بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
( اْلاَنْوَاَرُ مَطَايَا الْقُلوبِ وَاْلاَسْرِارِ )
“NUR ILAHI”, yaitu NUR-cahaya
yang diberikan Alloh kedalam hati, nur maknawi, atau rasa dalam hati, yang
biasanya sebagai hasil dari zikir atau riyadhoh atau mujahadah-mujahadah, rasa
atau perasaan dalam hati yang mengarah kepada hal-hal yang baik, yang
menggerakkan kepada soal-soal yang diridhoi oleh Alloh, yang menggerakkan
kepada perbuatan-perbuatan yang membuahkan manfaat bagi lain orang dan umat dan masyarakat, pokoknya gerak hati yang mengarah
kepada Alloh SWT. Nur Ilahi seperti itu merupakan “kendaraan hati” yang
nengantar kepada yang dituju oleh hati, yaitu masuk kedalam istana kesadaran
dan dekat kepada Tuhan.
“MATHOOYAL-QULUUB WAL ASROOR” - kendaraannya hati dan kendaraan
bermacam-macam rahasia, yaitu batinnya hati.
اَلنُّوْرُ
جُنْدُ الْقَلْبِ كَمَا اَنَّ الظُّلْمَةَ جُنْدُ النَّفْسِ
“NUR” adalah merupakan pasukan tentaranya hati yang menghantarkan kepada
apa-apa yang dimaksud atau yang dituju oleh hati. Tujuan hati yang
sebenar-benarnya, yang asli adalah sadar kepada Tuhan. Bentuk-bentuk lain yang
bermacam-macam itu seharusnya hanya sebagai batu loncatan untuk menuju kepada
Tuhan. Hati yang tidak menuju kepada Tuhan, hati yang hanya berputar-putar
mondar-mandir didalam hal-hal selain Tuhan, adalah hati yang tidak normal. Hal
yang abnormal, Hati yang sudah keluar dari keasliannya. Sekali lagi hati yang
normal yang asli, tujuan dan acaranya hanya kepada Tuhan !.
“NUR” adalah balatentaranya hati, seperti halnya “gelap” atau kegelapan
adalah pasukannya nafsu. Kegelapan adalah tabiat hamba. Hati yang dalam
kegelapan yaitu hati yang dikuasai oleh nafsu. Nafsu ingin atau mengajak
berbuat begini begitu perbuatan-perbuatan yang terlarang, perbuatan-perbuatan
yang tidak diridloi Tuhan, perbuatan-perbuatan yang merugikan. Hanya mau cari
kepuasan nafsu belaka !. Yang penting puas. Itu nafsu Tidak peduli bagaimana
akibatnya!.
فَاِذَا
اَرَدَ اللهُ اَنْ يَنْصُرَ عَبْدَهُ اَمَدَّهُ بِجُنُوْدِ اْلاَنْوَارِ وَقَطَعَ
عَنْهُ مَدَدَ الـظُّلْمِ وَاْلاَغْيَارِ
(Maka jika Alloh menghendaki menolong hamba-NYA, Alloh memelihara si hamba itu dengan Tentara-Nur mdan Alloh melindunginya dari serangan kegelapan dan
dari pengaruh lain-lain).
Orang yang ditolong oleh Tuhan otomatis hatinya diterangi dengan Nur -
Cahaya. Sehingga dia tahu benar dan
menyadari bahwa ini dikecam tidak diridhoi Tuhan, itu baik, diridhoi Tuhan dan
bermanfaat. Sehingga dia tahu dengan sesungguhnya tahu dan menyadari bahwa ini
haq - benar, itu salah - bata. Alloh SWT melindungi orang-orang yang
dikehendaki-NYA. Jadi dari perkara-1 perkara yang gelap. Dihindarkan dari pengaruh-pengaruh
negatif yang menimbulkan kegelapan dalam hati.
Banyak terjadi dalam pengalaman sehari-hari bahwa seseorang pada suatu
waktu bermaksud melakukan perbuatan atau pekerjaan-pekerjaan bak yang diridloi
Alloh dan bermanfaat. Tetapi karena situasi atau karena sesuatu hal maka
pekerjaan-pekerjaan yang baik yang akan dilakukannya itu tidak jadi
dilaksanakan. Malah, ada yang saling gonto istilah bahasa Jawa, ganti acara
pindah tujuan. Ini namanya dia terkena pengaruh-pengaruh negatif dari nafsunya Dia
dikepung oleh tentara nafsu, yaitu kegelapan. Dia dikalahkan oleh nafsunya Ini
mungkin dan bahkan sering kali terjadi dalam pengalaman batin seseorang Akan
tetapi jika Alloh SWT menghendaki menolongnya, otomatis dia dilindung dari
pengaruh negatif dari nafsunya tadi. Dia dapat mengalahkan nafsunya dengan izin
Alloh SWT. Sehingga dia berhasil melaksanakan pekerjaan-pekerjaan baik yang
bermanfaat yang dia maksudkan semula. Inilah yang digambarkan disini bahwa dia
mendapat pertolongan Alloh dengan “JUNUUDUL-ANWAAR” -tentaranya Nur-Cahaya.
Sedangkan orang yang tidak mendapatkan pertolongan dari Tuhan, tidak
menerima “JUNUUDUL-ANWAAR”, sekalipun dia tahu ini baik, itu buruk, akan tetapi
dia tidak berhasil melakukan perkara yang baik tadi, tidak mampu menghindarkan
diri dari hal-hal yang buruk yang diketahuinya tadi. Dia punya karep atau
tujuan baik, akan tetapi mandeg terhenti ditengah jalan. Kalah oleh
pengaruh-pengaruh nafsunya.
Untuk mengatasi keadaan-keadaan tersebut diatas, ya harus usaha. harus
senantiasa mawas diri dalam segala hal !. Harus senantiasa berdepe-depe memohon
kepada Alloh SWT !. Memperbanyak mujahadah-mujahadah ! Selalu menyadari bahwa
dirinya “DHOLUUMUN – KAFFAAR”- penuh kegelapan,' ‘dholim dan tertutup rapat
dari rohmat Alloh Ta’ala!. Harus senantiasa menguatkan himmah dan kemauannya !.
Ajakan nafsu dalam bentuk apapun harus dihindari, jangan diturutkan !
اَلنُّوْرُ
لَهُ الْكَشْفُ وَالْبَصِيْرَةُ لَهَا الْحُكْمُ وَاْلقَلْبُ لَهُ اْلاِقْبَالُ
وَاْلاِدْبَارُ
“NUR” atau cahaya dalam hati
mempunyai daya yang dapat membuka tabir
“kasyfu”, sehingga dapat diketahui manfaat tho’at dan keburukannya
maksiat. Dapatnya tahu itupun merupakan nur juga. Adapun “BASHIIROH”, bashiiroh
= pandangan atau penglihatan batin, adalah yang melihat dan menentukan atau menetapkan. Menetapkan itu baik, ini buruk dan sebagainya. Sekalipun ada
“Nur” atau bashiirohnya tidak memandang
ya tidak mengetahui. Begitu juga sekalipun Sashiirohnya memandang, jika tidak
ada “Nur”- cahaya yang menerangi, juga tidak kelihatan hal-hal yang baik dan
perkara yang buruk. “WAL QOLBU LAHUL IQBAAL WAL IDBAAR” - dan hati mempunyai
kebebasan bergerak dan berubah-rubah. Terkadang menghadap dan terkadang
membelakangi (mungkur). Terkadang ada perhatian, dan terkadang menganggap sepi,
acuh tak acuh.
فَإِذَا
كُشِفَ لَهَا عَنْ حُسْنِ الطَّاعَةِ وَقُبْحِ الْمَعْصِيَةِ أَقْبَلَ الْقَلْبُ
عَلَى الطَّاعَةِ وَاَحَبَّهَا فَتَتَّبِعُهُ الْجَوَارِ اَوْ اَدْبَرَ عَنِ
الْمَعْصِيَةِ فَلاَ تَتَلَبَّسُ بِهَا
الْجَوَارِأ....
Jadi, jika “bashiiroh” meiihat dan mengetahui baiknya tho’at dan jeleknya
maksiat, maka hati menjadi madep dan menaruh perhatian kepada tho’at. Ada
sambutan dari hati. Hati mengalami suatu situasi memandang baiknya tho’at, maka
anggota lahirnya pun mengikuti situasi itu atau hati lalu memerintah anggota
lahir untuk mengerjakan apa yang menjadi gerak hati.yaitu menghendaki tho’at
dan menjahui soal-soal yang dikecam atau maksiat.
وَيُحْتَمِلُ
أَنَّ الْمَعْنَى أَنَّ النُّوْرَ لَهُ الْكَشْفُ عَنِ الْمُغَيَّبَاتِ
كَأَسْرَارِ الْقَدْرِ ....
Pengertian lain ialah, bahwa “NUR” mempunyai daya membuka barang ghoib.
Perkara-perkara yang ghoib menjadi kelihatan karena adanya “NUR” atau cahaya.
Selanjutnya “BASHIROH” atau pengelihatan hatilah yang meraba sehingga dapat
tahu itu putih, ini merah dan sebagainya. Sehingga tahu soal-soal yang akan
terjadi. “Weruh sakdurunging winarah” - kata dalam bahasa Jawa.
ثُمَّ
هَذَا الْكَشْفُ وَاْلاِدْرَاكُ قَدْ لاَيَكُوْنَانِ تاَمَّيْنِ ...
Hasil penglihatan hati “kasyfu” dan “idrok” itu terkadang tidak jelas
dengan sempurna. Hanya remeng-remeng, samar-samar. Ini antara lain tergantung
kepada sehat dan tidaknya “mata hati” ketika memandang. Maka dari itu jika kita
dikaruniai dapat melihat perkara-perkara ghoib, harus lebih berhati-hati!.
Perkara yang manfaat misalnya. Apabila kita dikaruniai mengetahui
perkara-perkara yang manfaat, harus lebih berhati-hati, harus dikaji yang
seluas- luasnya !. Begitu juga ketika kelihatan perkara-perkara yang kurang
atau tidak manfaat. Harus diteliti yang sungguh-sungguh. Sebab mungkin, apa
yang kelihatan manfaat, itu pada hal sesungguhnya tidak manfaat. Dan apa yang
kelihatan tidak manfaat, ternyata justru itu manfaat. Harus lebih berhati-hati
!. Jangan begitu saja mengikuti apa yang terlihat dalam pandangan hati kita !.
Sebab mungkin “hati kita” pada waktu itu tidak atau kurang sehat, sehingga
memperoleh gambaran-gambaran yang kurang tepat pula.
Lebih-lebih soal-soal yang menyangkut agama. Jika apa yang kelihatan oleh
mata hati atau “kasyfu” atau “idrok” itu ternyata berlawanan dengan hukum,
tidak boleh diturut!. Dan jika penglihatan batin itu sangat kuat Bagaimana ?. Yah, sekalipun kuat, jika bertentangan dengan hukum agama, harus diselidiki
lagi lebih dalam !. Perlu ditanyakan kepada orang yang lebih ahli, yang dapat
memberi jawaban masalah ini.
Jadi ringkasannya, dalam menghadapi segala sesuatu hati harus selalu, .......Selalu
FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !. Berbuat dengan perbuatan yang diridhoi
Alloh SWT wa Rosuulihi saw, dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang terkecam atau
yang merugikan orang lain !.
لاَتُفَرِّحْكَ
الطَّاعَةُ لأَِنَّهَا بَرَزَتْ مِنْكَ وَافْرَحْ بِهَا ِلأَنَّهَا بَرَزَتْ مِنَ
اللهِ إِلَيْكَ...
Jangan bungah, jangan gembira, jangan bangga karena adanya tho’at yang
dikerjakan, tetapi banggalah, gembiralah atas tho’at tadi yang tho’at itu
adalah fadhol atau pertolongan dari Alloh SWT kepadamu !.
Barang siapa yang gembira ketika dapat mengerjakan tho’at begitu saja,
tidak gembira karena mendapat pertolongan Alloh, itu namanya LINNAFSI BINNAFSI
!. Seharusnya gembira karena mendapat fadhol pertolongan Alloh SWT sehingga
dapat menjalankan tho’at !. Jadi orang gembira hanya karena dapat berbuat baik,
itu namanya LINNAFSI BINNAFSI. Harus diteruskan kepada Tuhan asal datangnya
berbuat baik itu!.
Istilah lain, orang yang gembira karena merasa dapat berbuat baik atau
mengerjakan tho’at, dinamakan “ujub”. Ujub = merasa mempunyai kebaikan. Ini
sangat dilarang karena dapat menghapus segala amal-amal ibadah. Menjadi
sebabnya amal ibadah ditolak oleh Tuhan.
Jadi harus selalu memandang kepada fadholnya Tuhan.
BILLAH mudahnya!. Jadi berarti syukur tidak lain pengetrapannya ialah BILLAH
disamping LILLAH !.
قُلْ
بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَالِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا
يَجْمَعُوْنَ ( يونوس : ٥٨ )
Ini firman Tuhan. “Katakanlah wahai Mohammad, bahwa sebab fadhol dari Alloh
dan rohmat-NYA maka dengan itu sampaikanlah kepada ummat agar mereka bergembira,
yang demikian itu lebih baik dari apa-apa yang mereka kumpulkan berupa tho’at,
materi atau moril yang engkau aku karyamu sendiri.
Jadi dikaruniai dapat mengerjakan tho’at, itu adalah
fadholnya Alloh SWT yang besar sekali. Harus gembira dan syukur karena itu !.
Tapi kalau gembira hanya karena wujudnya bisa melakukan tho’at begitu saja, ini
yaitu tadi, LINNAFSI BINNAFSI dan pasti ujub dalam tho’at atau ibadah itu !.
“WA ILA ROBBIKAL MUNTAHA !”. Harus terus diarahkan kepada Tuhan !. Notog kepada
Tuhan.
Sekalipun kurang sempurna didalam ibadah, tapi
sesungguhnya asal betul-betul LILLAH BILLAH otomatis sempurna, LILLAH sudah
mencakup meliputi lahiriyah dan batiniyah. LILLAH syari’at. “ASYSYARII ‘ATU AN
TA’AMALA LILLAH”. Yang disebut syari’at-syari’at agama, yaitu sekiranya berbuat
dengan ikhlas LILLAHI TA’ALA. Baik perbuatan lahiriyah maupun batiniyah. Dan
BILLAH adalah bidang haqiqot. Maka apabila beramal dengan LILLAH BILLAH
otomatis diridhoi oleh Alloh SWT. LILLAH BILLAH sekalipun hanya dua patah kata
tetapi meliputi dan mencakup keseluruhan, lahir batin dunia akhirot,
dalam segala bidang. Sebab merupakan realisasi dari dua syahadah “ASYHADU AN
LAAILAAHAILLALLOH ASYHADU ANNA MOHAMMADAR-ROSUULULLOH”.
Para hadirin hadirot, mudah-mudahan pengajian pagi ini
diridhoi oleh Alloh wa Rosuulihi saw dan membuahkan manfaat yang
sebanyak-banyaknya !. Mudah - mudahan didalam kita mengetrapkan apa yang sudah
kita bahas tadi benar-benar diridhoi Alloh SWT !. Ya itu kita senantiasa
mendapat fardhol dari Alloh SWT sehingga dapat memanfaatkan dan mengalahkan
nafsu kita masing-masing, sehingga kita dapat melaksanakan apa-apa yang
diridhoi Alloh wa Rosuulihi saw, yang memanfaati kepada ummat dan masyarakat
dhohirron aathinan !. Kalau hanya manfaat lahir saja, manfaat materi saja, batin
tidak manfaatnya, ini sesungguhnya tidak manfaat. Sesungguhnya malah merugikan.
Seperti yang disabdakan Syekh Abdus - Salam bin Masyisy :
مَنْ دَلَّكَ عَلَى الدُّنْيَا فَقَدْ غَشَّاكَ
Orang yang memberi petunjuk kepadamu, bahkan memberi sekalipun, soal dunia,
berarti ini orang yang menipumu. Menjerumuskan kepadamu. Menjerumuskan ?. Sebab dengan
diberi uang atau materi atau diberi petunjuk soal ekonomi sehingga dapat
memperoleh keuntungan-keuntungan materi, ini lalu digunakan untuk menuruti
nafsunya belaka. Jadi kalau begitu, si pemberi tadi bukan menguntungkan
melainkan merugikan !. Inilah bahayanya. “MAN DALLAKA’ ALAD-DUNYA
FAQOD GHOSYSYAAKA”. Orang yang menunjukkan engkau tentang dunia
adalah sesungguhnya dia telah menipu menjerumuskan dirimu. Sebelum mendapat
petunjuk soal dunia, orang tidak begitu mudah menuruti nafsunya.
Tetapi setelah dapat mencari dunia dengan mudah karena adanya petunjuk tadi,
dia lalu berlarut-larut ngujo nuruti kepuasan nafsunya. Ini tertipu namanya.
Itulah suatu contoh hal-hal yang hanya memanfaati soal
dunia atau materi saja. Maka, manfaat harus batin. Manfaat dunia dan
manfaat akhirot!. Lahiriyah diberi petunjuk soal materi, soal dunia, dan
batiniah diberi soal kesadaran kepada Alloh SWT sehingga dia dapat
menggunakan materi itu bukan untuk memuaskan nafsu saja, melainkan
menggunakannya untuk FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW.
Sekalipun hanya soal makan misalnya. Seseorang “Aku makan
karena lapar”. Ini berarti hanya nuruti pada nafsunya. Yang seorang lagi “aku makan
demi menurut perintah Alloh, ibadah kepada Alloh LILLAH”. Dan merasa
BILLAH, tidak merasa dirinya ada kemampuan makan. Sekalipun sama-sama makan, tetapi antara
keduanya ada perbedaan nilai yang jauh sekali. Yang pertama nuruti atau ngujo
nafsu, dan yang kedua betul-betul ibadah kepada Alloh, dan bebas dari
imprialis nafsunya. Yang pertama terjerumus kedalam jurang jahanam, dan yang kedua
tadi, diridhoi Alloh wa Rosuulihi saw. Pada kelihatannya perbedaan hanya
saklapan. Tetapi sesungguhnya berbeda!. Yah, memang begitulah, segala sesuatu itu
makin halus makin besar akibatnya. Jika untung ya untung besar, tetapi jika
rugi, juga rugi yang sangat besar sekali. Suatu contoh lagi, soal menghormati kepada tamu misalnya.
Yang : menghormat tamunya dengan sungguh-sungguh ikhlas LILLAHI TA’ALA. Yang lain
menghormat tamunya ada pamrih. Pamrih begini begitu. Atau karena biar bisa
menguasai si tamu misalnya. Sekalipun pada lahirnya kelihatan sama-sama menghormat,
tetapi ada perbedaan yang menyolok sekali. Yang pertama, yang menghormat dengan
ikhlas LILAHI TA’ALA, adalah terpuji dan diridhoi Alloh wa Rosuulihi
saw. Yang kedua, menghormat tamu karena menguasai orangnya, menguasai
hartanya, atau menguasai pengaruhnya dll. Adalah sangat terkecam dan sangat
membahayakan. Membahayakan bagi orang lain atau ummat masyarakat.
Itulah gambaran-gambaran mengenai pekerjaan hati. Maka
soal menertibkan hati penting sekali kita perhatikan !. Tetapi ini tidak berarti
kita boleh mengesampingkan soal pekerjaan-pekerjaan lahiriyah !.
Lahiriyah harus pula kita kerjakan sebaik mungkin menurut yang semestinya dan
setepat-tepatnya, dan soal batiniyah atau hati harus kita atur yang sebaik
mungkin !.
Pendek kata kita harus menguasai segala bidang !. Harus
“YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQOH”!. Sekalipun perkara kecil atau remeh
!.
Ada suatu dawuh kata-kata yang maksudnya kurang lebih :
اِنَّ
اللهَ تَعَلَى خَبَاءَ ثَلاَثَةَ أَشْيَاءَ فِىْ ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ
“INNALLOHA TA’ALA KHOBA-A TSALAATSATA ASYYAA-A FII TSALAATSATI MAWAADLI’A”.
(Sesungguhnya Alloh Ta’ala menempatkan, maksudnya
merahasiakan tiga
perkara didalam tiga tempat), satu yaitu, menempatkan ridho-NYA didalam ibadah, oleh karena itu:
فَلاَ تَسْتَحْقِرْ
طَاعَةً اَىْ وَلَوْ صَغِيْرَةً
“FALAA TASTAHQIR THO'ATAN Al WALAU SHOGHIIROTAN”!.
Jangan menganggap remeh kepada
tho’at, sekalipun betapa kecilnya !. Sebab mungkin didalam tho’at yang ringan sekalipun, sekalipun
hanya sunnat yang tipis sekali, mungkin
disitu Alloh Ta’ala meletakkan RIDHO-NYA !. Ada lagi yaitu Alloh Ta’ala meletakkan atau merahasiakan BENDU-NYA didalam
maksiat. Oleh karena itu jangan
sekali-kali menganggap enteng kepada maksiat sekalipun maksiat kecil!. Mungkin sekalipun maksiat kecil,
dapat menjadi sebab BENDU-NYA Alloh Ta’ala!.
Banyak cerita-cerita dalam sejarah tentang
Tho’at kecil menjadi sebabnya Alloh
Ta’ala meridhoinya. Antara lain Sayyidinaa Umar Ibnul Khottob rodhiyallohu
‘anhu. Pada suatu waktu melihat anak kecil bermain-main dengan seekor burung
kecil. Lalu burung itu dibeli oleh Sayyidina Umar dan kemudian burung itu
dilepas dibebaskan. Lha inilah antara lain yang menjadi
sebabnya Sayyidina Umar selamat dari
kuburnya. Pada hal ini soal sepele kelihatannya. Ada lagi. Yaitu Imam Ghozali. Imam Ghozali ketika sedang mengarang
ada seekor lalat meminum tinta yang
dipakai menulis karangannya. Beliau kemudia berhenti mengarang. Kasihan ada
lalat sedang minum tintanya Inilah juga antara lain menjadi sebabnya Imam
Ghozali diselamatkan oleh Alloh SWT.
Itulah contoh-contoh kejadian, dimana-mana Alloh Ta’ala
meletakkan RIDHONYA didalam Tho’at. Oleh karena itu kita jangan sampai
menganggap remeh terhadap Tho’at, betapapun kecilnya.
Begitu
juga soal maksiat !. Jangan menganggap remeh betapapun kecilnya !. Ada seorang ketika berjalan-jalan memungut sebatang kayu
kecil dari pagar tetangganya untuk
tusuk gigi. Lha ini ternyata kemudian di alam kubur disiksa sampai berpuluh-puluh tahun akibat
perbuatannya mengambil sebatang kayu
tusuk gigi dari pagar tetangganya tadi. Banyak yang serupa dengan itu. !. Sekalipun kecil jangan sampai dianggap remeh !.
Lebih-lebih yang besar!. Membiarkan
lalat minum tinta, sudah begitu buahnya bagi Imam Ghozali. Lebih- lebih memberi kesempatan kepada manusia, lebih-lebih !.
Sedangkan menyelamatkan lalat atau
burung kecil saja sudah begitu, lebih-lebih menyelamatkan manusia dari cengkraman imprialis nafsunya !. Lebih-lebih
!. Lebih -lebih, para hadirin
hadirot!.
Namun demikian para hadirin hadirot, kita tidak boleh
begitu saja jalan kita !. Kita harus menggunakan fikiran kita !. Kita harus
mengunakan pertimbangan-pertimbangan
!. Antara lain seperti qo’idah dalam Usulul-fiqhi:
فِىْ
الضَّرَرَيْنِ اَخْدُ اَخَفِّهِمَا
“FIDL-DLOROROINIAKHDZU AKHOFFTHIMA”. Ada dua macam
kerugian yang kita mau tidak mau
harus, dipaksa mengalami salah satu. Menghindar dari tidak
mungkin. Karena terpaksa oleh situasi dan kondisi dan lain-lain. Ini kita harus
memilih kerugian yang paling kecil, paling ringan !. Rugi 1000 atau 100 ?. Kita harus memilih yang rugi 100 !.
“FIDH-DHOROROINI AKHDZU AKHOFFHIMA”.
Didalam dua bahaya atau dua kerugian, kita harus memilih yang ringan !. Ini sebenarnya berlaku untuk umum dalam
segala bidang. Baik soal ekonomi
atau lain-lain apa saja, ini menjadi suatu qo’idah. Dalam menghadapi kerugian atau bahaya, yang mau tidak mau kita pasti
mengalaminya, ini kita memilih yang paling ringan !. Selama mampu,
otomatis. Adapun tidak mampu, ini lain soal.
Begitu juga dalam keuntungan. Hanya istilahnya yang
berbeda. Ada dua keuntungan,
yang satu untung banyak, dan yang satu untung sedikit. Untung 1000 dan untung 100, ini harus memilih untung 1000
!. Jadi bisa kita golongkan “TAQDIMUL
AHAM”. Mendahulukan yang lebih penting. Atau mengenai kerugian tadi, juga dapat diartikan kedalam “TAQDIMUL AHAM”.
Yang lebih penting, lebih yaitu
memilih kerugian yang paling ringan, atau memilih keuntungan yang besar. Keuntungan apa saja. Terutama soal
kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi saw!.
Ya mudah-mudahan para hadirin hadirot, pengajian pagi ini
diridhoi Alloh wa Rosuulihi saw
!. Mudah-mudahan membuahkan kemajuan yang sebanyak- banyaknya!.
Tadi sudah saya kemukakan kata Syekh Abdus-Salam bin
Masyisyis. Beliau ini adalah gurunya guru dari pengarang kitab Hikam ini. Pengarang
kitab ini, Syekh Ibnu ‘Athoillah punya guru yaitu Syekh Ibnu Abbas Al Mursi. Dan Syekh Ibnu
Abbas Al Mursi punya guru yaitu Syekh Abil Hasan Asy-Syadzali. Dan Imam
Syadzali gurunya adalah Syekh Abdus Salam bin Masyisy. Beliau inilah yang
bersabda:
مَنْ
دَلَّكَ عَلىَ الدُّنْيَا فَقَدْ غَشَّاكَ
“MAN DALLAKA ‘ALAD-DUNYA FAQOD
GHOSYSYSSKA” ......
Barang siapa memberi petunjuk kepadamu soal dunia, maka dia itu
sesungguhnya adalah orang yang menjerumuskan dirimu.
وَمَنْ
دَلَّكَ عَلىَ الْعَمَلِ فَقَدْ اَتْعَبَكَ
“WAMAN DALLAKA ‘ALAL’ AMAL FAQOD AT’
ABAKA”.
Dan barang siapa yang memberi petunjuk kepadamu soal amal, soal amaliyah,
maka dia itu sesungguhnya orang yang hanya membikin engkau capek, payah,
letih.
وَمَنْ
دَلَّكَ عَلَى اللهِ فَقَدْ نَصَّحَكَ
“WAMAN DALLAKA ‘ALALLOHI FAQOD
NASHSHOHAKA”.
Dan barang siapa yang
menunjukkan kepada Alloh, maka itulah orang yang benar-benar menasehati engkau.
اَلنَّصِيْحَةُ
اِرَادَةُ الْخَيْرِ لِلْغَيْرِ
“AN-NASHIIHATU IROODATUL KHOIRI
LILGHOIRI”.
Yang dinamakan nasehat, yaitu menghendaki dan otomatis mengusahakannya sekali
kebaikan bagi orang lain. Itu nasehat. Ini tidak berarti kita tidak boleh memberi
petunjuk soal dunia, soal ekonomi atau soal amal, bukan begitu. Tetapi yang
dimaksud disini ialah, disamping kita memberi petunjuk atau memberi jalan soal
ekonomi, soal dunia atau soal amaliyah-amaliyah, harus kita arahkan kepada FAFIRRUU
ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !. Harus mengarah kepada kesadaran
kepada Alloh wa Rosuulihi saw. Sehingga dunia yang kita nasehatkan atau amaliyah
yang kita anjurkan itu dapat dimanfaatkan oleh yang kita beri nasehat
untuk kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi saw. Sehingga dunia yang kita
nasehatkan itu, sehingga amaliyah-amaliyah yang kita anjurkan itu tidak
disalahgunakan untuk nuruti kepuasan imprialis nafsunya. Menyalahgunakan amal
kemudian dia merasa bangga dengan amaliyah-amaliyahnya itu. Ujub, takabbur dan
sebagainya.
Jadi, disamping memberi soal rizki atau moril, terutama
harus diberi juga jiwanya!. Jiwa materi atau moril tidak lain ialah
kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi saw !. Sesuatu yang tidak ada jiwanya,
berarti bangkai. Adanya Cuma menjijikkan dan baunya mencemarkan lingkungan
sekelilingnya.
Para hadirin hadirot, kiranya pengajian pagi ini kita cukupkan sekian saja. Sekali
lagi mudah-mudahan diridhoi Alloh wa Rosuulihi saw yang sebanyak-banyaknya,
bifadlillahi wabisyafa’ati Rosuuliliahi saw, wabibarokati Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’waanihi wa saairi Ahbaabillahi rodiyallohu
Ta’ala ‘anhum, sehingga membuahkan kemajuan yang sebanyak-banyaknya didalam
perjuangan “ FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !. Dalam segala
bidang batiniyah !. Sedang penyiaran, bidang pemeliharaan, bidang peningkatan
bidang dalam dan luar !. Semuanya itu perlu adanya kemajuan !. Lebih-lebih
sesudah kita melaksanakan Mujahadah Kubro yang baru lalu, seharusnya
kita harus jauh lebih maju dalam segala bidang !. Dalam perjuangan FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW!. Mudah-mudahan diridhoi Alloh Wa
Rosuulihi saw, mendapat fadhol, hidayah taufiq yang sebanyak-banyaknya !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar