Tapi yang menjadi ciri khasnya. Hatinya yang pokok. sekalipun dia
diberi “Khoriqul ‘adah” kramat istilah umum, siapa yang kelihatan
khoriquI ‘adah disebut “keramat”. Orang yang begitu, jika hatinya.
tidak seperti yang diutarakan tadi ya tetap terkecam. Malah, kalau
perlu lebih berat. Pokoknya, pemberian atau keadaan yang luar biasa
khoriquI ‘adah, di luar perhitungan, umpamanya dapat menempuh jarak
ratusan atau ribuan kilometer hanya dalam tempo sejangkah, atau
mengetahui hati kawan atau orang lain, tapi kok tidak mengecakkan
ajaran ini ajaran yang baru kita bahas ini, itu tetap terkecam dan
otomatis itu merupakan “lstidroj” penglulu. Pokoknya moril atau
materiil, itu sama ketentuannya. Dikaruniai keadaan biasa, kok tidak
mengecakan ajaran ini, ajaran yang baru kita bahas ini, itu
menyalahgunakan dan merupakan beban baginya, justru dia di karuniai
soal itu, malah memberatkan orang yang di karuniai satu macam nikmat
misalnya kok tidak mensyukuri lagi itu dia makin berat lagi pokoknya
makin banyak nikmat yang di terimanya dia bertanggung jawab di
karuniai dua nikmat dan tidak mensyukurinya lagi pokoknya makin banyak
nikmat yang di terimanya, baik itu nikmat materi, nikmat lahir atau
nikmat moril atau nikmat batin jika tidak disyukuri, makin berat makin
berat. Nikmat materi misalnya, makin banyak harta bendanya, jika tidak
digunakan semestinya, berarti makin banyak disalahgunakan. Begitu juga
nikmat batini seperti ilmu, ilmiyah apa saja, ilmiyah agama atau
ilmiyah umum, jika tidak di syukuri di atas tadi, ya tetap makin
banyak, makin bertambah besar penyelewengan dan penyalahgunaannya.
{لَاتَرَفَعنَ إِلَى غَيْرِهِ حَاجَةٌ هُوَ مُوْرَدُهَا عَلَيْكَ فَكَيْفَ يَرْفَعُ غَيْرَهُ مَا كَانَ هُوَ لَهُ وَاضِعَا}
Ada anu pengertian atau istilah “musyrik” minta-minta ke kubur. Minta
kepada orang yang sudah mati musyrik. Sesungguhnya tidak hanya minta
kepada orang mati saja yang musyrik. Biar minta kepada orang
hidup sekalipun kalau diyakini seperti yang kita bahas
ini tadi, juga musyrik. Hatinya bagaimana, itu yang antara lain menentukan.
Hati kecilnya kemana arahnya. Berhenti kepada sebab itu sendiri sajakah, atau
langsung kepada Alloh SWT. Ini yang menentukan, maka disini diperingatkan ole
Muallif AI-Hikam ini, ...”LAA TARFA ‘ANILA GFOIRIHI HAAJATAN”. Diperingatkan,
jangan sekali-kali, dalam hati kecil maksudnya, ini bidang, haqiqot harus dapat
menempatkan segala sesutu ditempatnya masing-masing YUKTI KULLA DZII HAQQIN
HAQQAH. Mengisi segala bidang masing-masing. Semua bidang harus kita isi.
Bidang-bidang, bidang syariat, bidang haqiqot lha disini maksunya bidang
haqiqat jangan sekali-sekali engkau minta hajatmu kepada selainnya Tuhan. Sebab
yang menciptakan itu Tuhan. Jangan sekali-kali engkau sambat kepada selain
Tuhan. Mengalami kecelakaan atau musibah
misalnya, ini yang menurunkan musibah ini adalah Tuhan. Karena itu engkau juga
harus mohon kepada Tuhan, Yah adanya musibah ini karena keburukan atau karena
kesalahanku dan sebagainya. Itu harus kita sadari dari sifat adilnya Tuhan.
Dari sifat wenangnya Tuhan, bebasnya Tuhan. dan dalam bidang syari'atnya harus
merasa karena keburukan dirinya, jangan sekali-sekali sambat kepada lain.
Sekarang
ini banyak ujian-ujian. Soal ekonomi makin seret misalnya, kaum tani banyak
sawahnya diserang hama
wereng. Di daerah Bekasi Jawa Barat kata seorang Pengamal Wahidiyah di sana,
lebih dari 90 % katanya sawah yang dimakan wereng, sehingga pada umumnya tidak
mampu membeli beras. Makan hanya seadanya. Begitu juga di daerah lain-lain,
Kerawang dan lain-lain. Disamping itu akhir-akhir banyak daerah yang kekurangan
air. Ini semua yang menurunkan Tuhan. Kok lalu sambat-sambat kepada lainnya,
atau lebih-lebih ngresulo, menyesali keadaan, ini terkecam sekali. Berarti
bunuh diri orang yang begitu itu.
“FAKAIFA
YARFA'U GHOIRUHU MAAKAANA HUWA LAHU WAADLI'AN” apakah mungkin barang yang
diciptakan oleh Alloh bisa
dirubah oleh selainnya Alloh! Jangankan meruhah barang
lain, merubah dirinya sendiripun tidak dapat. Jangankan merubah, berubah
sajapun tidak bisa. Segalanya Alloh yang merubah, Yang menggerakkan. BILLAH.
اِذْهُوَ الْغَالِبُ
الَّذِى لاَ يَغْلِبُهُ شَئٌ
Jika
Alloh memiliki sifat QUDROT, otomatis lainnya tidak mempunyai sifat qudrot.
Adanya bisa atau mampu, itu karena dimampukan. Jelas yang bisa menghilangkan
segala kesulitan atau musibah adalah Tuhan. Kok cari-cari lainnya Tuhan, itu
jelas orang yang tidak normal. Mari kita lihat diri kita masing-masing, sudah
begitukah atau belum?. Kalau masih menjagakan itu ini, masih ngresulo, itu ada
peringatan seperti tertulis di atas pengimaman masjid itu.
آنَا الله ُ ِلآإِلَهَ
اِلاَّأَنَا مَنْ لَمْ يَشْكُرْ نَعْمَآئِى وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلآئِى وَلَمْ
يَرْضَ بِقَضَآئِى فَلْيَتَّخِذْ رَبَّا سِوَآئىِ{الحديث القدس}
AKU
ALLOH, Tuhan, tidak ada Tuhan selain AKU, siapapun juga yang tidak mau syukur,
AKU beri nikmat malah berlarut-larut disalahgunakan untuk melukai AKU, AKU beri
ujian tidak mau bersabar, malah ngresulo mencaci AKU, dia selalu maido,
mengecam tidak rela tidak mau menerima atas qodar-KU,...carilah Tuhan selain
AKU. Pergi dari bumi-KU!. Mau keluar negeri-itu luar negeri-KU. AKU yang punya!
Mau ke bulan ?, Itu bulan-KU!
Mari
para hadirin-hadirot kita koreksi keadaan kita. Ini soal yang pokok, soal yang
prinsip. Jika sampai kita tidak atau kurang mengambil perhatian, tahu sendiri
nanti akibatnya, bagaimana pedihnya. Sebentar lagi Izroil datang oleh karena
itu mari kita perangi nafsu kita yang senantiasa mende-mende
menangguh-nangguhkan dengan alasan begini begitu. Nafsu memang begitu
kelakuannya. Selalu berat-beratan, selalu nanti-nanti besok-besok. Mari jangan
sampai kita jemu-jemu.
Sekarang kalah, bangun lagi. Jatuh-bangun,
jatuh-bangun-dan seterusnya. Jangan menyerah sekalipun bagaimana kepada nafsu.
Harus terus maju pantang mundur.
{مَنْ لاَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ
يَرْفَعَ حَاجَةً عَنْ نَفْسِهِ ,فَكَيْفَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَكُوْنَ لِغَيْرِهِ
رَافِعًا}
Yang
menguji Tuhan. Apakah mungkin isianya Tuhan bisa menghilangkannya. Tentu tidak
mungkin, disamping itu tidak ada orang yang dapat mengatasi, sehingga bebas
sama sekali dari apa yang menjadi kesulitan atau ujiannya. Menolak balaknya sendiri. Menyelamatkan diri saja tidak
dapat lebih-lebih mari menyelamatkan orang lain. Jauh mustahil, tidak mungkin,
maka satu-satunya jalan hanyalah Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW.
اَلَمْ يَأْنِ
لِلذِّيْنَ آمَنُوْا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ {الحديد:١٦}
Apakah
belum saatnya orang-orang yang beriman itu cepat-cepat lari mengungsi dan
menundukkan hatinya kepada Alloh?. Sudah jauh terlambat sesungguhnya para
hadirin-hadirot. Tapi sekalipun begitu, sekalipun terlambat asal mau
cepat-cepat lari dan bersungguh-sungguh bermujahadah, sifat kemurahan Alloh
tidak mengenal istilah terlambat. Asal sungguh-sungguh mau kembali, pasti Alloh
akan membuka dan menunjukkan jalan-NYA yang diridloinya. Mari para
hadirin-hadirot kita jangan enak-enak bermalas-masalan, jangan menganggap
enteng masalah ini.
وَحَاصِلُهُ أَنَ
لِلْمَرْفُوْعِ إِلَيْهِ حَوَائِجُ لَمْ يَتَوَصَلْ إِلَيْهَا وَلَوْكَانَ مَلِكًا
- وَلاَ شَكَّ....
Jadi
kesimpulanya orang juga sama-sama punya kepentingan menyelesaikan dan mengatasi
kepentingannya sendiri saja tidak bisa, lebih-lebih mengatasi kesulitan orang
lain. Seandainya bisa mengatasi satu persoalan lain timbul lagi persoalan lain
lagi, timbul lagi masalah lain lagi, timbul lagi masalah lain, makin banyak,
makin kaya makin banyak membuat dirinya makin
repot mlarat begitu juga Dus, orang tidak bisa bebas
sama sekali. Sekalipun raja malah presiden atau raja atau pejabat tinggi yang
bagaimanapun makin banyak persoalan-persoalannya yang tidak bisa diatasi. Sebahagian bisa diatasi, timbul yang lain.
Diselesaikan tumbuh sepuluh diatasi yang
sepuluh tumbuh seratus, diatasi seratus tumbub seribu, dan seterusnya. Selalu
timbul persoalan-persoalan yang makin banyak, makin banyak makin tidak bisa
mengatasi. Begitu kok mau dimintai tolong untuk mengatasi persoalan kita oleh
karena itu hanya Alloh saja yang mampu mengatasi segala persoalan. Mari para hadirin-hadirot, selalu mengungsi kepada
Alloh SWT. Yang sudah mengungsi mari
kita usaha mengungsi yang lebih sempurna dan yang lebih meningkat. Kita masih
kurang sekali mengungsi kita kepada Tuhan, para hadirin-hadirot. Lebih-lebih
yang belum mengungsi. Sekalipun sudah mengungsi sudah berdepe-depe, tapi kurang
jauh. Jauuuh sekali kemampuan kita masih banyak untuk mengungsi yang lebih kuat
lagi, lebih dekat lagi, lebih ... meningkat lagi. Lebih-lebih jika dilihat dari
ke-Maha Rajaannya Alloh Ta’ala, Ke-Maha Agungnya Alloh Ta'ala, ke-Maha... Maha
... Maha, dan dari arah lain kita keapesan kita, kemelaratan kita, kebutuhan
kita lebih-lebih, masih jauuuh para hadirin-hadirot.
Mari
para hadirin-hadirot kita perhatikan yang sungguh -sungguh.
Zaman
banjir bandangnya Nabi Nuh ada suatu kejadian, yaitu seorang Ibu. Ya pernah
diutarakan dari pusat. Seorang Ibu dengan anaknya yang masih kecil karena ada
banjir bandang anaknya diajak lari menyelamatkan diri. naik ke atas puncak
bukit. Tapi sang banjir terus mengejar makin dalam makin dalam,. Puncak bukit
akhirnya tegenang..banjir makin dalam makin dalam. Untuk menyelamatkan anaknya.
anaknya digendong. Banjir terus naik sampa ke punggung sang lbu. Anaknya lalu
di sunggi. Banjir terus makin tinggi air
sampai pada leher sang Ibu, ...anaknya yang yang dijadikan ancik-ancik. Di
bawah telapak kakinya! untuk menyelamatkan dirinya sendiri, para
hadirin-hadirot. Tapi
toh akhirnya hanyut kedua-duanya. Tidak bisa
menyelamatkan anak juga tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
Ini para hadiria hadirot !.
Sesunggunya manusia itu hanya memikirkan dirinya
sendiri Kecuali, mereka yang mendapat taufiq Hidayah pertolongan Alloh SWT.
Dalam keadaaa yang sudah kritis, sudah sangat terjepit, dirinya sendiri yang
berusaha mencari selamat, biar sekalipun mengorbankan anak darah dagingnya
sendiri yang masih kecil seperti cerita di atas. Ini para terutama bagi kaum
Ibu betapa bengisnya manusia hadirin-hadirot, biar bagaimanapun juga, toh tidak
berhasil menyelamatkan diri, tapi terkecuali para hadirin-hadirot,
terkecuali... yaitu mereka yang mau mencari keselamatan dengan lari mengungsi
kepada Alloh SWT. Alloh SWT pasti menolong hamba-NYA yang sungguh-suagguh mau
kembali mengungsi kepada-NYA dengan sepenuh-penuhnya mengungsi. Malah, para
hadirin-hadirot, sesunggunya Alloh SWT senantiasa memanggil-mauggil hamba-NYA
agar mereka menjadi selamat, tidak celaka, tidak sengsara !!!. Fafirruu Ilallooh !. Fafirruu Ilallooh !.
Fafirruu Ilallooh !.
{اِنْ لَمْ تُحَسِّنْ ظَنَكَ
بِهِ ِلاَجْلِ حُسْنِ وَصْفِهِ فَحَسِنْ ظَنَّكَ بِهِ لِوُجُوْدِ مُعَامَلَتِهِ
مَعَكَ}
Jika engkau tidak bisa husnudhon atau
yang lebih tepat kalau terhadap Tuhan “Husnul yaqin” jika engkau tidak bisa
husnul yaqin kepada Tuhan berdasar kebaikan sifat-sifat Tuhan, maka berkhusnul
yaqinlah kepada-NYA berdasarkan adanya perlakuan Tuhan terhadap dirimu.
Berdasar
sitat Tuhan, Maha Loman-Pemberi. Aku kok melarat umpamanya, aku kok sengsara,
tapi aku yakin, yakin pasti akan diberi oleh Tuhan. Sebab Tuhan senantiasa
memberi dan menolong hamba-NYA. Tuhan adalah “AR ROJAQ”, “AL JAWAAD”, “AL
WAHHAAB ROUF ROHIM”. Jadi yang baik berdasarkan sifatnya. Tidak mungkin Maha
Loman.kok tidak memberi. Adapun sekarang tidak diberi, yah, memang
belum. Atau sesungguhnya ini sudah diberi tapi aku
tidak sadar bahwa diberi. Melarat ini adalah pemberian yang baik. Sebab
seandainya aku kaya, mungkin malah berlarut-larut. Ini suatu pertolongan yang
baik sekali. aku kok terus-terusan sakit-sakitan, kok tidak lekas sembuh?. Yah
ini pemberian Tuhan yang baik bagiku. Seandainya aku waras-wiris, aku makin
terus menerus larut berlarut-larut!. Selalu merugikan orang lain! selalu
berbuat apa yang dikecam Alloh SWT, atau mungkin saking belas kasihnya Tuhan,
saya di dunia dalam keadaan melarat compang-camping, agar tidak kalong, agar
jauh lebih baik kelak di akhirat. Husnudhon ataupun husnul yaqin seperti itu
lebih baik. Lebih baik.
Pokoknya
para hadirin-hadirot, segala keadaan baik yang diinginkan, menguntungkan atau
merugikan, supaya semuanya itu dimanfaatkan untuk... “FAFIRRUU ILALLOOH WA
ROSULIHI SAW”.
Jangan
sampai berani-berani menyalahgunakan, bahkan maksiat sekalipun, harus kita
manfaatkan untuk “FAFIRRUU ILALLOOH WA ROSULIHI SAW”. Antara lain diikuti
dengan tobat yang sungguh-sungguh orang yang tidak bersalah kok minta maaf, apa
mungkin?. Adanya minta ampun itu karena, dosa ini setengah dari murahnya Tuhan!
Sekalipun
maksiat kita tidak boleh memasuki maksiat, tapi... harus kita manfaatkan aku
mau memasuki maksiat, nanti toh bisa mandi yang bersih, inilah yang namanya
menyalahgunakan.
Syekh Hasan Basyri mengatakan orang tidak ada yang
ibadahnya lebih baik daripada maksiat. Artinya dari pada akibatnya maksiat.
Dalam kitab ini juga, ada keterangan yang hampir sama maksudnya dengan dawuhnya
Syekh Hasan Basyri tersebut :
مَعْصِيَةٌ أَوْرَثَتْ
ذَلاَ وَانْكِسَارًا خَيْرٌ مِنْ طَاعَةٍ أَوْرَثَتْ عِزًا وَا سْتِكْبَارًا
Maksiat
yang menyebabkan dia nelongso, merana, merasa jelek, merasa dosa
berlarut-larut, ini lebih dari pada thoat yang mengakibatkan
sombong, merasa baik, takabbur itu contohnya para
hadirin-hadirot, Iblis sebelumnya ibadahnya sebagai kepala para malaikat,
80.000 tahun non stop ... seperti kita maklumi. Tapi karena sombong tidak mau
sujud kepada Nabi Adam Aalaihissalam,....akhirnya dila'nat menjadi Iblis itu
para hadirin-hadirot. Itu lagi kanjeng Nabi Adam 'Alaihissalam sendiri. Suatu
kesalahan atau ma'siat membawa akibat bertobat sampai seratus tahun
menangisnya. Dan, dalam bidang syari'atnya tapi ini, andai kata beliau tidak
berbuat ma'siat melanggar larangan Tuhan di surga, tentu kehidupan dunia ini
tidak ada kita manusia, Ya ma'af para ambiya wal mursalin, junjungan kita
Rosulillahi SAW, juga akibat dari pada ma'siatnya kanjeng Nabi Adam
'Alihissalam. Begitu para hadirin-hadirot sebagai anak cucu Nabi Adam,
seharusnya kita dapat memanfa'atkan ma'siat kita seperti halnya Beliau Nabi
Adam 'Alaihissalam. !
Kalau
tidak bisa, ya, ma'af....! lbarat anak kambing ya harus bisa suara lembek.
Babonnya bisa mengembek, anaknya juga harus bisa menggembek kalau babonnya
suara lembek, kok anaknya “hung-hung… Anak iblis para hadirin-hadirot.
Ataukah “hung-hung” para hadirin-hadirot
mari kita koreksi anak kambing jadi kambing, anak anjing juga jadi anjing, Ya maaf kita harus prihatin dan harus ….ngedoki para
hadirin-hadirot, ummat dan masyarakat pada umumnya ya maaf istilah anak kambing, ya seharuanyaya
“embek-embek”. Tapi nyatanya, pada umumnya bukan “embek-embek” tapi kok
“hung-hung”, para hadirin-hadirot “embek-embek” malah tidak bisa. Ummat masyarakat
pada umumaya atau sebagian besar tidak mengikuti Nabi Adam ‘Alaihissalam,
memanfaatkan dosa maksiatnya, melainkan malah seperti Iblis para
hadirin-hadirot. Mari para hadirin-hadirot kita tanggung jawab mari kita daki.
Andai kata saya bersungguh-sungguh, tentu tidak begitu keadaannya. Mari para
hadirin-hadirot, kita prihatin. AL-FAATIHAH…
AL-FAATIHAH...
Ada suatu sabda yang
menerangkan, ada seseorang yang kerena baiknya, negara dan masyarakat menjadi
baik. Tapi juga sebaliknya, ada
seseorang yang karena buruknya negara dan masyarakat
atau menjadi buruk, menjadi bejad, Lha Diantara kita di mana letaknya mari
sekali lagi! AL FAATIHAH…
Diantara
kita mampu “FAMAN SYAA-A FAL YUKMIM, WAMAN SYAA-A FAL YAKFUR”. Mampu kita akan
menguntungkan membuat baik masyarakat, mampu akan merugikan menghancurkan
mampu. Aku kita mempunyai akal yang sehat sungguh-sungguh manusia, tentu
memilih yang menguntungkan: para hadirin-hadirot. Kita tingkatkan yang
sebanyak-banyaknya jauh masih, banyak sekali kemampuan kita yang belum kita
pergunakan.
Kita
harus husnudhon yakin, bahwa Alloh SWT senantiasa sayang, senantiasa memberi
jika terpaksa tidak dapat husnudhon berdasarkan sifat Tuhan harus berdasar perbuatan perlakuan Tuhan.
Tuhan senantiasa bisa memberi kita bisa begini bisa dan seterusnya. Mari kita
sadari ketika kita masih berada dalam kandungan, tidak bisa apa-apa. Kemudian
dilahirkan, dibuat oleh Alloh SWT bisa bergerak-gerak, bisa menangis, bisa
menetek dan seterusnya sampai besar, menjadi besar, menjadi besar bertambah
pula kepandaian dan kecakapan yang dibuat Tuhan kepada kita. Bertambah besar,
bertambah umur bertambah pula pemberian
Tuhan kepada kita. Mari kita sadari pemberian Tuhan ini. Padahal semua
pemberian-pemberian yang evolotif dan sistimatis dan justru kita butuhkan itu,
tanpa ada permintaan dari kita manusia, para hadirin-hadirot. Mengapa kita
manusia tidak mau husnudhon bahkan husnudhon bahkan-husnul yaqin kepada Tuhan?.
Perbuatan Tuhan terhadap kita sudah fakta dan jelas kita rasakan!. Itulah kasih
sayang Tuhan, kepada kita manusia! Bahkan Alloh SWT menciptakan matahari,
bulan, bintang, bumi, daratan, lautan, pohon-pohonan, gunung, air, angin dan
sebagainya justru dipergunakan kita manusia, para hadirin-hadirot.
Sekalipun
seseorang mengalami suatu kesulitan atau kesupekan,
tapi kalau mau menggali sesunggunya dalam pada itu
membawa keuntungan dan faedah serta manfaat yang besar sekali. Tidak ada yang
100% merugikan, jadi sesungguhnya yang akan datang, lebih banyak. Lebih banyak
pemberian Tuhan, Berdasarkan perbuatan Tuhan yang telah merupakan fakta dan
kita rasa itu. Terus meningkat bertambah-tambah pemberian-pemberian Tuhan!.
Dan, sekalipun dalam satu bidang terasa merugikan, tapi kalau mau meninjau
secara keseluruhan, sesungguhnya menguntungkan.
Husnudhon
atau husnul-yaqin berdasarkan kedua-duanya tersebut, kita mampu. Sifat Tuhan
yang senantiasa kasih sayang, mampu. Berdasarkan perbuatan Tuhan atas kita yang
sudah jelas dalam fakta, kita mampu. Ya berdasarkan sifat-Nya, ya berdasarkan
perbuatan-Nya. Dan kita mampu untuk itu.
أَنَّ النَّاسَ فِى
حُسْنِ الظَّنِ عَلَى قِسْمَيْنِ خَاصَةٍ وَعَامَةٍ فَالْخَاصَّةُ حُسْنُوا
الظَّنِ بِهِ لِمَا هُوَ مِنَ النُّعْوْتِ السَّنِيَةِ وَالصِّفَاتِ الْعَلِيَةِ.
Di sini diterangkan, hubungan husnudhon, manusia
dibagi dalam dua bagian “KHOSSOH” orang khusus, dan “AAMMAH” orang umum. Yang
dimaksud orang khusus di sini yaitu orang yang pengetrapkan seperti apa yang
diuraikan di atas. Sekalipun buta huruf umpamanya, asal mengetrapkan seperti
yang dibicarakan dalam pengajian ini, itulah orang khusus. Istilah WAHIDIYAH
senantiasa LILLAH-BILLAH LIRROSUL-BIRROSUL. Tapi ini tidak berarti bahwa
seorang pengamal Wahidiyah lalu merasa lebih-lebih mengaku dirinya orang khusus
atau seorang yang LILLAH BILLAH. Ini terbalik kalau begini perasaannya
keblasuk. Malah sebagai Pengamal Wahidiyah harus justru merasa dirinya hina.
Banyak dosa banyak berbuat dholim, senantiasa merugikan dan sebagainya seperti
yang kita alami ini pokoknya.
Orang
khusus di sini yaitu tadi orang yang senantiasa mengabdikan diri kepada Alloh
Ta’ala. Senantiasa sabar ridlo, tawakal tidak
menjagakan kepada selain Alloh, tansah ... banyak kelau diperinci. Sekalipun
dia buta huruf !.
Adapun
orang umum yang dimaksud orang umum di sini bukan rakyat jelata, tapi orang
yang tidak mengetrapkan seperti orang khusus tadi. Sekalipun mempunyai
keistimewaan, 'allamah ilmunya banyak, ibadahnya giat, tidak henti-hentinya
mujahadah atau sembahyangnya, atau ngebleng terus-terusan di dalam masjid
sekalipun begitu, kalau hatinya tidak mengetrapkan seperti itu tadi,
LILLAH-BILLAH LIRROSUL-BIRROSUL mudahnya orang umum atau menjadi orang khusus
istilah di sini, Kemampuan adalah nikmat yang harus kita syukuri.
“FAL
KHOSSHOH”... Orang khusus, berhusnudhon husnul yaqiin bahwa Tuhan Maha Pemurah,
Maha Pemberi, Maha Kasih Sayang itu memang sifat Tuhan. Sekalipun aku sekarang menderita, tapi
Tuhan tetap kasih sayang padaku. Alhamdullilah orang khusus. Sedangkan orang
umum, sehabis makan enak Alhamdulillah nanti agak lapar .... Innaalillah !.
Bingung !. mereka hanya berdasar pada
perlakuan Tuhan atas dirinya yang di alami dasarnya kenyataan. Sekalipun sakit
atau melarat dan sebagainya itu sesungguhnya nikmat, atau saking kasih sayang
Tuhan tapi karena dia orang umum istilah di sini pandangannya saya itu sudah
biasa!. Sudah maklum!. Soal materi, menjadi ngresulo, putus asa begini begitu.
Hanya ketika mampu atau keadaan normal, dia ... Alhamdullilah Itu sudah biasa!. Sudah maklum!.
كَلاَ ,إِنَ
اْلاِنْسَانِ لَيَطْغَى ,أَنْ رَآهُ اَسْتَغْنَى {علق}
Manusia!.
Ketika mampu, kaya ... berlarut-larut!. Malah kalau dia merasa kaya, ini lebih
berat lagi!. Menggasap haknya Tuhan!. Yang kaya hanya Tuhan!. Kok dia
berani-berani mengaku kaya merasa
mampu ?. Larut, berlarut-larut untuk, untuk nuruti nafsunya. Untuk kepuasan
nafsunya!. Sekalipun ujudnya untuk ibadah untuk perjuangan, tapi itu hanya
lahirnya saja!. sesungguhnya itu ada pamrihnya!. Sedang lahirnya kelihatan
ibadah,... Lebih-lebih kalau maksiat Lebih
larut,... jaauuh berlarut-larut…!.
Para
hadirin-hadirot, diantara kita di mana letaknya dan kita mampu. Tapi kalau orang berkhusnudhon berdasar
sifat Tuhan, dalam segala bidang dia senantiasa alhamdulillah, senantiasa
memuja, senantiasa berterima kasih kepada Alloh SAW. Sedangkan yang
berkhusnudhon berdasarkan perbuatan, ...yaitu tadi,... ketika keadaan jembar
atau berlebih dia alhamdulillah. Dan menggunakan kejembarannya itu untuk
kebaikan. Tapi hanya sebagian Tapi kalau keterlaluan, ... yaitu tadi...“KALLAA”
INNAL-INSAANA LAYATHGHO AN ROAAHUS TAGHNA...”.
Manusia kalau keadaan kaya. Istilah umum istilah
khusus kalau merasa kaya senantiasa berlacu berlarut larut !. ini sudah
maklum!.
Kalau itu tidak heran ada hadits
Rosulullooh SAW yang menerangkan bahwa orang fakir masuk syurga lebih dahulu
dari pada orang-orang kaya 500 tahun lebih dahulu ini maksud dawuh ini ya soal
lahiriyah soal materi tapi yang dimaksud dengan Fakir yaitu fakir yang sabar
dan ridlo.
Ada lagi anu, tafsiran dari hadist ini
أَكْثَرَ أَهْلِ
الْجَنَّةِ اْلفُقَرَآءِ {أوكما قال}
Sebahagian besar penghuni surga adalah fuqorok
orang-orang miskin, melarat, melarat dari amal, dari ibadah. Coba kita lihat
bangsa Indonesia
90% umat Islam pengakuannya. Tapi yang beramal yang konsekwen hanya berapa
persen!. sekalipun dihukum di neraka terlebih dahulu, tapi akhirnya dimasukkan
surga juga. Lha yang kaya akan amal-amal ibadah bagaimana?. Mereka jadi raja di
akhirat!. lebih-lebih amal batiniyah disamping amal lahiriyah!.
Nuwun
sewu para hadirin-hadirot, jika saudara ungguh-sungguh LILLAH BILLLAH LIRROSUL
BIRROSUL pasti jadi raja nanti di akhirat!
LILLAH BILLLAH LIRROSUL BIRROSUL !. Tapi jika kita
merasa LILLAH BILLLAH, berarti
kita belum LILLAH BILLLAH, masih merasa LILLAH BILLLAH.
Ya
mudah-mudahan para hadirin-hadirot, pengajian pagi hari ini membawa manfaat
maslahah dan kemajuan yang sebanyak-banyaknya maaf kiranya cukup sekian
pengajian ini dan, mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada hadirin-hadirot.
Sekali lagi mudah-mudahan pengajian pagi hari ini dikaruniai manfaat yang
sebanyak-banyaknya. Sebab akhir-akhir ini para hadirin-hadirot, banyak sekali
atau sebagian besar ilmu tidak bermanfaat. Sebagian besar, zaman akhir ini
ilmunya tidak bermanfaat. Tahu itu buruk, itu jelek dan ini baik. Tapi yang
dikerjakan yang buruk. Ini berarti ilmunya tidak manfaat. Mari kita doki diri
kita sendiri para hadirin-hadirot. Tahu yang itu buruk yang ini baik tapi yang
dipilih justru yang buruk. Sebagian besar umat manusia begitu para
hadirin-hadirot !. Bahkan kita sendiripun terutama… mari kita aku para
hadirin-hadirot. Mari kita prihatin. Terutama mari kita kaui hal-hal seperti
itu.
Pengajian
cukup sekian, mudah-mudahan diberi manfaat yang sebanyak-banyaknya !. Amin,
amin, amin. Waktu dan tempat dipersilahkan kepada beliau dari pusat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar