AL-HIKAM I hal 39
ِبـسْمِ الله ِالرََّحْمَـنِ الرَّحـِيْمِ
( رُبَّمَاكُنْتَ مُسِئًافَاَرَاكَ اْلاِحْسَانَ
مِنْكَ صُحْبَتُكَ مَنْ هُوَ اسْوَءُا حَالاً مِنْكَ )
Orang yang berkawan dengan orang yang lebih buruk
otomatis dia merasa lebih baik. Berkawan dengan orang yang lebih kendor
mujahadahnya, lebih glonjom perjuanganya, lebih malas ubudiyahnya dan
sebagainya dan sebagainya, otomatis merasa, ah saya lebih giat lebih rajin
lebih semangat dari dia. Inilah satu hal yang negatip, suatu kerugian didalam
berkawan dengan orang yang lebih rendah keadaannya dari dirinya. Dengan
sendirinya dia menjadi mati semangatnya, sebab sudah merasa baik, malah merasa
lebih baik. Dan disamping mati semangatnya, otomatis dia takabbur. Malah
mungkin, dia merasa lebih baik, tetapi kenyataan sesungguhnya dia lebih jelek.
Maka didalam Wahidiyah kita diberi pelajaran supaya senantiasa merasa lebih
jelek, lebih berlarut-larut diantara orang sejagad. Malah, supaya merasa tidak
ada orang lain yang lebih jelek, lebih banyak maksiatnya dan pada dirinya.
Bahkan orang-orang lain yang bermaksiat, yang berlarut-larut itu adalah dari
saya sumbernya. Harus begitu !. kalau orang merasa sungguh-sungguh seperti itu,
berarti dia sungguh-sungguh mempergunakan kemampuannya untuk memperbaiki
keadaan dirinya. Berusaha untuk menyelamatkan dirinya dari ujub riyak takabbur
yang menyeret manusia kedalam neraka kehancuran dan kemusnahan !. tapi, sudah
merasa kok tidak ada konsekwensinya, berarti dia merasanya hanya imitasi!.
tipuan !. kalau sungguh-sungguh merasa, sungguh-sungguh membutuhkan otomatis
berbuat !. orang yang lapar atau haus yang sangat, otomatis dia grayah-grayah,
usaha mencari makanan atau minuman. Begitu juga orang merasa jelek, kalau
sungguh-sungguh merasa, otomatis dia usaha memperbaikinya !. Merasa jelek kok
tidak mau usaha memperbaiki, .... Merasanya hanya imitasi !. Pura-pura merasa
!. mari kita tinjau keadaan kita masing-masing para hadirin hadirot!. terutama
dalam mujahadah-mujahadah !. ketika merasa anjuran-anjuran !. Saya merasa
begin! begitu, malah sampai-sampai tak tertahan mencucurkan air mata, berteriak
menjerit.....!. Tapi kenyataan bagaimana ?. adakah perubahannya ? kalau tidak
ada perubahan berarti prihatinnya itu hanya imitasi !. bujukan setan !. Supaya
marem !. malah saking maremnya merasa bangga saya bisa prihatin, saya bisa
merasa jelek-jeleknya orang, saya bisa menangis, saya bisa mencucurkan air mata
didalam mujahadah, ...... dan
sebagainya, dan sebagainya. Tidak tahu bahwa di belakangnya
ada .............ada jebakan !.
Imitasi!. Rayuan setan, tidak merasa !. Fakta tidak ada kemajuannya !. Mari
kita koreksi keadaan kita masing-masing !. setelah merasa dholim, merasa jelek,
merasa begini begitu,.....ada perubahan apa tidak ?. kalau tidak berarti menipu
!. Menipu dirinya sendiri dan..........menipu Tuhan. Para hadirin hadirot. Mari
kita usaha meningkat!. jangan sampai diantara kita ada yang begitu !. Mari kita
merobah sekarang !.
يَعْنِى
اَنَّ صُحْبَةَ مَنْ هُوَ دُوْنَكَ ضَرَرٌ مَحْضٌ ِلاَنَّهَا تُغَطِّى عَنْكَ
عُيُوبَكَ وَتَبْيِّنُ لَكَ كَمَا لَكَ فَتُوْجِبُ لَكَ حُسْنَ الْظَّنِّ
بِنَفْسِكَ فَتَعْجُبُ بِأَعْمَلِكَ وَتَقْنَعُ بِأَحْوَالِكَ وَالرِّضَا عَنِ
النَّفْسِ وَرُؤْيَةُ اِحْسَانُهَااَصْلُ كُلِّ شِرِّ...
Dus, berkawan dengan orang yang sebawahnya, baik itu
memang sungguh-sungguh dibawahnya, lebih-lebih kalau hanya perasaan dia saja
lebih rendah jadi dia merasa diatasnya, ini "dlororun" mahdlun -
bahaya !. merugikan menghancurkan !. sebab dia lalu merasa baik, otomatis lalu
mati semangatnya. Dan tidak tahu negatipnya, lalu tidak tahu kesalahannya,
tidak tahu dosanya !. yang dia ketahui hanya kebaikan dirinya sendiri. Diatas
kawannya atau diatas orang banyak !. membanggakan perjuanganya !. membanggakan
amalnya, mujahadahnya, kehalusan hatinya, kebijaksanaannya, .......... dan
sebagainya, dan sebagainya!. otomatis dia tekuk lutut kepada nafsunya!. dijajah
imperials nafsu!. otomatis dia memperTuhankan nafsunya !. berarti dia memperalat
Alloh SWT!. Diperalat untuk menyembah kepada nafsunya !.
Mari para hadirin hadirot, kita tinjau badan kita
masing-masing !. melakukan begitu apakah tidak ?.Jika melakukan mari sekarang
juga kita bertobat!. kalau tidak, harus kita kembalikan kepada Alloh SWT!. Ini
adalah fadlolnya Alloh SWT !. jangan sekali-kali berani-berani mengaku-aku.
Mari terus kita tingkatkan berdepe-depe merintih dihadapan Alloh SWT !.
Jadi kesimpulan pengajian ini kita jangan berkawan dengan
orang sebawahnya. Harus berkawan dengan orang yang lebih diatasnya!. inilah
antara lain hikmahnya mempelajari sejarah-sejarah para Anbia wal mursaliim,
para Ulama-ulama dan para Auliya. Misalnya mempelajari sejarah Syekh Imam al
Ghozali, Syekh Abdhul Qodir al Jaelani, Syekh Makhruf al Karkhi, Syekh Junaid
al Baghdad! dan sebagainya. kalau di Indonesia khususnya di jawa, mempelajari
Sunan Kalijogo, Sunan Ampel dan lain-lain. Itu lalu otomatis kita tertarik.
Sedikit banyak terpengaruh oleh kebaikan-kebaikan pribadi para beliau-beliau
tersebut.
Jadi sekali lagi jangan sampai berkawan
yang,..........yang membawa kerugian-kerugian !. Malah sekalipun kawannya itu
sebawahnya, supaya kita dapat memanfaatkan !. Antara lain dengan Husnudhon !.
sekalipun dia dibawah saya llmiahnya, Mujahadahnya, dan sebagainya tetapi dia
lebih sadar, lebih LILLAH BILLAH dari pada saya !. sekalipun saya aktif
mujahadah saya, ibadah saya, sembahyang saya, perjuangan
saya...............tapi saya jauh tidak ikhlas !. pamrih !. dan disamping itu
harus dimanfaatkan lagi untuk penyiaran. Dia yang lebih bawah itu harus kita tarik !. kita tarik pada ke sadaran
yang lebih meningkat lagi !. Tahu kawannya kejegur joglangan kok malah diubyuki,
atau paling-paling diam saja hanya melihat, ini berarti ngurugi sekali pada
kawannya itu !. tahu kawannya atau orang lain sekalipun kejegur sumur kok malah
ikut-ikutan njegur, atau paling-paling hanya melihat atau malah mentertawakan,
ini..........betul-betul orang yang tidak normal!, sekalipun tidak
mentertawakan hanya ndlongop saja, acuh tak acuh, ini berarti ngebleki batu
sekali pada orang yang didalam sumur itu !. dan sudah barang tentu dia akan
dimintai pertanggungan jawab besok pada yaumul qiyaamah !. dan disamping itu
otomatis dituntut oleh orang yang kejegur sumur tadi.
Mari para hadirin hadirot, kita tinjau keadaan pribadi kita didalam kita
berkawan, atau bahkan didalam kita memandang orang lain sekalipun !. perlu
adanya penelitian !. perlu adanya peningkatan sesudah peninjauan !. tidak bisa
mamperbaiki jika tidak mengetahui mana yang rusak. Ibarat orang punya
kendaraan, tahu ada sekrup atau baut-baut yang kurang pener, lebih-lebih bagian
mesin yang tidak normal kok tidak mau memperbaiki, dupeh masih bisa jalan ini
namanya bunuh diri. Sekurang-kurangnya tidak hati-hati terhadap kemungkinan
bahaya kecelakaan akibat adanya bagian-bagian motornya yang tidak normal itu.
Berarti membiarkan diri hancur berantakan. ini akibat kurang teliti terhadap onderdil-onderdil
mesin yang kurang sempurna. Kurang kontrol!. jika belum tahu yang rusak, harus
dicari, kalau sudah ketemu, harus diperbaiki. Itu ibarat kendaraan. Begitu juga
diri kita. Harus selalu kita tinjau kita selidiki mana-mana yang kurang baik, yang
merugikan dan mana-mana yang menguntungkan. Kalau sudah ketemu, harus konsekwen
melaksanakan. Tahu yang merugikan, tidak mau menghindari dan tahu yang
menguntungkan tidak mau usaha mencari, ini orang yang tidak normal. Sudah tahu
yang rusak tidak mau memperbaiki, ini namanya orang tidak normal. Dia akan
menghadapi kerugian yang jauh lebih besar lagi dikemudian hari !. jadi sama
halnya dengan materi.
Para hadirin hadirot, ya kalau soal materi atau duniawi sepi lintas-lintas
saja. Sak lapan. Sekalipun kerugian yang bagaimanapun juga, hanya sak lapan,
sekejap waktu, atau hari, atau bulan, atau tahun paling-paling tetapi kerugian
diakhirot para hadirin hadirot, sak jeg jumbleg !. selama-lamanya !. kalau ya
teruuus sakit !.-didunia pada umumnya sehat dan sakit, jauuuuh lebih lama
sehatnya dari pada sakitnya !. tapi di akhirot sak jeg jumbleg !. kalau sakit
terus sakit, kalau rugi terus rugi!.
Para hadirin hadirot, mari!. kalau soal dunia kita kebanyakan selalu usaha
sekuat mungkin. Dimana ada kemampuan, kita tempuh. Kalau tidak ada kemampuan,
usaha cari kemampuan untuk itu, bagaimana agar supaya mampu. Itu soal dunia
yang hanya sak lapan para hadirin hadirot!. dagang atau tani, atau pegawai,
atau pengusaha ini dan itu selalu dipikir diusahakan agar banyak hasil, agar
banyak untung, agar memperoleh kenaikan gaji, agar..... agar..... agar.....
sebelum ketemu terus dicari diusahakan !. kalau sudah ketemu diusahakan. Sampai
lupa siang dan malam. Semua menjadi siang, tidak mengenal malam. Ini soal dunia
yang hanya sak laaaapan, para hadirin hadirot !. lalu soal akhirot yang sak jeg jumbleg, kok kurang perhatian !. bagaimana
tanggapan kita para hadirin hadirot!. jika keadaan kita begini, akal fikiran
kita dimana para hadirin hadirot ?. katanya kita punya akal, punya fikiran.
Kalau dikatakan akalnya kurang normal,............ naik darah !. tapi fakta menunjukkan dengan jelas !. Para hadirin
hadirot mari......!.
وَالرِّضَا عَنِ
النَّفْسِ وَرُؤْيَةُ اِحْسَانُهَااَصْلُ كُلِّ شِرِّ...
Puas, senantiasa nuruti nafsu, adalah sumber segala keburukan dan
kejahatan!. Ciri khas dari nafsu adalah suka pada yang enak dan kepenak. Tidak
mau kangelan !.
فَاءِنْ اَرَدْتَ
وَلاَبُدَّ اَنْ تَصْحُبَ مَنْ لاَيَنْهِضُكَ حَالُهُ وَلاَيَدُلُّكَ عَلَى اللهِ
مَقَالُهُ فَاصْحِبْ مِثْلَكَ حَتَّى تَكُونُ فِى صُحْبَتِهِ لاَلَكَ وَلاَ
عَلَيْكَ, ثُمَّ اعْلَمْ اَنَّ صُحْبَةَ اْلعَارِفِيْن عَلَى قِسْمَيْنِ
Disini dikatakan, jika terpaksa karena jalan sudah buntu, tidak mendapat
kawan yang bermanfaat, tapi seharusnya tidak buntu, harus selalu dapat
memanfaatkan, tapi kalau memang sudah sungguh-sungguh buntu, maka carilah kawan
lain yang sebaya dengan dirimu, sehingga didalam berkawan itu nanti engkau
tidak mengalami kerugian, tapi juga tidak memperoleh keuntungan. Ini kalau
terpaksa tidak mendapat kawan yang lebih atas tingkatan kesadarannya. Tapi
sesungguhnya kita dapat dan mampu memanfaatkan menguntungkan !. tinggal mau
atau tidak !. sudah kita manfaatkan atau belum, itu terserah kita masing-masing
!.
صُحْبَةُ اِرَدَةُ
وَصُحْبَةُ تَبَرُكِ فَصُحْبَةُ اْلأِرَادَةِ هِيَ اْلَتِي يُشْتَرَطُ لَهَا
اْلشُرُوطُ اْلمَعْرُوفَةُ اْلَتِي حَاصِلُهَا
أَنْ يَكُونُ اْلمُرِيْدُ مَعَ اْلشَيْخِ كَالْمَيِّتِ بَيْنَ يَدَيِ
اْلغَاسِلِ, وَصُحْبَةُ اْلتَبَرُكِ هِيَ اْلَتِي يَكُونُ اْلقَصْدُ بِهَا
اْلدُخُولَ مَعَ اْلقَوْمِ وَاْلتَزْيِيِ بِزِيِّهِمْ وَاْلإِنْتِظَامُ فِي سُلْكِ
عَقْدِهِمْ...... إلخ
Berkawan
dengan ‘Arifin, orang-orang yang sadar kepada Alloh SWT, orang-orang yang
dikasihi oleh Alloh Ta'ala, ada dua macam satu, "SHUHBATUL-IRODAH".
Berkenalan sebagai murid, minta ditunjukkan disadarkan kepada Alloh SWT.
Berkawan atau berkenalan, agar mentalnya menjadi baik, tidak morsal tidak
bejad. Mental yang diridloi Alloh wa Rosuulihi saw, berguna bagi ummat dan
masyarakat. Dan kedua, “SHUHBATU TABARRUKIN” - berkawan agar mendapat
barokahnya orang yang dijadikan kawan atau kenalan.
Berkawan yang pertama, shuhbatul iroodah, usaha untuk
memperbaiki mental, terutama agar supaya sadar kepada Alloh SWT, ada
syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syaratnya artinya, yang harus dipenuhi oleh
si murid, orang yang berkawan
dengan si Arifin tadi, antara lain harus seperti mayit dibawah tangan orang
yang memandikan. Diapakan saja harus manut menyerah. Menyerah bongkokan dunia
akhirat !. Moril dan Materiil, menyerah bongkokan kepada Gurunya. Apapun yang
diminta Guru atau Syekh harus diberikan !. diminta hartanya harus diberikan.
Diminta istrinya harus diberikan. Dibunuh, menyerah diri, dan sebagainya, dan
sebagainya. itu syaratnya.
Syaratnya Guru atau Syekh, pertama, harus orang yang
sungguh-sungguh sadar kepada Alton SWT !. bebas dari imprelias nafsu !. mampu
mengantarkan muridnya sowan, berodensi di hadapan Alloh wa Rosuulihi saw!. Yang
sepi ing pamrih !. sama sekali tidak membutuhkan apa-apa dari muridnya !. Moril
atau lebih-lebih Materiil, dunia dan akhirot!. sama sekali tidak membutuhkan
itu semua!. malah menyokong, membantu kepada murid. Soal moril dan materiil.
Dan dia, sebagai Guru atau Syekh harus mampu mengantarkan si murid sowan
menghadap kehadirot Alloh wa Rosuulihi saw dari tempat yang jauh sekalipun.
Murid ditimur, dan guru dijagad barat, murid diufuk utara dan guru di ufuk
selatan, harus mampu mengantarkan murid dari jauhan.
Oleh karena hal-hal seperti itu diatas, jangan
gampang-gampang mengatakan : saya seorang guru, saya seorang murid. Kalau tidak
memenuhi syarat-syarat seperti diatas, guru dan murid palsu namanya !. mestinya
guru harus dapat mengantarkan sowan dihadapan Alloh SWT wa Rosuulihi saw,
memperbaiki mental si murid, sekalipun dari kejauhan!. disamping guru itu
sendiri sudah mampu sowan senantiasa, senantiasa tekuk lutut dihadapan Alloh wa
Rosuulihi saw !. begitu juga si murid, syaratnya harus menyerah bongkokan
kepada Guru. Dilempar kemanapun harus tunduk !.
Lha diantara kita bagaimana para hadirin hadirot ?. kalau sebagai murid
apakah sudah memenuhi syarat-syarat sebagai murid, dan kalau mengaku guru
sudahkah memenuhi syarat-syarat seorang guru seperti diatas!. Tapi kita didalam
Wahidiyah, tidak ada istilah "Guru" dan "Murid". Sebab
yaitu, maaf, saya sendiri misalnya, untuk menjadi murid saya merasa tidak mampu
memenuhi syarat-syarat murid. Yah, kalau bicara menyerah bongkokan sih gampang,
tapi fakta kenyataannya jaaauh lebih sukar. Lha lebih-lebih menjadi guru.
Pernyataan gampang tapi kenyataan jaauh lebih berat. Oleh karena itu didalam
Wahidiyah kita menggunakan sistem “bersama-sama”. Gotong royang saling bantu
membantu satu sama lain.
“WA TA’AAWANUU 'ALAL BIRRI WATTAQWA”
(Saling tolong menolong bantu membantulah kamu sekalian dalam menjalankan
kebaikan dan taqwa kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi saw !.)
Tapi disamping itu, kita juga harus merasa bahwa semua
yang kita hadapi adalah, itu guru saya. Sesama manusianya !. Jangankan yang
memberi ajaran, sedangkan terhadap makhluk lain harus begitu !. Itu guru saya.
Itu pohon kelapa, itu tembok. Itu, gunung, semua harus kita jadikan guru!. Guru
yang mengantarkan kita kepada Alloh SWT.
َاْلطُّرُقُ إِلَى
اللهِ بِعَدَدِ ذِرَةٍ اْلخَلاَئِقِ
(Jalan menuju
sowan dihadapan Alloh SWT, adalah sebanyak bilangan makhluq) segala makhluq
adalah jalan untuk sowan dihadapan Alloh SWT !. kok kita menghadapi makhluq,
melihat atau mendengar, atau merasa, atau berangan-angan atau ingat, kok tidak
kita jadikan sowan dihadapan Alloh SWT, tidak kita jadikan untuk sadar kepada
Alloh SWT, ini namanya menyalah gunakan makhluq !. dan kalau menyalahgunakan,
besok dituntut oleh jalan itu sendiri. Makhluq, mengantarkan kepada Alloh SWT,
berarti dia guru saya. Karena dia guru saya yang mengantarkan kepada Alloh SWT,
saya harus ta'dzin menghormat kepada guru saya. ini, bidang yang harus diisi!.
Ada orang yang ba'dul 'Arifin dimintai keterangan oleh salah seorang muridnya.
Siapa guru bapak ?. jawab gurunya: Guruku ....seekor kucing, Kucing waktu akan
menerkam mangsanya tikus, tidak berkedip. Bulunyapun tidak bergerak. Lha
mestinya aku ini terhadap Alloh SWT harus begitu, menteleng !. Menteleng
hatinya !. sebab senantiasa diawasi, diincar oleh Alloh SWT !. Senantiasa
diberi oleh Alloh SWT!. kok aku kurang perhatian, sembrono, berarti aku
menerima pemberian Tuhan dengan tangan kiri atau dengan kaki. Kalau saya tidak
menteleng, boleh dikatakan kanan kiri muka belakang jurang neraka !. bergerak
sedikit jatuh keneraka !. setelah aku memikirkan kucing, alhamdu Lillah aku
bisa menjalani begitu. Pengalaman yang sungguh berharga bagiku.
Para hadirin hadirot, pokoknya semua makhluq ini harus kita jadikan guru!.
lebih-lebih sesama manusianya!. sekalipun bekas muridnya dulu-dulunya.
Sekalipun dia yang memberi sholawat Wahidiyah saya, harus saya jadikan guru.
Bagaimana para hadirin hadirot, kita sudan begitu apa belum ?. perlu kita
senantiasa koreksi !. Jika kita mengetahui kekurangan kekurangan, kita tidak
bisa menambah. Ibarat kita punya sepeda motor kita periksa bensinnya. Masih
banyak apa tinggal sedikit. Cukup untuk jalan atau tidak. Kalau kita tidak
tahu, lebih-lebih merasa bensinnya masih penuh, padahal sudah habis, nanti akan
mengalami kangelan sendiri di tengah jalan !. mari kita selalu meninjau
kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita apa !. yang kurang apanya, yang
belum saya jalani yang mana ?. padahal semua kita mampu. Mampu adalah nikmat
Alloh SWT yang harus kita syukuri!. jika tidak kita syukuri, namanya kita
kufuri, ingkar tidak merasa diberi oleh Tuhan. Merasa kepunyaan sendiri. Tidak
di terima kasih, berarti disalah gunakan. Jika tidak kita syukuri, kemampuan
kita itu sendiri besok menuntut kepada kita !. Yaa Tuhan, saya adalah
"kemampuan" yang Engkau berikan kepada si Fulan. Tapi oleh dia saya
cuma dipenjara saja, tidak digunakan semestinya malah disalah gunakan, tidak
disyukuri, Sekarang saya menuntut tidak terima yaa Tuhan. Kalau dia tidak
ditusuk satekan dibakar di neraka, saya tidak terima yaa Tuhan !.....itu
otomatis begitu para hadirin hadirot!. tapi jika kita syukuri, nikmat-nikmat
itu para hadirin hadirot, disamping dibalas dengan pahala yang diridloi Alloh
SWT, nikmat-nikmat itu sendiri
sama
menghormat kepada kita!. lebih-lebih pada waktu yaumul hisab para hadirin hadirot,
lebih-lebih!. Yaa Tuhan aku adalah nikmat kemampuan, nikmat mendengar, nikmat
melihat dan lain-lain, ya alhamdu lillah dia selalu menggunakan aku untuk apa
yang engkau ridloi yaa Tuhan. Saya suara menjadi saksi yaa Tuhan, bahwa dia
ketika mendengar saya, dia lalu sadar kepada-Mu yaa Tuhan, sadar LILLAH BILLAH
LIRROSUL BIRROSUL. Dia tidak pernah nuruti dan menyembah nafsunya yaa Tuhan.
Berilah dia kasih sayang dan ridlo-MU yaa Tuhan, kumpulkanlah dia dengan
kekasihmu Rosuulullohi saw yaa Tuhan, sebab ajaran yang dia laksanakan itu yang
membawa Rosulillahi saw !...dan seterusnya, dan seterusnya !.
Tetapi kalau disalah gunakan, masing-masing akan
menuntut. Jika diantara kita pernah makan daging, besok daging itu dihidupkan
kembali dan matur kepada Alloh SWT. yaa Tuhan, saya daging kambing, dulu saya
disembelih oleh orang itu, lalu dimakannya. Tetapi caranya makan disalahgunakan
hanya untuk menuruti kemauan nafsunya saja. Dia ingin ikan kambing lalu saya
disembelihnya dan dimakan dagingku,..............Vitamin dari pada aku dimakan
itu hanya untuk memuaskan nafsunya, syahwatnya yaa Tuhan, saya tidak rela yaa
Tuhan ! banyak-banyak !.
Para hadirin hadirot!. ya maaf, soal berkawan dengan
tujuan tabarruk tadi, “shuhbatut-tabarruk” agak lebih ringan syarat-syaratnya
dari yang pertama “shuhbatul iroodah”. Berkawan dengan maksud beguru tadi.
Cukup dengan perkenalan atau silaturohmi dalam waktu sekejap saja. Tapi ya itu,
otomatis harus dengan adab-adab yang baik, yang sopan, menghormat dan ada
maksud tabbaruk seperti kita maklumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar