AJARAN WAHIDIYAH

LILLAH Artinya : segala perbuatan apa saja lahir maupun batin, baik yang berhububungan dengan langsung kepada Alloh wa Rosulihi SAW maupun berhubungan dengan sesama makhluq, baik kedudukan hukumnya wajib, sunnah, atau mubah, asal bukan perbuatanyang merugikan yang tidak di ridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakanya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada Alloh dengn ikhlas tanpa pamrih ! LILLAH TA’ALA baik pamri ukhrowi, lebih – lebih pamri duniawi

BILLAH : merasa dan menyadari bahwa segalanya termasuk gerak gerik kita, lahir batin, tenaga, pikiran dll adalah ciptaan ALLOH MAHA PENCIPTA !. yakni ''laa haula walaa quwwata illaa billaah '' tiada daya kekuatan melainkan karena Alloh SWT.

LIRROSUL Di samping niat Lillah seperti di muka, supaya juga di sertai dengan niat LIRROSUL, yaitu niat mengikuti tuntunan Rosulullooh SAW

BIRROSUL Penerapannya seperti BILLAH keterangan di muka, akan tetapi tidak mutlak. Dan menyeluruh seperti BILLAH, melainkan terbatas dalam soal – soal yang tidak dilarang oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Jadi dalam segala hal apapun, segala gerak – gerik kita lahir batin, asal bukan hal yang dilarang, oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Disamping sadar Billah kita supaya merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa dari Rosulullooh SAW ( BIRROSUL )

YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH

Memenuhi segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa menuntut hak .mengutamakan kewajiban dari pada menuntut hak .contoh ;suami harus memenuhi kewajibannya terhadap sang isteri ,tanpa menuntut haknya dari sang isteri .dan isteri harus memenuhi kewajibannya terhadap suami,tanpa menuntut haknya dari sang suami .anak harus memenuhi kewajibannya kepada orang tua , tanpa menuntut haknya dari orang tua .dan orang tua supaya memenuhi kewaqjibannya terhadap anak, tanpa menuntut haknya dari si anak .dan sebagainya .sudah barang tentu jika kewajiban di penuhi dengan baik, maka apa yang menjadi haknya akan datang dengan sendirinya tanpa di minta .

TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFAH’ FAL ANFA’

Mendahulukan yang paling penting , kemudian yang paling besar manfaatnya . jika ada dua macam kewajiban atau lebih dalam waktu yang bersamaan dimana kita tidak mungkin dapat mengerjakannya ,bersama sama ,maka harus kita pilih yang paling aham ,paling penting kita kerjakan lebih dahulu . jika sama sama pentingnya ,kita ,pilih yang lebih besar manfaatnya

Minggu, 16 Desember 2012

uzlah dan tafakkur - oleh muallif sholawat wahidiyah

(Tiada sesuatu yang memberi manfaat kepada hati atau jiwa seperti halnya ‘uzlah, dimana hati atau jiwa dapat masuk kedalam medan tafakur)

Sesuatu yang memberi manfaat kepada hati, maksudnya sesuatu yang mensucikan hati dari kesalahan, suci dari godaan yang menjauhkan diri dari Tuhan, ‘Uzlah artinya menyendiri tidak bercampur gaul dengan manusia (mencil) menyendiri dari keramaian untuk memperoleh ketenangan dalam medan tafakur. Didalam keramian pergaulan hidup sehari-hari otomatis orang tidak bisa lepas dari pengaruh-pengaruh dari berbagai bidang yang menganggu ketenangan dan kemurnian tafakur. Tafakur atau piki-pikir mengali soal-soal yang mendorong perbuatan-perbuatan yang diridloi Alloh SWT, menjauhi soal-soal yang dikecam Alloh SWT.
Didalam ;Uzlah kesempatan untuk tafakur seperti itu lebih banyak dan lebih terjamin jiwa sebab tidak banyak terganggu oleh pengaruh-pengaruh dari luar maupun dalam. Pengaruh dari masyarakat, dan dari makhluk lain pada umumnya.
Didalam sebuah hadits Rosulullah SAW bersabda :


ARAB 92

(Tafakkur satu saat lebih baik dari pada ibadah tujuh puluh tahun)

Dapat dibayangkan betapa besarnya karunia dari Alloh SWT yang diberikan kepada manusia berupa daya pikir seseorang. Satu saat saja tafakkur lebih baik dari pada tujuh puluh tahun ibadah lahiriyah. Didalam Al-Qur’an banyak firman-firman Alloh yang berhubungan dengan kerja otak “Afalaa tatafakkarun”. “Afala ta’qilun”. “Afalaa tatafakkarun”. Dan sebagainya, banyak, tapi tidak berarti kita lalu harus tafakkur saja dan tidak melaksanakan ibadah lahiriyahnya. Ibadah-ibadah lahiriyah tetap harus dijalankan menurut semestinya, dan bidang tafakkur jangan ditinggalkan !.
Seorang Ibu dari zaman sahabat yaitu “Ibu Dardak” ketika ditanya apakah amal-amalnya Pak Abu Dardak yang paling afdhol, beliau menjawab “tafakkur”. Mengapa tafakkur digolongkan pada ibadaah yang paling afdhol disini dikatakan !.


ARAB 92

Sebab tafakkur itu mengali, menyelidiki dengan pikiran dengan hati nurani. Lalu dia tafakkur itu mengetahui hakkat segala sesuatu. Ini baik, itu jelek, ini manfaat, itu fitnah atau merugikan, merah atau putih itu semua dapat diketahui dengan jalan tafakkur. Juga dapat diketahui dengan jalan tafakkur bagaimana mengagungkan Alloh. Bagaimana mengagungkan segala sesuatu yang diridloi Alloh kemudian melaksanakan dengan konsekwen dan tepat. Bagaimana seharusnya mengecam soal-soal yang dibendhu dimurkai Alloh kemudian usaha menjauhi atau mencegahnya. Dengan tafakkur akan dapat nampak dengan jelas negatif-negatif dirinya, daya upaya imprialis nafsu yang akan menjerumuskan dirinya dan bujukan-bujukan pengaruh duniawi. Mengetahui apakah ini atau itu betul-betul sama luar dan alamnya, bukan imitasi apakah benar-benar LILLAH-BILLAH dan LIRROSUL-BIRROSUL atau gadungan itu dapat di ketahui dengan tafakkur. Dengan begitu dia akan selamat dari ekses-ekses atau kejadian-kejadian buruk yang timbul dari adanya pergaulan dengan percampuran didalam masyarakat umum.

Tafakkur ada bermacam-macam :

TAFAKKURUL ‘ABIDIN/afakkurnya ahli ibadah, yaitu senantiasa mengali manfaat atai kebaikannya ibadah. Umpamanya sembahyang. Sembahyang itu ibdah badaniyah lahiriyah yang paling baik. Didalam sembahyang ada takbir/mengagungkan Tuhan, ada tamid ada qoriahnya, ada tasbih/memahasucikan ada do’a-do’a prmohonan ada dzikir ada sholawat dan lain-lain. Banyak sekali kita sudah sama-sama memaklumi, isi dari sembahyang didalam sembahyang terkumpul ibadahnya macam-macamnya malaikat. Seperti kita maklumi malaikat ibadahnya sendiri-sendiri. Ada yang hanya tasbih saja dan seterusnya. Masing-masing satu macam bentuk ibadah. Sebagian besar itu terkumpul didalam sembahyang diasmping itu digali pula fadilah-fadilah kebaikan-kebaikan sembahyang dan pahala-pahalanya. Dengan demikian tergerak hatinya untuk rajin dan giat menjalankan amal-amal ibadah lahir. Itu tafakkurnya Abidiin (orang yang ahli ibadah).
Contoh lain misalnya sholawat. Sekalipun ada ibadah lain yang lebih baik dari pada sholawat misalnya, tapi sholawat punya ciri khusus yang tidak terdapat pada ibadah lainya sholawat. Antara lain ciri khas sholawat yaitu spontan mendapat syafaat dari Rosulullah SAW, disamping memperoleh rahmat dari Alloh SWT sepuluh kali paling sedikit, dan dimohonkan oleh Rosululloh SAW sendir serta para malaikat. Membaca sholawat mengandung dua fungsi. Pertama ya sholawat itu sendiri, hubungan penghormatan kepada Rosululloh SAW, dan kedua dzikir, hubungan kepada Alloh SWT. Jadi begitu baca sholawat berarti ingat atau dzikir kepada Alloh SWT dan kepada Rosululloh SAW. Ibadah lainnya sholawat tidak begitu. Kemudian tafakkur yang hubungan dengan fadilahnya sholawat.
Tafakkur akhlaqnya, begitu juga.Akhlaq-akhlaq yang baik harus ditafakkuri !. orang yang baik akhlaqnya disamping diridloi Alloh SWT, disenangi masyarakat dan pada umumnya diantara hal-hal yang menentukan, menentukan bagi sesuatu amal atau perjuangan, adalah akhlaq. Banyak orang ang diangkat oleh Alloh SWT, karena akhlaqnya, tapi juga sebaliknya, banyak orang yang di jauhkan Alloh SWT sebab akhlaq yang bejak. Banyak !.. pokoknya tafakkur, mengenai fadilah dan kebaikannya akhlaq dan ibadah lain-lain.
Tafakkur!. Makin banyak di tafakkuri makin banyak pengaruhnya yang baik-baik dan positif bagi kejernihan jiwa seseorang. Tafakkur bab dnia atau kejadian-kejadian atau pengalaman-pengalaman sejarah. Misalnya dunia itu suatu yang dikecam oleh Alloh SWT buat orang yang mengejar-ngejar dunia, melampaui batas.
( Ketahuilah! Sesungguhnya manusia sungguh melampaui batas )
( Bermegah-megahan Telah melalaikan kamu, sehingga masuk ke dalam kubur ).

Kamu semua, hai!. manusia pada umumnya atau sebagian besar. Senantiasa terpacut oleh loba-lomba soal cinta dunia sampai kamu mati dicabut malaikat Izroil.
(Dan tiadalah kehidupan dunia itu, selain dari main-main dan senda gurau belaka)

(Dan tiadalah kehidupan dunia itu, selain dari main-main dan senda gurau belaka)

Itu menjadi bahan tafakkur terhadap dunia. Disamping itu orang punya dunia makin banyak repot, luar maupun dalamya. Dan makin kuatir. Kuatir mengalami kerugian, kuatir pencurian atau ditipu atau dihambur-hamburkan pegawainya dan lain-lainnya. Disamping itu lagi pada suatu waktu dipisah jauhi oleh dunia, atau meninggalkan dunia dengan paksaa. Disamping itu lagi ada dawuh :

ARAB 96

(Dunia yang halal tetap dimintai pertanggung jawaban).

Dan “wa man husiba ‘udziba” barang siapa dimintai pertanggung jawaban berarti disiksa, yang haram, otomatis tetap haram. Itu belum lagi kalau disalah gunakan.
Jelasnya, cara mencari dunia itu kalau melaui jalan halal masih akan dimintai pertanggung jawabanya. Belum lagi mengenai pengeluarn atau penggunaannya. Disamping itu tadi, ditinggalkan atau meninggalkan dengan paksa. Dipaksa oleh maut atau kehancuran misalnya. Lhaa itu otomatis kalau orang banyak tafakkur tentang dunia lalu tidak berlarut-larut mengejar dunia. Atau kurang didalam ngongso-ongso cari dunia. Tafakkur kepada dunia umpamanya sekarang kay, besoknya sudah melarat. Banyak !. sekarang kaya, sebentar lagi di tinggalkan oleh kekayaanya itu atau meninggalkan kekayaan itu dengan paksaan, ............... maut !.
Tafakkur soal keremajaan. Kalau orang terutama para remaja mau tafakkur soal-soal keremajaan, dapat buahnya yaitu menghindarkan soal-soal yang merugikan, dan dapat mengambil manfaatnya segala sesuatu yang ditafakkuri. Kalau mau tafakkur betapa nilmat Alloh SWT diberikan, diberi hidup senantiasa bisa bernafas, senantiasa diberi kesehatan, senantiasa diberi iman dan islam diberi sadar, di beri menyadari kesalahan dosa-dosanya. Otomatis dapat mengedoki/mengakui kesalahan-kesalahannyadan dosa-dosanya. Otomatis orang makin banyah tafakkur soal pemberian, makin banyak tanggapanya, makin senang dan makin menghormat pada sipemberi. Makin mendalam kepada nikmat-nikmat pada sipemberi. Itu banyak-banyak tafakkur. Tafakkur itu penting. Bahkan tafakkur itu kuncinya dari pada segala keadaan yang menonjol. Para hadirin hadirot bukan hanya dalam bidang kesdaran kepada Alloh saja tetapi segala bidang tafakkur memegang peranan penting.
Tanpa mengunakan mental, manusia tidak akan bisa maju. Maju dalam segala apa yang dikerjakan atau yang dicita-citakan. Penemuan-penemuan baru dan kemajuan-kemajuan dibidang ilmiah, bidang tekhnologi, bidang sosial dan lain-lain bidang perdagangan, bidang kesehatan dan sebagainya adalah buah dari pada tafakkur. Adanya kemajuan sejarah kemajuan dunia, yang pada zaman purbakala masih dalam keadaan primitif yang sederhana sekali, zaman batu sebelum ada zaman bei, orang masih seperti hewan umpamanya, lalu makin lama makin maju, sehingga dalam abad 20 ini sudah begitu setinggi langit kemampuan umat manusia, dapat naik ke planet kebulan dan dapat mengali dan menemukan mesin-mesin yang serba modern serba otomatis, semua itu modal yang paling pokok dalam tafakkur-mengali !. begitu hubungan kepada Alloh SWT yang paling pokok adalah tafakkur . adapun bidang lain harus dilaksanakan sepenuh mungkin. Tapi justru hal itu merupan hasil dari tafakkur. Tidak boleh hanya tafakkur saja !. tidak boleh beranggapam bahwa karena bertafakkur sudah mendapatkan sesuatu yang baik, lalu tidak melaksanakan yang baik hasil tafakkur itu. Kalau sudah diketahui yang baik tapi tidak dijalankan, sudah ketahui yang jelek tidak dijauhi, apa gunanya tafakkur ?
Dus. Buah dari tafakkur yaitu dapat memilih barang yang baik, dan menjauhi soal-soal yang buruk, dapat memanfaatkan dan sebagainya. Itu hasil tafakkur.
Orang umumnya dalam keadaan perselisih, itu umumnya merasa benar sendiri-sendiri. Tapi kalau orang mau tafakkur dengan tafakkur yang obyektif, tahulah dia dimana duduk salahnya yang sebenarnya. Tapi terkadang sudah tafakkur dan sudah menyadari, tapi karena kuatnya dorongan nafsu sehingga tidak taat pada tafakkur atau pertimbangan hati. Malah buat atau keputusan dari tafakkur atau pertimbangan hati. Malah barang kali para hadirin hadirot, umat dam masyarakat sebagian besar tahu menyadari, tapi pengertianya dan kesdaranya itu masih jauh kalah dari pengaruh nafsu. Nafsu mereka masing-masing. Ya sudah mengerti dan menyadari bahwa nafsu itu begini begitu, tapi masih terlalu kalah.
Para hadirin hadirot, dalam keadaan yang kritis, yang gawat ini, disamping yah !. soal tafakkur terus kita tingkatkan kita sempurnakan kita haluskan kita harus banyak berdepe-depe kepada Alloh wa Rosuluhi SAW. Ini usaha lahiriyah. Usaha tafakkut begini begitu. Umumnya umat masyarakat tahu soal yang jelek, tahu soal yang baik, tahu ini merugikan orang lain taua menguntungkan orang lain, ini pada umumnya tahu. Tapi malah justru mereka tahu, itu para hadirin hadirot, pengetahuan dari pengertian mereka itu malah justru digunakan untuk mencari jalan agar supaya keinginan nafunya terpenuhi.
Para hadirin hadirot, yah maaf. Mari para hadirin hadirot, mengunakan tafakkur menggunakan koereksi. Dan dalam pada itu mari memperbanyak tadlorru depe-depe kepada Alloh SWT.
AL FAATIHAH ........................

Dikatakan bahwa diantara syarat-syarat menjadi wali Abdal harus memiliki empat soal. Yaitu satu ‘Uzlah seperti yang baru kita bahas. Dua, diam memanglah soal bicara taua perkataan atau pembicaraan, banyak orang yang dibunuh karena omongan. Orang dipenjra karena bicaranya. Pokoknya banyak soal omongan menjadi sumber kejatuhan seseorang, banyak !. orang yang dikecam oleh Alloh SWT, sebab omongannya banyak. Tiga, lapar begitu juga soal lapar. Banyak hal-hal yang berhubungan dengan lapar. Adanya nafsu berkobar-kobar, nafsu apa saja terutama nafsu bahimiyah, nafsu sabu’iyah, nafsu syaithoniyah itu karena dalam keadaan kenyang (tidak lapar). Karena kenyang lalu mendorong kepada nafsu. Karena itu disyaratkan lapar. Keadaan lapar daya tahan terhadap nafsu lebih kuat. Keempat, berjaga/melek.
Dus!, kalau orang kenyang, maka lalu nafsu bahimiyahnya makin kuat. Nafsu amarahnya main kuat, nafsu sabu’iyah makin kuat. Dan mengakibatkan banyak tidur. Orang tidur berarti umumnya tidak berguna, hilang begitu saja.
Itu tadi ‘uzlah, menyendiri, diam tidak banyak bicara, lapar dan melek (terjaga), itu setengah dari pada syaratnya menjadi wali Abdal. Wali itu ada tingkatan-tingkatan. Ada tingkatan Abdal. Itu termasuk diantara wali kelas berat Abdal.
ARAB 99

Demikia itu tadi bagi oarang yang tidak ada yang menarbiyah, tidak ada pembimbingnya tapi kalau ada yang menarbiyah harus kumpul dengan orang yang menarbiyah atau membimbing. Yaitu AL KAAMIL MUKAMMIL. Harus menyerah ongkokkan kepada orang yang menabiyah. Hidup matinya pokoknya jiwa raganya, segala sesuatunya harus diserah bongkokkan. Tapi dalam berkumpul bergau itu ada adab-adab yang harus dipenuhi. Antara lain jangan sampai berlaku (beradab) yang tidak berkenan dalam hati orang yang memberi tarbiyah. Menjaauhi perbuatan-perbuatan atau cara-cara yang tidak berkenantidak mengenakkan kepada yang mentarbiyah. Pokoknya kalau orang banyak tafakkurnya akan tahu ini merugikan , ini kurang lama, ini kebanyakan, ini kurang banyak dan sebagainya.
Kalau orang sudah bebas dari imprealisme nafsu, otomatis dia termasuk minal ‘arifin, biar campur gaul dengan orang sejagad yang tidak tahu apa-apa. Campur atau tidak campur sama saja. Tidak terpengaruh kecuali oleh Alloh SWT saja
Lebih-lebih akhir-akhir inibanyak sekali acara-acara yang mempengauhi. Soal benda yang mengkilat dan sebagainya, terpengarush, kepingin. Tapi kalau orang sudah bebas dari impria;is nafsu biar campur orang sejagad benda yang mengkilat tidak terpengarus, malah mempengaruhi dapat memanfaatkan.
Para hadirin hadirot, barang kali pengalaman yang sudah dialami didalam Wahidiyah seperti sama-sama kita rasakan, kita boleh, malah dianjurkan kumpul (awon) bergaul dengan syarat FAFIRRUU ILALLOOH WA ROSULIHI SAW !.dengan syarat dengan berkumpulnya itu dimanfaatkan untuk Fafirruu Ilallah wa Rosulihi SAW bua pribadi sendiri-sendiri dan orang lain yang akan diajak bicara atau dipergauli lebih-lebih akhir-akhir ini orang lain. akan kumpul, akan mencil (mengasingkan diri).
Itu sulit.Banyak resikonya.Atau andai kata sudah dapat menyenidri menjauhkan dari orong ramai, kok itu bisa dipertanggung jawabkan juga belum. Malah terkdang sebaliknya. Orang mencil itu manfaatnya antara lain seperti yang kita bahas.Yaitu mau menggunakan fikirannya dan menjaui masyarakat. pikirannya digunakan untuk menggali apa-apa yang diridloi Alloh SWT ,tapi kalau tidak tepat melasanakannya, disiu ada kerugiang-kerugian yang sedikit ,misalnya misalnya soal ‘uzlah atau menyepi.Entah gua selomangklin, entah didalam kamar kerugiannya antara lain, ilmu-ilmu yang seharusnya dimiliki, tapi belum dia miliki otomatis ilmu-ilmu yang diridloi Alloh SWT, atau ilmu-ilmu yang mendekatkan diri kepada Alloh SWT, otomatis dia tidak memilikinya kalau tidak kumpul dengan masyarakat.Atau ilmu-ilmu yang menjauhkan diri dari Alloh SWT, yang dia tidak mengetahuinya itu tidak dapat diperoleh kalau dia ‘uzlah menyendiri dari masyarakat ramai atau mungkin didalam ‘uzlah itu kalau tidak tepat salah guna. Sekalipun tidak diucapkan dalam hati terutama dilisan, dia ngebleng atau mencil tidak kumpul orang itu punya rasa supaya dia dihormat, itu mungkin saja terjadi. Sebab syirik khofi itu, lebi halus dari segala yang halus. Maka kalau tidak betul-betul telti, mudah sekali kemasukan syirik khofi tidak merasa. Yah, bahkan sekalipun BILLAH gampang diucapkan lisan, tapi pengetrapanya dalam hati jauh lebih berat dari pada ucapan lisan atau, sekalipun BILLAH dihati, apakah sesungguhnya betul-betul BILLAH kah atau belum, itu harus senantiaa dikoreksi diteliti yang jelimet.
Dus, didalam Wahidiyah tidak seperti apa yang diterangkan didalam pengajian ini. Sebab disamping berat yang hanya dilaksanakan oleh satu dua orang soal ‘uzlah menyendiri dari orang banyak, Wahidiyah itu sifatnya perjungan. Perjuangan untuk ummat dan masyarakat. Tidak hanya untuk perorangan saja tapi disamping untuk ummat dan masyarakat. Kita harus berusaha sekuat mungkin. Yah mudah-mudahan para hadirin hadirot perjuangan kita, perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Mudah-mudahan membawa fadlol yang sebesar-besarnya dari Alloh SWT. mudah-mudahan di dalam Wahidiyah dianjurkan untuk berhubungan dengan ummat dan masyarakat dalam segala bidang, tapi dengan syarat supaya hubungan itudimanfaatkan untuk Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Bagi masing masing kita dan bagi mereka yang kita ada hubungan.
Disini antara lain disebutkan :
Yaitu setengah dari firman Alloh SWT kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam :
ARAB 102
Nabi Musa ‘Alaihissalam antara lain diperintahakan menyendiri dan diberi peringatan seperti diatas. Maksudnya bahwa semua orang, saudara atau kawan yang tidak mendasari persaudaraan atau kawan itu dengan prinsip tolong menolong kepada yang diridloi Alloh Ta’ala, itu maksiat atau musuh dari Alloh Ta’ala “Falaa tashab !.” Jangan berkawan. Didalam Qur’an kita sering-sering mendengar atau membaca yang maksudnya kurang lebih bahwa besok di akhirat bahwa akan ada suatu peristiwa dimana diantara orang yang bersaudara atau berkawan ketika di dunia menjadi saling musuh-musuhan satu sama lain.
“ Illal muttaqin”
(‘Teman-teman akrab pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali orang-orang bertaqwa”.)

Kecuali mereka-mereka yang yang didalam berteman atau persaudaraan itu didasari taqwa atau didasari
Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW.
Para hadirin hadirot, kita perlu mengadakan koreksi-koreksi yang menyeluruh, bagaiman kita hubungan dalam pengajian ini. Kalau mengikuti cara Wahidiyah kita dipersilahkan mencari kawan dan hubungan. Tapi harus selalu kita tinjau apakah hubungan-hubungan kita didalam kita punya hubungan-hubungan itu, apakah sudah memenuhi syaratkah atau belum. Itu perlu senantiasa kita koreksi, kita tafakkuri dan kita laksanaklan apa-apa yang menjadi kesimpulan dari kita punya tafakkur itu. Kalau belum memenuhi syarat, berarti kita mengalami kerugian. Dan bagi yang sudah memenuhi syarat,harus terus ditingkatkan. Kita tingkatkan cara-cara hubungan kita dan didalam kita tasyakur atau mensyukuri apa-apa yang sudah kita peroleh. Tasyakur kepada Alloh dan ,terima kasih kepada sesama yang ada hubungan hak dengan nikmat-nikmat yang kita peroleh. Kalau orang sudah sadar kepada Alloh SWT, biar kumpul dengan segala makhluq tidak apa-apa. Tidak terpengaruh. Tapi ya itu tadi, kita harus “TAQDIMUL AHAM FAL AHAM”. Ditempat lain dikatakan bahwa orang yang sudah sadar kepada Alloh SWT berarti dia senantiasa “fii hadlrotillah” dihadapan Alloh SWT seperti didalam buku Kuliah Wahidiyah kalau tidak salah disebutka :
ARAB 103
( Hati orang ‘arif Billah orang yang sadar kepada Alloh itu merupakan “hadlrotullah” dan anggota panca indranya merupakan pintu-pintu dari hadlrotulloh itu. Maka barang siapa hubungan mendekat kepada ‘arif dengan hubungan dan cara-cara pendekatan yang tepat, terbukalah baginya “hadlrotullah” itu )

Orang sowa menghadap dihadapan Alloh SWT harus beradab, yang sungguh-sungguh beradab. Setengah dari pada adab yaitu diam. Diam !. Menunduk !. Hatinya menunduk !. Matanya jangan samapai jelalatan !. Matanya ditundukkan. Mata hatinya yang harus menunduk. Telinga hati harus ditutup atau disumpet.
Para hadirin hadirot, kiranya pengajian ini cukup sekian dulu. Waktu dan tempat dipersilakan kepada Penyiar Pusat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar