ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
لاَ تَتَعَدِّى نِيَةُ هِمَتِكَ إِلَى غَيْرِهِ
بِأَنْ تَتَوَجَهَ إِلَى غَيْرِهِ لِتَحْصِيْلِ حَاجَتِكَ بَلْ أُطْلُبْ حَوَائِجَكَ مِنْهُ
Jangan sekali-kali niatmu, himmahmu atau maksudmu engkau tujukan kepada selain TUHAN, menjagakan kepada selain TUHAN, artinya orang lain, atau dirinya sendiri, usahannya, kekayaannya, sawahnya, pasarnya, perusahannya, ilmunya, keahliannya dan sebagainya dan sebagainya, jangan sekalli-kali engkau jadikan pegangan!. Sebab apa saja selain TUHAN itu tidak bisa dibuat pegangan, tidak bisa dijagakan,. Sekalipun wujudnya kelihatannya bisa, bisa menjagakan sawahnya, pasarnya, usahanya dan lain-lain sebagainya itu, tetapi sesungguhnya kesemuanya itu tergantung pada Alloh SWT. Jadi dalam segi hakikot kita tidak boleh menjagakan selain Tuhan. Tidak boleh menuju selain Tuhan. Sebab, ya itu tadi, tidak semestinya dan apa saja selain Tuhan itu sesungguhnya tergantung pada Tuhan. Dibuat berhasil ya berhasil, dibuat hancur ya hancur, tidak ya tidak.
Itu tadi dalam bidang haqiqot harus begitu perasaan kita adapun dalam bidang syariat kita harus usaha, harus ikhtiar begini begitu, dan harus ada perhitungen dan sebagainya dam sebagainya.
التَّدْبِيْرُ نِصْفُ الْمَعِيْشَةِ
وَطَلَبَكَ لِغَيْرِهِ لِقِلَةِ حَيَائِكَ مِنْهُ
Dan permohonan mu (soal apa saja) barang selainnya Tuhan, soal materi, soal jabatan, soal kenaikan pangkat, soal mukasyafah dan lain-lain, itu menunjukkan bahwa engkau tidak kenal malu kepada Tuhan. kamu memohon soal-soal selain Tuhan, itu namanya kamu tidak kenal malu. kalau orang punya perasaan malu, otomatis tidak mau memohon, lebih-lebih soal materi. Lebih-lebih soal-soal yang hanya untuk kepuasan nafsunya. Sedangkan soal akhirot sekalipun, sekalipun, soal khusnul khotimah sekalipun, kalau sungguh-sungguh punya rasa malu, tidak berani. Tapi yaitu tadi, ini apa bila tidak di dasari LILLAH BILLAH. Tapi kalau di dasari LILLAH BILLAH dan Taqdimul Aham Fal Aham, yukti kulla Dzii haqqin haqqoh, Yah ! Malah seharusnya !.
وَطَلَبَكَ مِنْ غَيْرِهِ لِوُجُو دِ بُعَدِكَ عَنْهُ
Dan memohonmu kepada selain Tuhan, itu menunjukkan bahwa engkau jauh dari Tuhan. Andai engkau merasa dengan Tuhan yang Maha Memberi, Maha Mengetahui, Maha Kaya, Maha ... Serba Maha, pasti engkau tidak mau tidak berani memohon kepada selain Tuhan !.
بِأَنْ تَوَ جَهَتْ إِلَي بَعْضِ النَّاسِ
Seperti misalnya engkau meminta atau mengarahkan harapan atau menjagakan kepada sesama manusia. Minta bantuan atau pertolongan kepada kawanya, atau menjagakan kawannya, atau membanggakan kemampuanya, menjagakan pasarnya, menjagakan sawahnya, menjagakan perusahaanya dan lain lain sebagainya, Kalau orang benar-benar dekat dengan Tuhan, tidak berani. Tapi ya itu tadi, itu semua jika tidak di dasari LILLAH BILLAH. Kalau di dasari LILLAH BILLAH ya, seperti di muka tadi. Pokoknya luar dalam harus LILLAH BILLAH disamping yukti kulla dzii haqqin haqqoh dan Taqdimul Aham Fal Aham. Dan tidak “isrof” keterlaluan otomatis kalau keterlaluan lalu mengganggu hak masing-masing atau mengurangi taqdimul aham. Atau ya, keadaan
“keterIaluan” itu sendiri sudah menyalahi.
إِذْ لَوْ كُنْتَ قَرِيْبًا مِنْهُ لَكَانَ غَيْرِهِ بَعِيْدًا عَنْكَ وَلَوْ كُنْتَ مُشَاهِدًا لِقُرْبِهِ مِنْكَ لأَكْتَفِِيَتْ بِهِ عَنْ سَائِرِ خَلْقِهِ
Karena jika engkau dekat kepada Alloh otomatis jauh dari selain Alloh atau mahluk. Kalau jauh dari Alloh otomatis dekat kepada makhluqk pokoknya kalau tidak LILLAH BILLAH pasti LINNAFSII BINNAFSI. Tidak bisa di tawar lagi.
Para hadirin-hadirot, kita perlu adanya koreksi kepada pribadi kita masing-masing sudah tepat atau belum mari kita koreksi. Mari kita tepatkan kalau belum tepat!.
فَاالطَّلَبُ كُلُهُ مِنَ الْمُرْتَدِيْنَ مَعْلُوْلٌ سَوَآءٌ كَانَ مُتَعَلِقًا بِالْحَقِّ إِلَّّا مَاكَانَ عَلَي وَجْهِ التَّعَبُدِ وَالتَّأَدُّبِ وَاِتْبَا ع ِاْلأَمْرِ وَاظْهَارَ الفَاقَةِ
Pokoknya, segala permohonan atau permintaan baik kepada Alloh atau kepada makhluk (bagi si murid), semuanya terkecam, Terkecuali yang berdasarkan ubudiah, LILLAH adab juga. LILLAH, menurut perintah juga LILLAH. Pokoknya kecuali, yang berdasarkan LILLAH! dan LILLAH itupun masih harus disertai yukti kulla zii haqqin haqqoh dan Taqdimul Aham Fal Aham!
اَمَا الْعَارِفُوْنَ فَلاَ يَرَوْ نَ غَيْرَ اللهِ تَعَالىَ فَطَلَبُهُمْ لَيْسَ مِنْ الْمَخْلُوْقِ فِي الْحَقِيْقَةِ وَإِنْ كَانَ مِنْهُ بِحَسَبِ الظَّاهِرِ
Orang yang 'arifuun orang yang sadar kepada Alloh, mereka tidak melihat selain Alloh. Oleh karena itu permohonannya, permintaannya atau yang dijagakan sesungguhnya hanya kepada Alloh SWT. Sekalipun lahimya minta pada kawannya, minta bantuan moril atau materiil, tapi sesungguhnya kepada Alloh SWT arahnya. Lha!, para hadirin-hadirot, sudah begitu atau belum? Mari kita koreksi! Kalau belum seperti itu
AL - FATIHAH …MUJAHADAH !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar