A. SYAFA’AT
Menurut arti bahasa, kata “Syafa’at”
mempunyai pengertian “pertolongan”. “Syafa’atan hasanatan”
berarti suatu pertolongan yang membawa kepada kebaikan. Dan syafa’atan
sayyiatan adalah suatu pertolongan yang membawa kepada kemungkaran. Di
dalam pembahasan di sini yang dimaksud adalah syafa’atan hasanatan.
Menurut arti istilah adalah :
الشَّـفَاعَة ُ سُـؤَالُ الـْخَيْرِ مِنَ الـْغـَيْرِ لِلْغَـيْر ِ
“Syafa’at adalah permohonan kebaikan dari
orang lain untuk orang lain”.
Sebagian Ulama ada yang
mendefinisikan sebagai berikut :
الشَّـفَاعَة ُ هِىَ
السُّـؤَالُ إِلـَى التـَّجَـاوُز ِ عَنِ
الذُّنـُوْبِ مِنَ الـَّذِي وَقَـعَ الجِنَايَة ُ
فِي حَـقّـِه
“Syafa’at adalah permintaan
pengampunan dosa-dosa dari orang yang melakukan kesalahan”.
Atau mudahnya, syafa’at adalah
mengusahakan kebaikan bagi orang lain atau memberikan jasa-jasa baik kepada
orang lain tanpa mengharap upah atau imbalan jasa, baik diminta maupun tidak
diminta.
Di dalam penggunaan istilah,
pada umumnya sebutan “syafa’at” dipakai untuk pertolongan yang khusus
dari Rosululloh e. Sedang-kan pertolongan yang
diberikan oleh selain Beliau, e umpamanya
oleh para Wali, orang yang lebih tua umurnya disebut barokah, doa restu,
bantuan, dukungan atau jangkungan. Semua itu menurut lughowy (bahasa)
juga disebut syafa’at dalam arti pertolongan.
Syafa’at Rosululloh e
dapat
terjadi di dunia dan di ahirat. Yang di dunia antara lain dan yang paling
berharga, tak terukur dengan harta
adalah iman dan islam di dada setiap muslim dan mu’min. Boleh dikatakan bahwa
tuntunan Rasululloh e adalah syafa’at Beliau e. Dan seperti kita sadari dari
kenyataan bahwa tuntunan Rasulullah e tersebut
disalurkan dan disampaikan kepada ummatnya di zaman sekarang melalui proses
yang panjang. Melalui para sahabat, Radliyalloohu Ta’ala ‘anhhu, kepada
para Tabi’in kepada para Tabi’it -Tabi’iin, para Ulama Salaf, para Auliya’,
para Sholihin, para Ulama Khalaf, para Kiai, para Cendikiawaan, para Ustadz,
para guru akhirnya sampai kepada kita. Berarti mereka-mereka itu adalah
perantara antara kita dengan Junjungan kita
Nabi Muhammad Rasululloh e Mereka
itu adalah penyambung / penyalur syafa’at Rasululloh e
kepada para
lapisan masyarakat. Dapat kita fahami bahwa mereka dapat menjalankan fungsinya
sebagai penyalur syafa’at adalah juga dari syafa’at Rosululloh
e. Dan begitu seterusnya, sambung
bersam-bung. Tanpa Rosululloh e mereka tidak dapat melakukan
hal-hal seperti itu, dan kita pun tidak akan memiliki iman, Islam dan faham-faham
keagamaan seperti ini.
Begitu gambaran luasnya syafa’at
Rosululloh e di dunia ini, dan begitu penting
dan berharganya bagi kita para ummat sehingga kita tidak mampu
menghitung-hitung betapa besarnya nilai syafa’at Rosululloh e itu. Suatu pertolongan yang
sangat kita butuhkan untuk membawa diri kita menuju kebaikan, kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirot. Kita butuhkan untuk membebaskan dan
menyelamatkan diri kita dari bahaya kejahatan dan kekejian yang akan membawa
kepada kesengsaraan dan kehancuran dunia akhirat.
Adapun syafa’at Rosululloh e di akhirot kelak, yang disebut
"SAFA’ATUL ’UDHMA” adalah pertolongan agung yang sangat
dibutuh-kan oleh seluruh ummat manusia
di padang mahsyar kelak di akhirat. Di padang mahsyar itu nanti seluruh ummat
manusia dari zaman nenek moyang kita Nabi Adam ’Alaihis–sholatuwassalam sampai
manusia yang terakhir dikumpulkan semua. Terjadilah suatu peristiwa yang maha
dahsyat, suatu tragedi kebingungan ummat manusia yang memuncak dan belum pernah
dialami sebelumnya. Di bawah pembakaran terik sinar matahari yang pada saat itu
dikeba-wahkan oleh Alloh hanya tinggal setinggi galah, tiap-tiap manusia
mengalami problem-problenya sendiri-sendiri sebagai akibat tindak lakunya
ketika hidup di dunia. Di sebut “Yaumul-Hasyri”
atau hari berkonfrontasi saling berhadap-hadapan satu sama lain. Baik bapak,
ibu, anak maupun saudara dan sebagainya saling tuntut-menuntut, saling
tuduh-menuduh satu sama lain. Saling
melarikan diri takut terkena tuntutan.
B.
TASYAFU’
Tasyafu’ atau memohon syafa’at
kepada Rosululloh e berarti memohon supaya
Rosululloh e sudi memberikan pertolongan
untuk memohonkan kepada Alloh Subhaanahu
wa ta'aala agar Alloh berkenan mengabulkan permohonan tersebut.
Pertolongan mutlak adalah milik
Alloh, dan kehendak Alloh mutlak tidak ada yang mencampurinya. Termasuk Alloh
berkehendak memberikan hak syafa’at bagi seluruh makhluk kepada Rosul-NYA, e tidak mengurangi milik Alloh
yang mutlak. Firman Alloh I.
قُل لِلّهِ
الشَّفـَاعَة ُ جَمِيـعًا (39
الزمر :44)
Katakanlah
; “Hanya kepunyaan Alloh Syafa’at itu semuanya
(39- Az-Zumar : 44 )
Ada sebagian orang berpendapat
bahwa dengan ayat tersebut selain Alloh tidak dapat memberi syafa’at, sehingga
memohon syafa’at kepada Rosululloh e disamakan dengan
syirik dan tersesat.
Dengan menggunakan ayat tersebut sebagai dasar bagi
pendapat-nya bukan pada tempatnya. Ada dua alasan untuk menolak
pendapat tersebut :
1.
Tidak ada satu ayat pun dan hadits yang melarang
permohonan syafa’at kepada Rosululloh e.
2.
Ayat di atas tidak menunjukkan larangan mohon
syafa’at, namun searti dengan ayat-ayat lain yang menjelaskan kemutlakan kekua-saan Alloh sebagai Penguasa Tunggal yang tidak tersaingi oleh suatu
apapun. Hal ini mempunyai pengertian bahwa Alloh dapat menganugerahkan apapun
dan kepada siapa saja sesuai kehendak-Nya.
Firman Alloh dalam Al-Qur’an yang menerangkan
tentang anugerah Alloh kepada hamba-Nya
untuk memberikan syafa’at seperti di bawah ini:
وَلاَ يَمْلِكُ الَّذِيْنَ يَدْعُونَ مِن
دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلاَّ مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ (43- الزخروف :86)
“(Tuhan-tuhan) yang mereka sembah, selain dari pada-Nya, tiada
mempunyai syafa’at (pertolongan), akan tetapi (orang yang dapat memberi
syafa'at ialah) orang yang mengakui kebenaran (tauhid), sedang mereka
meyakini”. (QS.
Al-Zukhruf: 86)
يَوْمَئِذٍ لاَّ تَـنْـفَعُ الشَّفـَاعَةُ
إِلاَّ مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلاً (20-طه : 09)
“Pada hari itu {kiamat}
tiada berguna syafa'at, kecuali { syafa'at } orang yang telah diizinkan
oleh Yang Maha Pengasih dan diridloi perkataannya”.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa
ada sebagian makhluk Alloh yang dianugerahi / diizini
dapat memberi syafaat kepada yang lainnya. Kalau toh ada ayat-ayat yang
menunjukkan tidak adanya syafa’at, seperti: QS. Al-Baqoroh: 48, 123 dan QS.
Al-Muddatsir: 48, semua ayat ini berhubungan dengan orang-orang musyrik.
Tentang siapa dan apa yang dapat memberi syafa’at
dengan izin Alloh telah dijelaskan dalam beberapa hadits, antara lain ;
قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ e: يَشْـفَـعُ يَوْمَ الْـقِـيَامَـةِ ثـَلاَ ثـَـةٌ : اْلأ
َنْبِـيَآءُ ثـُمَّ الْعُلَمَآءُ ثُمَّ
الشُّهَدَآءُ (رواه
ابن ماجـه عن عثمان t)
Rosululloh e
bersabda :
“Yang dapat memberi syafa’at besuk pada yaumil qiyamah ada tiga golongan ;
yaitu para Nabi, Ulama, kemudian
Syuhada’ (HR.
Ibnu Majah dari Utsman Ra.)
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ e : يشـفـع الشـهيد فى سبعـين من
اهل بـيتـه (رواه ابو داود عن
ابى الدرداء)
Rosululloh e
bersabda :
“ Seorang mati syahid akan memberi syafa’at pada 70 orang dari keluarganya” (HR. Abu Dawud dari Abi
Al-Darda’ )
قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ e: أَناَ
سَـِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلاَ فَـخْـرَ وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تـُنـْشَـقُّ عَنْهُ اْلأَرْضُ وَأَناَ أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّـعٍ
, بِيَـدِى لِـوَآءُ الْحَمْدِ تَحْـتَهُ آدَمُ فَمَنْ دُوْنَهُ
(رواه الترميذي وابن ماجه
عن ابي سعيد الحذري والحاكم عن جابر باسنـاد صحيح )
Rosululloh e
bersabda : Aku
adalah Sayyid (orang yang tertinggi) dari anak cucu Nabi Adam, dan (aku
mengucapkan ini ) tidak karena membanggakan diri. Aku adalah orang yang pertama
dibangunkan dari kubur, Aku adalah orang pertama yang memberikan syafa’at dan
orang pertama yang diterima syafa’atnya, di tanganku-lah bendera puji dan di
bawah bendara itu bernaung Nabi Adam dan orang-orang lainnya. (HR. At-Tirmidzi dan Ibu Majah
dari Abi Said Al- Hudzriy dan Al-Hakim dari Jabir Ra)
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ e :
مَـنْ زَارَ قَـبْرِى وَجَـبَتْ لَـهُ شَفَاعَتِى (رواه ابن عدي
والبيهقى عن ابن عمر)
“Rosululloh e
bersabda:
"Barang siapa berziarah ke kuburku
maka wajib baginya (memperoleh) syafa’atku”.( HR. Ibnu Adi dan Baihaqidari Ibnu Umar ).
التَّشـفُّعُ بالنَـبي e في كُلِّ مَكانٍ نافِـعٌ فلَمْ يُقـبَلْ اِلاَّ الـْوُصُوْلُ الى النَّـبِّي
e (شـواهد الحق : 203)
“Tasyaffu’an {memohon syafa’at} kepada
Baginda Nabi e, di tempat manapun adalah
bermanfa’at dan pasti sampai kepada Baginda Nabi e”. (Syawahidul-Haq : 203)
وانَّهُ e مَقْبولُ الشَّفاعَـةِ عنْدَ
اللهِ في الدُّنْيا والاخِرَةِ ويتَوَسَّلوْنَ بِه الَيْهِ تَعَالى لِيُبَلِّـغَهُمْ مُناهُم في دُنياهم
وأُخراهُم فقَد شـَاركُوا في هَـذا الْمَعـنى اعْلَمُ العُلَمَاء (شـواهد
الحق :
45)
“Dan sesungguhnya Baginda Nabi e
itu pasti
diterima syafa’atnya di sisi ِAlloh baik di dunia maupun di ahirat. Dan
orang-orang Islam berwasilah kepada
Beliau e
dalam
permohonannya kepada I agar Beliau e
berkenan
menyampaikan hajat / keinginan mereka dalam urusan dunia dan urusan ahirat
mereka. Maka para pakar Ulama telah bersepakat di dalam pengertian tersebut”.
Memohon syafa’at kepada
Rosululloh e
baik pada
masa hidup maupun setelah wafat Beliau e
adalah
boleh dalam hukum Islam. Karena orang yang mati syahid saja menurut Al-Quran
tetap hidup di alam kuburnya,
Firman Alloh I:
وَلاَ
تَقُولُواْ لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِن
لاَّ تَشْعُرُونَ (البقرة
: 154)
“Dan janganlah kalian berkata: Bahwa
orang-orang yang gugur di jalan ِAlloh itu mati; melainkan mereka tetap hidup,
tetapi kalian tidak menyadarinya” (QS. Surat Al Baqoroh 154).
وَلاَ
تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاءٌ
عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (ال عمران 169)
“Dan janganlah kalian mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati, melainkan mereka tetap hidup di
sisi Tuhannya dan mereka memperoleh rizqi (kenikmatan besar) (QS. Ali Imrom 169)
Berdasarkan dua ayat di atas
bahwa orang gugur di jalan Alloh tetap hidup di sisi -Nya. Apa lagi para Nabi
dan Rosul serta para Waliyulloh. Maka Rosululloh e bersabda
:
حياتى
خير لكم ومـماتى خــير لكم , واما حياتىفاسن لكم السنن
واشرع لكم الشرائع , واما مَماتى فان اعمالكم تعرض علي فما رأيت منها حسنا حمدت الله عليه وما رأيت سيئا استغفرت الله لكـم (رواه البزار عن
ابن مسعود باسناد صحيح)
Hidup dan
matiku adalah baik (berguna) bagimu. Semasa hidupku aku memberikan tuntunan / sunnah dan mengajarkan
syari’at kepadamu. Sedangkan setelah wafatku semua amalmu diperlihatkan
kepadaku. Maka ketika aku melihat amalmu
baik, aku memuji kepada Alloh atas kebaikanmu
itu, dan ketika aku melihat amalmu jelek, aku mohonkan ampunan kepada
Alloh bagi kamu sekalian (HR.
Al-Bazzar dari Abdulloh bin Mas’ud derngan sanad yang shohih).
ما من احد يسلم عـلي الا رد الله على روحى حتى
ارد عليه السلام (رواه احمد وابو داود)
Tiada seseorang yang
menyampaikan salam kepadaku, melainkan Alloh menyampaikan salam itu kepadaku,
sehingga aku menjawab salam itu. (HR. Ahmad dan Abu Dawud )
Dalam hal ini para Ulama
berpendapat bahwa Rasulullah e setelah
wafatnya tetap seperti Beliau e masih
hidup. Maka orang yang berpendapat bahwa Rasulullah e
tidak ada
manfa’atnya setelah meninggal dunia adalah pendapat yang sesat dan menyesatkan.
فمن اعتقد ان الـنبي e لاينـفع
به بـعد الموت بل هو كأحـد الناس فـهـو
ضـال مضــل
“Maka
barang siapa beri’tikad, bahwa Baginda Nabi e
tiada
manfa’at sesudah wafatnya, bahkan Beliau e
dianggap
seperti umumnya manusia, maka orang seperti itu adalah sesat dan menyesatkan”. (Tafsir Al-Shawi juz 1, hal.
161)
نـقــل السـيد
احـمـد دخلان عن ابي الـموا هب الشاذلي t ا نه كان يقـول
: لله
عباد يتـولي تربـيتهـم النـبي e بنـفسـه من غـير واسط بكـثرة صلاتـهم عليه
e ( سعا دة الدارين
: 551)
Sayyid Ahmad Dakhlan menukil pendapat Abi Mawahib
Asy-Syadzali t: “Alloh mempunyai hamba-hamba yang dibimbing
langsung oleh Nabi Muhammad e tanpa perantara sebab banyaknya bacaan Sholawat mereka kepada Beliau e
”.(Kitab Sa’aadaatu Al-Daroini : 511)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar