الــْحَــــمْــــدُ ِلله ِ
الصَّــــلا َة ُ وَالسَّلا َمْ
|
#
|
عَلــَـيْـــك
َ وَالآل ِ أَيـــَا خَـــــــيْرَ اْلأَنـــَـام ْ
|
رَبٌّ كــَر ِيمْ وَأنــْتَ ذُوْخُلــْقٍ عَظِيمْ
|
#
|
فــَاشْفـَعْ لنَا فـَاشْفـَع ْ لنَا عِنْدَ الكــَريمْ
|
يـَا رَحْــمَة
ً
لــِلـــْــعَـالــَمِــيْنَ وَالتــَّمَامْ
|
#
|
وَالـــْـخَيْرُ
مِنْك َ وَالنَّـجَــاحُ وَالسَّلا َمْ
|
يَـآأيـّــُــهَا الـــْغَـــــــوْث ُ سَـــــلا َمُ الله ْ
|
#
|
عَــلـــَــيْــك َ رَبـّـــــــِنِـــــى بِـــــإذْنِ الله ْ
|
وَانــْـظــُـــــرْ
إلــَيَّ سَــيّدِىْ بِنَظـــــْرَة ْ
|
#
|
مُـــوْصِـــــلــَة
ٍلِلــْحَـــــضْرَةِ
الــْعَـلــِـــيَّة ْ
|
|
اما بعد
|
|
|
|
|
|
|
PENDAHULUAN
Dalam pengamalan Sholawat Wahidiyah diawali dengan hadiah
bacaan Fatihah. Di dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah, ditulisnya hadiah hanya
kepada Junjungan kita Nabi Muhammad e dan
kepada Ghoutsu Haadza Zaman dan seterusnya itu untuk meringkas dan
diambil yang pokok saja. Jadi boleh diperluas. Akan tetapi sesung-guhnya yang
lain-lain sudah termasuk di dalam yang pokok itu. Sebenarnya yang dihadiahkan
bukan bacaan Fatihahnya saja, akan tetapi pahala dari seluruh rangkaian
pengamalan Shalawat Wahidiyah juga dihadiahkan.
Menghadiahkan
pahalanya amal-amal ibadah (amal ibadah apa saja), adalah termasuk amal
kebajikan yang membuahkan berbagai man-fa’at, baik bagi yang menghadiahkan
maupun bagi yang diberi hadiah dan umumnya bagi masyarakat. Manfa’at dunia dan
manfa’at akhirat. Bahkan menghadiahkan pahala amal-amal ibadah itu meru-pakan
gerakan hati nurani para Shahabat dan para Salafus Sholihin, para
Auliya-Kekasih ِAlloh yang dilakukan secara ‘alaniyah/terang-terangan
atau secara sirri.
Menghadiahkan tsawabul a’mal termasuk berdo’a
untuk atau mendo’akan orang lain, baik yang sudah meninggal dunia maupun yang
masih hidup, yang banyak terdapat nash-nash dari Al-Quran, Al-Hadits
dan telah berlaku sejak masa Nabi/Rasul terdahulu sampai sekarang;
A.
DARI NASH AL-QURAN :
- Firman Alloh I
dalam Surat Al-Hasyr
Ayat 10 :
وَالَّذِينَ
جَآءُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقــُولـُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانـِنَا
الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْـعَلْ فِي قُـلُوبِنَا غِلاًّ
لِّلَّذِينَ آمَنُـوْا رَبَّنَآ إِنـَّكَ
رَءُوفٌ رَّحِــيْمٌ
”Dan orang-orang yang datang sesudah mereka
(Muhajirin dan Ansor) berdo’a: ya tuhan kami, ampunilah kami dan saudara kami
yang telah mendahului dengan iman”.
2. Firman Alloh I dalam Surat
Ibrahim ayat 41
رَبَّنَا اغــْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
وَلِلْمُؤْمـِنِينَ يَوْمَ يَقـُومُ الْحِسَابُ.
“Tuhan kami, berilah ampunan kepadaku, kepada kedua orang tuaku
dan kepada orang-orang yang beriman, pada hari berdirinya hisab”
B. DARI NASH
AL-HADITS AS-SYARIF:
1. Hadits diriwayatkan
oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairoh :
كَانَ رَسُولُ الله ِ e، إِذَا صَلَّى عَلَى جِنَازَة ٍ، يَقُولُ : «اللــَّهُمَّ
اغــْفــِرْ لِحَيـِّنَا وَمَيـِّتِنَا ، وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا ،
وَصَغِيرِنـَا وَكَبِيْرِنَا ، وَذَكَرِنَا وَأُنْثـَانـَا. اللَّهُمَّ مَنْ
أَحْيَـيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِسْلاَمِ. وَمَنْ تَـوَفـَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلـَى
الإِيـْمَانِ . اللّـهُمَّ لاَ تَحْرِمـْنَا أ َجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَه
ُ». رواه إبن ماجه
Rosululloh e ketika
melakukan sholat janazah berdo’a : “Ya Alloh, berilah ampunan kepada orang yang
telah mati dan masih hidup dari kami, orang yangt hadir dan tidak hadir dari
kami, anak kecil dan orang dewasa kami, laki-laki dan perempuan kami. Yaa
Alloh, barangsiapa yang Engkau beri kehidupan dari kami hidupkanlah di atas
agama Islam, dan barangsiapa yang Engkau matikan dari kami, matikanlah di atas
keimanan. Yaa Alloh, janganlah Engkau halangi pahalanya si mayit untuk kami,
dan jangalah Engkau sesatkan kami sepeninggal dia”
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُمَا أَنَّ
امْرَأ َة ً أ َتَتْ رَسُولَ الله ِ e : فَـقَالَتْ :
إِنَّ أ ُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْر. فَقَالَ : «أَرَأ َيْتِ لَوْ
كَانَ عَلَـيْهَا دَيـْنٌ، أَكُنْتِ تَقْضِيْنَهُ ؟ » قَالَـتْ : نـَعَمْ . قـَالَ
: «فَدَيْنُ اللهِ أ َحَـقُّ بـِالْــقَضَاءِ ». رواه مسلم
2.
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas bahwa ada seorang wanita sowan kepada Rasululloh e dan berkata : Bahwasanya ibu
saya mati dan mempunyai hutang puasa satu bulan ?”
Beliau e bertanya : “Bagaimana seandainya
ibumu punya hutang, apakah kamu akan menyahurnya ?”
Jawabnya : “Iya” Sabda Beliau : “Maka
hutang kepada Alloh lebih berhak disahuri”
(H.R. Muslim)
3.
Diriwayatkan ; suatu waktu Shahabat Ubay Bin Ka’ab t mengutarakan kepada Rasulullah e :
يَارَسُولَ الله ِ إنــِّي أ َجـْعـَلُ لَك َ صَلاَ تِي كُلَّـهَا
, فَقَالَ لـَهُ النَّبِىُّ e: إِذَنْ يَكْـفِيْكَ الله ُ تَعَالى هـَمّ
دُنْـيَاكَ وَآخِرَتـِكَ {ذرة
الناصحين/سعادة الدرين :513}
“(Ya Rasulullah), sesungguhnya aku
menjadikan (menghadiah-kan)
untuk-Mu (pahalanya) shalatku semuanya. Maka
Baginda Nabi e bersabda
: Kalau begitu ِAlloh Ta’ala akan mencukupi kebutuhan duniamu dan akhirat-mu”.
(Durrotun Nashihiin/ Sa’adatud Daroini : 513).
Dari nash-nash Al Qur’an dan Al Hadits tersebut di atas
bisa disimpulkan bahwa bacaan Al Qur’an, do’a, istighfar dan amal-amal kebaikan
lain pahalanya bisa dihadiahkan dan bisa sampai kepada orang lain dan merekapun
bisa mengambil manfaatnya.
Saling berhadiah adalah
bisa memupuk kerukunan, kekeluargaan dan persaudaraan yang menumbuhkan rasa
saling mencintai satu sama lain. Bersabda Rasulullah e, :
}تَهَادُوا
تَحَآبـــُّوا{ {رواه
الطَّبرانيُّ عن عائشة وابن
عساكرعن
ا بىهـريـرة}.
“Saling
memberi hadiahlah kamu sekalian niscaya kamu sekalian saling mencintai” (Riwayat Thobrani dari Sayyidah Aisyah dan
Ibnu Asakir dari Abu Hurairah. Hadits Hasan).
Orang yang memberi hadiah berarti
menyebarkan buah manfaat bagi orang lain dan masyarakat. Dan orang yang paling
banyak memberi manfaat kepada masyarakat adalah termasuk sebaik-baik manusia
dalam pandangan ِAlloh. Sabda Rasulullah e::
خَـيْرُالنَّـاسِ
أَنْـفَـعُهُـمْ لِلنَّاسِ (رواه القضاعي عن جابر)
“Sebaik-baik manusia adalah
orang yang paling banyak memberi manfaat kepada sesama manusia”. (H.R.
Al-Qudlo’i, dari Jabir)
Dalam
suatu riwayat :
خَـيْرُكُـمْ
عِـنْـدَ اللهِ أَكْـثَـرُكُمْ نَفْـعًـا
للِنـَّاسِ
“Sebaik-baik
kamu sekalian dalam pandangan ِAlloh adalah yang paling banyak memberi manfaat
kepada mansusia”.
Para Imam Madzahibul arba’ah dan ulama-ulama
Syafi’iyah satu pendapat bahwa menghadiahkan pahalanya amal-amal ibadah itu
ber-hasil maqbul
dan manfaatnya bisa sampai kepada orang yang diha-diahi, baik yang sudah meninggal dunia maupun yang masih
hidup.
Sebagian ulama lagi ada yang berpendapat tidak bisa
sampai kepada yang dituju lebih-lebih kepada orang yang sudah meninggal dunia.
Akan tetapi kenyataan di dalam pengalaman cocok dengan pendapat yang per-tama.
Dan di dalam Wahidiyah mengikuti pen-dapat yang pertama.
Al
Mukarrom
Asy-Syekh K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Shalawat Wahidiyah mengajarkan
agar supaya semua pahala dari amal ibadah apa saja, baik ibadah wajib maupun
ibadah sunnah dan pahala-pahala yang kita terima dari ibadah orang lain, supaya
dihadiahkan semua. Dihadiahkan khususnya ikroman wa ta’dhiman wa
mahabbatan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad e, kemudian kepada para Anbiya wal Mursalin wa
Malaikatil Muqorrobin ‘Alaihimussalaam, kepada para keluarga dan
para Shahabat Beliau-Beliau, kepada para Auliya Kekasih ِAlloh dari awal
sampai akhir, khususnya Hadlrotu Ghoutsi Haadza Zaman wa A’waanihi y, kepada
para I
dan para ulama, kepada guru dan pemimpin,
kepada orang tua, kepada leluhur, kepada keluarga dan qorobah dan
lain-lain, umumnya kepada jami’il mukminiin wamukminat wamuslimin
wamuslimat, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati dari bangsa
manusia dan jin mulai awal sampai akhir.
Adapun caranya berhadiah boleh memakai bahasa Arab “Ilaa
Hadlroti………” akan tetapi juga cukup dengan bahasa-bahasa lain. Bahkan cukup
dengan batin saja. Dalam hati ditujukan kepada yang dimaksud, itu sudah cukup.
Menghadiahkan pahalanya amal seperti di atas dan ditambah
dengan do’a do’a kebaikan supaya kerap kali dilakukan, sekalipun dari pahalanya
satu huruf. Manfaatnya besar sekali baik bagi yang berhadiah maupun bagi yang
diberi hadiah.
Pahala suatu amal jika dihadiahkan kepada satu orang dan
kepada orang banyak sama saja yang diterima oleh yang bersangkutan. Umpamanya
barang seratus dihadiahkan kepada satu orang dia menerima seratus, dihadiahkan
kepada orang banyak masing-masing orang juga sama-sama menerima seratus. Sama
halnya dengan perkataan, didengar orang satu dan didengar orang banyak
masing-masing sama pendengarannya. Dan tidak berarti orang yang berhadiah lalu
kehabisan pahala, bahkan akan memperoleh lagi lipat sepuluh kali atau lebih.
Sebab menghadiahkan pahala amal ibadah itu termasuk amal kabajikan. Dan setiap
amal kebajikan akan dibalas oleh ِAlloh dengan sepuluh kali lipat.
Firman ِAlloh I
:
مَن جَآءَ بالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ
أَمْثَالِهَا وَمَن جَآءَ بِالسَّيـِّئـَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ { الا نعام:170 }
“Barang siapa datang dengan (membawa /
berbuat) kebajikan maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat dari amal
perbuatan-nya, dan barang siapa datang dengan (membawa / berbuat) kejahatan,
maka dia tidak diberi balasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang
mereka tidak teraniaya (QS. Al Qur'an An’am : 160).
Akan tetapi jangan keliru dalam
penerapan. Yang penting di dalam berhadiah itu harus betul-betul ikhlas.
Jangan sampai menengok kepada imbalan sepuluh kali lipat. Hadiah yang
dikerjakan dengan betul-betul ikhlas mengandung nilai do’a yang mustajab
karena termasuk “da’watuu gho-ib ligho-ib”, sebagaimana sabda Rasulullah e
:
أَسْـرَعُ
الدُّعَاءِ إِجَابـَة ً دُعَآءُ الْغَـآئِبِ لِغَآئِـبٍ
{
رواه البخاري في الأدب
وابـو داود والـطبراني عن ابـن عمرو
}
“Do’a yang paling cepat diijabahi adalah
do’a dari orang ghoib bagi orang ghoib
lainnya” (Riwayat Bukhori, Abu Daud dan
tabrani dari Ibnu Amr).
Sabda Nabi e :
دُعَـآءُ الأخِ لأخِــيْهِ بِظَـهْـرِالْغَـيْبِ
لاَيـُرَدُّ
{رواه الـبراز عن عـمـــران بن حــصين حــديث صــــحيح}
“Do’anya saudara untuk saudaranya dari
kejauhan itu tidak ditolak (dalam suatu riwayat) mustajab”. (Riwayat
Bazar dari Imron bin Hushoin / Hadits Shahih).
Menghadiahkan
pahalanya amal-amal ibadah seperti menghadiahkan pahala shalat, zakat, puasa,
haji, shodaqoh, membaca Al Qur’an, membaca dzikir, membaca
tahlil, membaca shalawat dan lain sebagainya merupakan adab / tata krama di
dalam hubungan batin dengan para yang dihadiahi. Lebih–lebih terhadap orang yang seatas kita
tentang umurnya, nasabnya atau kedudukan dan jabatannya. Terutama terhadap
Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah e, terhadap para Anbiya wal Mursalin,
terhadap para Auliya Kekasih ِAlloh, para Syuhada, was-Shoolihiin
dan sebagainya. Menghadiahkan pahala amal kepada beliau-beliau tersebut boleh
dikatakan sebagian dari cara-cara tawasul atau konsultasi batin kepada
para Shohibus–Syafa’ah, Shohibul ’Inayah wal Karomah wal fadlilah yang
sangat besar manfaatnya bagi usaha taqorrub kita kepada ِAlloh I. Berdo’a kepada ِAlloh dengan mengadakan
konsultasi batin atau tawasul kepada beliau-beliau tersebut, besar
sekali harapan dikabulkan oleh ِAlloh, sebab mendapat dukungan dari
beliau-beliau itu.
Jadi tawasul atau konsultasi batin itu tidak
menyimpang dari sabda Rasulullah e :
إ
ِذَا سَـأ َلــْتَ فــَاسْــأَل ِ الله
َ وَإذَا
اسْتــَـعَـنْـتَ
فـَاسْــتــَـعـِـنْ بــِالله ِ
{رواه
الترمـذي عن ابــن عـــباس رضي الله عنهما}
“Jika engkau memohon mohonlah kepada ِAlloh, dan jika engkau
memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada ِAlloh” (Riwayat
Turmudzi dari Ibnu Abbas ٌR.a.)
Sebab dengan
tawasul
itu permohonan tetap dialamatkan kepada ِAlloh I, bukan hanya kepada yang
ditawasuli. Kepada yang ditawasuli, hanya menghaturkan hadiah pahalanya
amal-amal kebaikan sambil memohon syafa’at, tarbiyah, berkah karomah, nadhroh, do’a restu dan
jangkungan dari beliau-beliau tersebut.
جَعَلَنَا
وَإيّـَاكُمْ مِنَ الـَّذِيْنَ يَشْفــَعُ لَهُمْ وَيـُرَبِّيْهِمْ رَسُــوْلُ
الله e شَفَاعَة ً وَتـَرْبـِيَةً خَآصَّتَيْن ِ فِىالدِّيْنِ
وَالدُّنــْيَا وَالآخِـــرَة ْ! آمـين آمِيْن، آمِـيْن يَارَبَّ الْـعَـالَمِـيْن
Mari kita memberikan penghormatan
kepada beliau-beliau tersebut dengan menghaturkan hadiah pahala bacaan surat Al
Fatihah satu kali!. AL FATIHAH !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar