh sekalipun,
tapi kalau tidak saudara pergunakan tidak ada gunanya, tidak berarti sama
sekali sekalipun ampuh sekali kalau tidak digunakan tidak ada artinya senjata
atom sekalipm kalau tidak ada orangnya yang menggunakam, sama sekali tidak
memberi manfaat atau menjadikan bahaya. Sesungguhnya yang harus di takuti
orangnya, para hadirin-hadirot Sebab dia
yang menentukan kalau tidak ada orangnya sama sekali tidak ada gunanya baik
guna yang menguntungkan atau menghancurkan.
Yah.
Itu tadi hanya gambaran. Gambaran itu Maya sekedar untuk mendekatkan pengertian
sehingga mudah diterima, mudah dimengerti. Didalam Al-Qur'an sendiripun banyak
gambaran-gambaran supaya manusia mudah memahaminya.
Jadi,
kembali kalau orang memiliki Nur yang pertama tadi yaitu “syu’aa-ul bashiroh”,
dia selalu dalam keadaan “moroqobah”. Menerjang atau membangkang ketentuan
Tuhan otomatis tidak berani. Sekalipun tidak ada orang lain yang melihatnya.
Sebab dia senantiasa merasa diincar. Diincar dengan incaran yang tidak dapat
digambarkan tajam dan telitinya Ya mudah-mudahan kita dikaruniai seperti itu
para hadirin-hadirot. Kalau orang dikaruniai seperti itu, otomatis dekat yang
saya maksud dekat di sini, dikasihi disayangi diridloi oleh Alloh SWT.
وَالَّذِى يَنْكَشِفُ
بِالثَّانِىعَدَمِّيْةُ كُلِّ مَوْجُوْدٍ فِى وُجُوْدٍ الْحَقِّ تَعَالَى
فَيُشْهِدُ اْلأَكْوَانَ عَدَمًا ..
Orang
yang memiliki bashiroh yang kedua tadi, yaitu “ainul bashiroh” atau
“ainul-yaqiin” atau “nuurui-ilmi”, otomatis dia senantiasa merasa bahwa yang
wujud hanya Tuhan Semuanya ini selain
Tuhan tidak ada.
فَيُشْهِدُ
اْلأَكْوَانَ عَدَمًا فَلاَيَعْبَأُ بِهَا وَلاَ يَلْتَفِتُ اِلَيْهَا اِذْ
وُجُوْدُهَا عَارِيَةٌ
Dia hanya Tuhan yang nampak dalam pandangan hatinya.
Dirinya sendiri dan makhluq yang lain-lain ini hanya wujud bayangan. Oleh
karena itu dia tidak ambil perduli tidak terpengaruh oleh makhluq yang wujud
bayangan itu. Tidak gentar, tidak takut, tidak kepencut, tidak terpengaruh
mengapa ditakut, mengapa pengaruhi. Sekalipun kelihatannya mengkilat, itu hanya
bayangan. Sekalipun kelihatan seram dan menakutkan, sesungguhnya hanya bayangan
Sekalipun kelihatan menggiurkan begini begitu, apabila orang dikaruniai
bashiroh yang kedua tadi, dia tidak kepencut sama sekali tidak terpengaruh
tidak takut, tidak kawatir, tidak menjagakan tidak menjagakan sawahnya,
pasarnya, gajihnya sendiri, kepandaiannya, kemampuannya, keahliannya sama
sekali tidak menjagakan. Oleh karena itu semua adalah bayangan dan ini bayangan
ini sesungguhnya hanyalah bayangan. Sesungguhnya bayangan nyocoki dengan keadaan
yang sesungguhnya bayangan.
Oleh
karena misalnya sawahnya sungguhlah luas, subur, tapi terkena hama wereng sudah qiamat? Apa itu mau di
jagakan? Sekalipun menguntungkan, hanya bayangan, sekalipun merugikan, mari
kita koreksi masing-masing pandangan kita seperti itu atau tidak, kalau tidak
ini namanya tidak nyocoki dengan keadaan sesungguhnya, para hadirin-hadirot
keadaan sesungguhnya semuanya ini adalah bayangan para hadirin-hadirot,
bayangan!.
lbaratnya
di muka kita ada gelas yang sesungguhnya berisi racun. Tapi oleh karena
didorong dan terpengaruh oleh rasa haus dan terpengaruh oleh isi gelas yang
kita duga minuman Iezat yang menghilangkan rasa haus, lalu kita minum. Waktu
minum mungkin belum merasa itu sesungguhnya racun. Tapi setelah itu para
hadirin-hadirot, kita menjadi sekarat, karena minum racun kita semua akan
mangalami kelak di kemudian hari ketika didunia peranan kita itu hanya bayangan
yang nyocoki dengan keadaan sesungguhnya ataukah hanya perasaan begitu saja, ini semua kita masing-masing akan
mengalami kelak dikemudian hari para hadirin-hadirot. Ketika nyawa dicabut
Izroil, merasakan Pandangan kita ketika
minum misaInya, apakah yang kita minum dulu itu sungguh-sungguh sirup atau
racun, nanti ketika Izroil datang mengalami para hadirin-hadirot, keadaan yang
sesungguhnya kalau racun, merasakan beratnya sakit akibat keracunan para
hadirin-hadirot tapi kalau benar sirup juga akan merasakan lezatnya pada ketika
Izroil mencabut roh kita para hadirin-hadirot. Alangkah lezatnya ya
mudah-mudahan para hadirin-hadirot pandangan kita selama didunia ini
sungguh-sungguh nyocoki dengan keadaan sesungguhnya para hadirin-hadirot.
Racun, kita tahu bahwa itu racun, dan kalau strup kita juga tabu itu sirup Ya
mudah-mudahan tidak keliru pandangan kita ini. Kalau pandangan terlanjur
keliru, salah pasti nanti akan merasakan betapa beratnya kalau tepat cocok,
kita akan merasakan lezatnya
Mudah-mudahan kita senantiasa dilindungi oleh Alloh SWT Amiin!.
Jadi,
kembali lagi, orang yang memiliki “bashiroh” pandangan hati seperi nomer dua
yaitu “ainul bashiro”, otomatis memandang makhluq termasuk dirinya sendiri
hanya sebagai bayangan. Sama sekali tidak terpengaruh! Tidak selalu ngresulo
ketika mlarat atau menghadapi musibah atau ujian. Melainkan senantiasa ridlo
kepada Alloh SWT. Kaya tidak sombong, ini hanya bayangan! kalau saya salah
gunakan otomatis mencekik leher ini. Racun ini otomatis kalau orang mempumyai
pandangan begitu para hadirin-hadirot yang wujud dan kekal hanya Alloh SWT.
Adapun makhluq, “KULLU SYAIIN HAALIKUN ILLA WAJHAHU”. Segala sesuatu pasti
hancur kecuali hanya tuhan yang kekal abadi tidak hancur dan tidak berubah. Dan
selain itu, fakta dalam pengalaman banyak terjadi. Kemarin masih sehat segar
bugar gagah perkasa, sekarang sudah menjadi layatan. Kemarin masih kaya masih
lincah, sekarang sudah berteriak-teriak minta tolong. Ini pengalaman, para
hadirin-hadirot coba itu lihat yang sebaya dengan Saudara. lebih tua atau lebih
muda di bawah saudara. Ini semua harus kita manfaatkan.
Banyak
sekali kejadian-kejadian yang mengejutkan, yang datangnya secara mendadak. Ini semua,
sesungguhnya kita selalu diperingatkan oleh Alloh SWT para hadirin-hadirot.
Tapi lalu bagaimana?. Kita terima dengan penuh perhatian ataukah kita masa
bodoh begitu saja, para hadirin-hadirot?. Karena hanya belas kasihan Alloh SWT
senantiasa memperingatkan kepada hamba-Nya para hadirin-hadirot. Lalu diantara
kita bagaimana tanggapan kita diwelasi disayang oleh Alloh SWT?. Alloh SWT
senantiasa memberi peringatan dengan bermacam-macam keadaan! Baik keadaan
menggelisahkan, keadaan mengejutkan, keadaan megecewakan, keadaan-keadaan
menggembirakan malah, dan keadaan-keadaan, banyak para hadirin-hadirot !.
Saking kasih sayangnya Alloh SWT! Tapi pada umumnya para hadirin-hadirot, yang
disayangi ini yang tidak merasa! Malah acuh tak acuh, mempermainkan dan sombong.
Masih
baik pohon-pohonan! Pohon mangga atau pohon jambu misaInya, biar dilempari batu
malah membalas dengan buah mangga atau buah jambu. Kok lebih baik pohon mangga
atau pohon jambu pada umumnya para hadirin-hadirot!. Maaf, ditolong mentung
malah memukul pada umumnya para hadirin-hadirot! dalam keadaan ini! AL Fatihah.
وَثَمْرَةُ ذَلِكَ أَنَ
لاَيَبْقَى فِىنَظْرِكَ مَا تَسْقَنِدُ إِلَيْهِ وَ لاَ مَا تَسْتَأْنِسُ بِهِ
فَيَتِمُّ لَكَ التَّوَكُلُ وَالتَّفْوِيْضُ وَالرِّضَا وَاْلاِ سْتِسْلاَمُ
Buahnya,
apabila kita senantiasa begitu otomatis kita tidak terpengaruh oleh segala
sesuatu yang menguntungkan yang menyenangkan atau yang merugikan sekalipun!.
Karena yakin bahwa sekalipun itu menguntungkan tapi hanya sementara! Malah,
sekalipan wujudnya menguntungkan, tapi bisa juga merugikan apabila kita salah
gunakan! Dia senantiasa tidak jenak, tidak bisa mesra diwaktu berhadapan atau
jagongan dengan siapapun. Karena kesemuanya itu hanya merugikan. Kecuali hanya berhadap Tuhan, sowan di hadapan Tuhan,
dia merasa jenak, merasa tenang dan merasa mesra. Sebab hanya Tuhan yang
memberi dan membawa keuntungan dan kebahagiaan! Semuanya itu, selain Tuhan,
merugikan! otomatis!. Berkumpul atau bersama-sama dengan apa-apa yang diridloi
Alloh SWT otomatis sama dengan barada dihadapan Aloh SWT. Dia menjadi tenang
tentram asyik diwaktu berkumpul dengan apa-apa dan siapa-siapa orang yang
diridloi Alloh SWT.
اْلأَخِلآءُ يَوْمَئِذٍ
بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِيْنَ {الزحرف ٦٧}
Orang-orang
yang berkawan, bersaudara yang saling berhubungan, besok pada yaumul qiyamah
saling bermusuhan, para hadirin-hadirot!. Kecuali mereka yang di dalam
melakukan. Saling tuntut menuntut. berkawan bersaudara itu berdasarkan taqwa,
LILLAH BILLAH. LIRROSUL BIRROSUL istilah
Wahidiyah!. Kalau tidak berdasar atas taqwa, LILLAH BILLAH LIRROSUL
BIRROSUL otomatis besok saling bermusuhan satu sama lain!. Pasti para hadirin-hadirot!.
Baik itu hubungan antar keluarga sama keluarga., Anak orang tua, orang
tua-anak! atau kawan atau tetangga pokoknya semua hubungan di dunia. “ILLAL
MUTTAQIN” para hadirin-hadirot!. Besok saling dorong mendorong ke neraka. Mana
yang kalah mana yang menang!. Atau keduanya salah, semuanya masuk bersama-sama
ke dalam neraka, para hadirin-hadirot!.
Mari
para hadirin-hadirot, kita menaruh perhatian yang sungguh-sungguh yang
sebanyak-banyaknya!. Kalau orang memiliki “ainul bashiroh” otomatis senantiasa
tawakkal, senantiasa ridlo. Diantara kita sudah begitu ataukah belum, mari para
hadirin-hadirot kita lihat!.
وَالَّذِى يَنْكَشِفُ بِالثَّالِثِ الذَّاتُ
الْمُقَدَسَةِ ,وَثَـمْرَةُ ذَلِكَ الْفَنَاءُ الْكَامِلُ الَّذِى هُوَ دِهْلِيْزُ
الْبَقَآءِ فَيَفْنَى عَنْ فَنَآئِهِ وَعَدَمِهِ اِسْتِهْلاَكاً فِى وُجُوْدِ
سَيِّدِهِ ,وَنَاهِيْكَ بِمَا يَحْصُلُ لَهُ حِيْنَئِذٍ مِنَ الْمَوَاهِبِ
والاَسْرَارِ اْْلإِلَهِيَّةِ فَإِذًا تَرَقَّى عَنْ ذَلِكَ حَلَّ فِى مَقَامِ
الْبَقَآءِ
Orang yang dikaruniai “bashiroh” jenis nomer tiga,
Yaitu “haqqul bashiroh” atau “haqqul yaqiin” atau “nuurul haqqii”, dan ini yang
paling sempurna sendiri, buahnya yaitu difanak pada Alloh SWT. Hilang lenyap
ANANIYAH-nya. Ke-akuan-nya, egoisnya hilang sama sekali. Tidak mengaku! Tidak
ujub tidak takabbur! Riya’ dan sebagainya otomatis lenyap dari dirinya. Tidak
merasa “saya bisa saya kuasa” dan sebagainya.
FANAK
ada tiga macam.
FANAK
SIFAT : Saya tidak merasa mempunyai kemampuan atau kepandaian!. ini semua
Alloh yang punya yang menggerakkan, yang ... yang... yang... semua Alloh! Saya tidak bisa berjuang begini
begitu, ini Tuhan!. Saya tidak ada. Ini Tuhan “WANAHIIKA” ditanyakan lagi,
buahnya! Jangan ditanya lagi Alloh SWT yang senantiasa diberikan orang seperti
itu!. Pokoknya tidak bisa diketahui kecuali hanya Tuhan yang Maha mengetahui
segala-galanya! Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot kita dikaruniai Alloh SWT fadlol yang
sebanyak-banyaknya! yang sempurna-sempurnanya! kalau orang sudah seperti yang
diterangkan di atas ini, dia memiliki tingkatan atau martabah, MARTABATUL WAHIDIYAH
namanya. Yaitu BILLAH. Atau MARTABAH MOHAMMADIYAH. Orang yang seperti itu,
seperti saya kemukakan tadi, “DHILLUL ILLAHI. Bayangan Tuhan, atau orang
seperti itu, adalah “KHOLILFATULLOH” wakil Tuhan.
Para hadirin-hadirot, tidak bisa dibayangkan, keadaan dia
besok diakhirot! Dikagumi oleh makhluq-makhluq lain! ya mudah-mudahan para
hadirin-hadirot, pengajian pagi ini benar-benar diridloi oleh Alloh SWT
Rosuulihi SAW !
{كَانَ
الله ُوَلاَ شَئَ مَعَهُ
وَهُوَ اْلآَنَ عَلَى مَاعَلَيْهِ كَانَ }
Orang yang fanak, orang yang hilang ananiyahnya, hanya
Alloh “KAANA LLOHU WALA SYAIAMAI’AHUM”. Hanya Alloh Pentitik “WA HUWAL-AAN ‘ALA MA ‘ALAIHI KAANA”.
Dia sekarang baru merasakan, bahwa sesungguhnya hanya Tuhan yang ada! Baru
merasakan!.
Orang
yang belum fanak, belum hilang ananiyahnya, belum merasakan. Paling-paling
hanya ilmiyah! Yah, tapi minim harus ilmiyah! Sekalipun belum merasakan. Kalau
sudah merasakan baru menyadari bahwa sesugguhnya yang ada hanya Tuhan. ibarat
orang tidur sedang bermimpi semua
النَّاسُ نِيَامٌ
Umat manusia itu semua tidur nyeyak pada umumnya!.
Mimpi dan mengigau-nglindur!
فَإِذَا مَاتُوْا
اَنْتَبَهُوْا
Nanti
kalau sudah dicabut Izroil terkejut, ketika bermimpi seperti sungguh-sungguh
terjadi. Tapi setelah bangun, tidak ada apa-apa! ini para hadirin-hadirot. Ya
untung kalau hanya seperti mimpi saja. Sesungguhnya keadaan kita ini jauh dari
pada itu! Dikiranya tidak apa-apa, dikiranya menguntungkan. Tapi nanti ketika
dicabut rohnya oleh izroil, tidak dapat dibayangkan beratnya para
hadirin-hadirot !.
Seperti
sering saya utarakan, atau juga oleh pusat, ketika orang menghadapi lzroil,
jenggelel, ndrodog, lumpuh, para hadirin-hadirot!. baik orang tidak sakit,
lebih-lebih kalau sakit, kok tahu-tahu jenggelek Izroil, lumpuh sama sekali!
Lemas dia merengek-rengek ngrepo-ngrepo pada Izroil. Sudilah ditunda sehari
saja ya Izroil, saya bertobat!
“Tidak ada hari”!
“Setengah hari saja”.
“satu jam saja, satu menit, setengah menit. Tidak
digubris oleh Izroil para hadirin-hadirot! Dalam keadaan yang sangat gawat
sekali ini para hadirin-hadirot, andai kata kita mempunyai emas se-Jagad dan
minta diundur sehari saja dikabulkan, bungahnya tidak bisa digammbarkan para
hadirin-hadirot! tapi mana boleh jadi, para hadirin-hadirot !
Qodarnya
Allob SWT tidak bisa dirobah merasakan bagaimana beratnya para
hadirin-hadirot!. Apakah kita harus menunggu keadaan begitu para
hadirin-hadirot ?.
Ya
muda-mudahan para hadirin-hadirot, kita di ampuni oleh SWT. Di karuniai hidayah
dan taufiq yang sebanyak-banyaknya diberi syafaat Tarbiayah barokah karomah
nadroh oleh Rosulihi SAW, oleh Ghousi
Hadhaz Zamani wa A’waanihi asaairi Ahbaa Billahi radiyaallohu Ta’ala
‘anhum.
Para hadirin-hadirot. Pengajian kiranya cukup sekian
saja. Dan sekali lagi mudah-mudahan benar-henar diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi
SAW. Benar-benar bermafaat berbarokah bermaslahah, dan membawa kemajuan yang
sebesar-besarnya bagi kita bersama. Selanjutnya waktu dan tempat dipersilahkan
kepada beliau dari pusat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar