AJARAN WAHIDIYAH

LILLAH Artinya : segala perbuatan apa saja lahir maupun batin, baik yang berhububungan dengan langsung kepada Alloh wa Rosulihi SAW maupun berhubungan dengan sesama makhluq, baik kedudukan hukumnya wajib, sunnah, atau mubah, asal bukan perbuatanyang merugikan yang tidak di ridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakanya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada Alloh dengn ikhlas tanpa pamrih ! LILLAH TA’ALA baik pamri ukhrowi, lebih – lebih pamri duniawi

BILLAH : merasa dan menyadari bahwa segalanya termasuk gerak gerik kita, lahir batin, tenaga, pikiran dll adalah ciptaan ALLOH MAHA PENCIPTA !. yakni ''laa haula walaa quwwata illaa billaah '' tiada daya kekuatan melainkan karena Alloh SWT.

LIRROSUL Di samping niat Lillah seperti di muka, supaya juga di sertai dengan niat LIRROSUL, yaitu niat mengikuti tuntunan Rosulullooh SAW

BIRROSUL Penerapannya seperti BILLAH keterangan di muka, akan tetapi tidak mutlak. Dan menyeluruh seperti BILLAH, melainkan terbatas dalam soal – soal yang tidak dilarang oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Jadi dalam segala hal apapun, segala gerak – gerik kita lahir batin, asal bukan hal yang dilarang, oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Disamping sadar Billah kita supaya merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa dari Rosulullooh SAW ( BIRROSUL )

YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH

Memenuhi segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa menuntut hak .mengutamakan kewajiban dari pada menuntut hak .contoh ;suami harus memenuhi kewajibannya terhadap sang isteri ,tanpa menuntut haknya dari sang isteri .dan isteri harus memenuhi kewajibannya terhadap suami,tanpa menuntut haknya dari sang suami .anak harus memenuhi kewajibannya kepada orang tua , tanpa menuntut haknya dari orang tua .dan orang tua supaya memenuhi kewaqjibannya terhadap anak, tanpa menuntut haknya dari si anak .dan sebagainya .sudah barang tentu jika kewajiban di penuhi dengan baik, maka apa yang menjadi haknya akan datang dengan sendirinya tanpa di minta .

TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFAH’ FAL ANFA’

Mendahulukan yang paling penting , kemudian yang paling besar manfaatnya . jika ada dua macam kewajiban atau lebih dalam waktu yang bersamaan dimana kita tidak mungkin dapat mengerjakannya ,bersama sama ,maka harus kita pilih yang paling aham ,paling penting kita kerjakan lebih dahulu . jika sama sama pentingnya ,kita ,pilih yang lebih besar manfaatnya

Sabtu, 15 Desember 2012

kuliah wahidiyah bab 3 tentang sholawat


BAB III
SHOLAWAT


A.  DASAR DAN HUKUMNYA MEMBACA SHOLAWAT

Dasar mengamalkan atau membaca Sholawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad shollallohi 'alaihi wasallam adalah firman Alloh dalam Surat Ahzab Ayat 56 :

اِنَّ الله َ وَمَلََئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
 (٢٣-الاحزاب: ۵٦)
Artinya kurang lebih :
"Sesungguhnya Alloh dan para Malaikat-NYA membaca sholawat kepada Nabi (SAW); wahai orang-orang yang beriman bacalah sholawat dan sampaikan   salam   sebaik-baiknya   kepada-Nya (Nabi SAW)."

Sholawat dari Alloh SWT kepada Kanjeng Nabi SAW berupa penambahan rohmat dan kemulyaan (rohmat ta’dhim), sedangkan yang kepada selainnya Kanjeng Nabi SAW berupa rohmat dan maghfiroh (kasih sayang dan ampunan).
Adapun sholawatnya para Malaikah yang kepada Kanjeng Nabi SAW berupa permohonan rohmat dan kemulyaan kepada Alloh bagi Kanjeng Nabi SAW, dan yang kepada selain Kanjeng Nabi SAW berupa permohonan rohmat dan maghfiroh.
Mengenai kedudukan hukumnya membaca sholawat, ada beberapa pendapat dari para Ulama. Ada yang mengatakan wajib bil ijmal, ada yang mengatakan wajib satu kali semasa hidup, dan ada yang berpendapat sunnah. Pendapat yang paling masyhur adalah sunnah muakkad. Akan tetapi membaca sholawat pada tahiyyat akhir dari sembahyang hukumnya wajib oleh karena sudah menjadi rukun dari pada sholat.
Bagi kita para Pengamal Sholawat Wahidiyah dan pada umumnya kita kaum mukminin dan kaum muslimin, di samping memperhatikan pendapat para Ulama tentang kedudukan hukumnya membaca sholawat seperti di atas, yang lebih penting lagi adalah menyadari dengan konsekwen bahwa membaca sholawat kepada Nabi SAW merupakan kewajiban moral dan keharusan budi nurani tiap-tiap manusia lebih-lebih kita kaum mukminin. Sebab, pertama kita diperintah membaca sholawat seperti pada Ayat tersebut di atas. Kedua, kita semua berhutang budi kepada Kanjeng Nabi SAW yang tidak terhitung banyak dan besarnya, dhohiron wa bathinan syar'an wa haqiqotan. Ketiga, faedah dan manfaat membaca sholawat kembali kepada yang membaca.
Malah di samping si pembaca sendiri, keluarganya, masyarakatnya dan bahkan makhluq-makhluq lain ikut merasakan manfaat dan barokahnya bacaan sholawat. Manfaat dan barokah yang luas sekali, baik untuk kepentingan di dunia maupun untuk kepentingan di akhirot. Manfaat lahir dan man­faat batin, manfaat materiil dan manfaat spiritual. Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad SAW sendiri tidak berkepentingan tidak gantung kepada bacaan sholawat para ummat. Adanya perintah mem­baca solawat, justru manfaatnya kembali kepada ummat, untuk mengangkat derajat para ummat, untuk meningkatkan iman, taqwa dan mahabbah para ummat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW.

B.  FAEDAH DAN MANFAAT MEMBACA SHOLAWAT

Ada banyak sekali sabda Hadits Rosululloh SAW menerangkan fadilah keutamaan dan manfaatnya membaca sholawat. Juga banyak Hadits yang memberi peringatan dan bahkan kecaman terhadap mereka yang lengah kurang perhatian terhadap membaca sholawat. Hadits-hadits tersebut antara lain seperti di bawah ini.

(١).قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ :  مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ عَشْرًا وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ عَشْرًا صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ مِائَةَ وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِائَةً كَتَبَ الله ُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ بَرَآءَةً مِنَ النِّفَاقِ وَبَرَآءَةً مِنَ النَّارِ وَاَسْكَنَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الشُّهَدَآءِ. (رواه الطبرانى عن انس بن مالك)
1).        Bersabda Rosululloh SAW :
"Barang siapa membaca sholawat kepada-Ku satu kali, maka Alloh membalas sholawat kepadanya sepuluh kali; dan barang siapa membaca sholawat kepada-Ku sepuluh kali, maka Alloh membalas sholawat kepadanya seratus kali; dan barang siapa membaca sholawat kepada-Ku seratus kali, maka Alloh menulis pada antara kedua matanya: "bebas dari munafik dan bebas dari neraka", dan Alloh menempatkannya besok pada Yaumul Qiyamah bersama-sama dengan para Syuuhada’". (Riwayat Thabroni dari Anas bin Malik).

Betapa besarnya keuntungan yang dapat diperoleh dengan mem­baca sholawat kepada Nabi SAW !. Satu kali, dibalas sepuluh kali; se­puluh kali, dibalas seratus kali; dan seratus kali membaca sholawat dicatat dan dijamin bebas dari munafik dan bebas dari neraka, di samping digolongkan dengan para Syuhada’. Bahkan lebih dari pada itu. Sholawat dari Alloh bagi para hamba-NYA jauh lebih berharga, tidak dapat diperbandingkan dengan bacaan sholawat para hamba-NYA.
''Munafik" adalah penyakit mental yang sudah menjadi wabah masyarakat (mental epidemi). Jika tidak segera diadakan penanggulangan dan pengobatan pasti akan membawa kehancuran dan kesengsaraan ummat manusia. Sebab didalam sifat munafik itu tersimpan "nuklir jahat" yang sangat besar potensialnya dan paling dahsyat akibat kehancurannya. Lebih dahsyat dari pada bom nuklir di Hirosima. Energi poten­sialnya yang jahat itu tidak hanya bisa menghancurkan satu kota atau satu negara, tetapi bahkan mampu menghancurkan dunia seisinya !„ Firman Alloh :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبِرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ. (٣٠ - الروم : ٤١)

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan  tangan  manusia,  supaya Alloh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar). (30-AR-Rum: 41)

Yakin akan kebenaran sabda Hadits di atas, kita sebagai orang mukmin seharusnya berani dengan konsekwen menjadikan bacaan sholawat kepada Nabi SAW sebagai "resep obat penyakit munafik" yang bersarang di dalam hati kita masing-masing !. Kita dan keluarga kita !. Bahkan bagi kita dan bagi ummat masyarakat!.


(٢).قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اَجَلْ اَتَانِيْ اتٍ مِنْ رَبِّيْ فَقَالَ: مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مِنْ اُمَّتِكَ صَلاَةً كَتَبَ الله ُ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَانَتٍ وَمَحَا عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ وَرَدَّ عَلَيْهِ مِشْلَهَا. (رواه الامام احمد)

2).        Bersabda Rosululloh SAW :
“Ya benar, telah datang kepada-Ku seorang pendatang dari Tuhan-Ku kemudian berkata: "barang siapa diantara ummat-Mu membaca sholawat kepada-Mu suatu sholawat, maka sebab baca­an sholawat tadi Alloh menuliskan baginya sepuluh kebaikan, dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan, dan Alloh membalas sholawat kepadanya sepadan dengan sholawat yang ia baca" (Hadits riwayat Imam Ahmad).

Dengan Hadits no. (2) itu seharusnya lebih mantap perhatian kita terhadap membaca sholawat kepada Nabi SAW. Di situ disebutkan se­bagai amal kebagusan, sebagai penghapus keburukan dan sebagai pengangkat derajat si pembaca sholawat. Derajat di sisi dan menurut pandangan Alloh.

(٣).قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اِنَّ اَوْلَى النَّاسِ بِيْ يَوْمَ الّقِيَامَةِ اَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلاَةً (رواه الترمذى عن ابن مسعود حديث حسن)

3).        Bersabda Rosululloh SAW :
"Sesungguhnya paling utamanya manusia di sisi-Ku besok pada Hari Kiamat ialah mereka yang paling banyak membacanya sholawat kepada-Ku". (Hadits Hasan riwayat Tirmudzi dari Ibnu Mas'ud).

Setiap ummat Muhammad SAW tentu ingin dirinya berada dekat dengan Rosululloh SAW lebih-lebih besok pada Yaumul Qiyaamah. Adakah kita sudah konsekwen dengan keinginan itu ?. Artinya lalu usaha bagaimana agar supaya kita berada dekat dengan Rosululloh SAW?. Marilah kita perhatikan sabda Hadits di bawah ini!.

(٤).قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اَكْثَرُكُمْ عَلَيَّ صَلاَةً اَقْرَبُكُمْ مِنىِّ غَدًا (ذكره صاحب الدر المنظم. سعادة الدارين: ۵۸)
4).        Bersabda Rosululloh SAW :
"Yang paling banyak di antara kamu sekalian membaca sholawat kepada-Ku, dialah paling dekat dengan Aku besok di Hari Kiamat" (Dari kitab Sa aadatud-Daaroini hal 58).

Sekalipun hadits tersebut menggunakan kalam khobar, akan tetapi tekanannya adalah kalam insyak yang memberi jaminan atau garansi.

(۵).قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : صَلُّوْا عَلَيَّ فَاِنَّ الصَّلاَةَ عَلَيَّ كَفَّارَةٌ لَكُمْ وَزَكَاةٌ وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ مَرَّةً صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ عَشْرًا. (رواه ابن ابى عاصم عن انس بن مالك)

5).        Bersabda Rosululloh SAW :
"Bacalah kamu sekalian sholawat kepada-Ku, maka sesungguhnya bacaan sholawat kepada-Ku itu menjadi penebus dosa dan pembersih bagi kamu sekalian dan barang siapa membaca sholawat kepada-Ku satu kali, Alloh memberi sholawat kepadanya sepuluh kali. " (Riwayat Ibnu Abi 'Ashim dari Anas bin Malik).



Dari hadits tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca sholawat kepada Nabi SAW berfungsi istighfar dan memperoleh jaminan maghfiroh dari Alloh SWT.

(٦).قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ فَاِنَّ صَلاَتَكُمْ عَلَيَّ مَغْفِرَةٌ لِذُنُوْبِكُمْ وَاطْلُبُوْالِيَ الْوَسِيْلَةَ. الحديث (رواه ابن عساكر عن على كرم الله وجهه)

6).        Bersabda Rosululloh SAW :
"Perbanyaklah membaca sholawat kepada-Ku; maka sesungguh-nya bacaan sholawat kamu sekalian itu merupakan maghfiroh atas dosa-dosa kamu sekalian, dan carilah wasilah kepada-Ku ... (Hadits riwayat Ibnu 'Asakir dari AH karromallohu unjbahu).

(۷).قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ :  َصلاَ تُكُمْ عَلَيَّ مَحْرَزَةٌ لِدُعَآئِكُمْ وَمَرْضَاةٌ لِرَبِّكُمْ وَزَكَاةٌ ِلاَعْمَالِكُمْ. (ذكره الديلمى على كرم الله وجه)

7).        Bersabda Rosululloh SAW :

"Sholawat kamu sekalian kepada-Ku itu merupakan pengawal bagi doa kamu sekalian dan memperoleh keridhoan Tuhan-mu, dan merupakan pembersih amal-amal kamu sekalian." (Riwayat Dailami dari Sayyidina 'AH karromallohu wajbah).

(۸).قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اَلدُّعَآءُ كُلُّهُ مَحْجُوْبٌ حَتَّى يَكُوْنَ اَوَّلَه ثَنَاءٌ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَصَلاَةٌ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ ثُمَّ يَدْعُوْ فَيُسْتَجَابُ لِدُعَآئِهِ (رواه النسائى)

8).        Bersabda Rosululloh SAW :
"Doa segala macamnya itu terhijab (terhalang/tertutup), sehingga permulaannya doa berupa pujian kepada Alloh 'Azzawa Jalla dan sholawat kepada Nabi SAW kemudian doa maka doa itu diijabahi". (Riwayat Imam Nasaai).

Dari hadits tersebut jelas bahwa sholawat kepada Nabi SAW merupakan "kunci pembuka pintu hijabnya" doa hamba kepada Alloh dan menjadi jaminan terkabulkannya sesuatu doa. Dengan kata lain doa kepada Alloh SWT yang tidak disertai atau yang tidak mengandung sholawat Nabi SAW tidak bisa sampai kepada Alloh. Jangankan dikabulkan.

(۹).قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِى كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ قَضَى الله ُ لَهُ مِائَةَ حَاجَةٍ سَبْعِيْنَ مِنْهَا ِلأَخِرَتِهِ وَثَلاَثِيْنَ مِنْهَا لِدُنْيَاهُ (اخرجه ابن منده عن جابر)

9).        Bersabda Rosululloh SAW :
"Barang siapa membaca sholawat kepada-Ku tiap hari seratus ka­li, maka Alloh mendatangkan baginya seratus macam hajat kebutuhannya; yang 70 macam untuk kepentingannya diakhirat, dan yang 30 macam untuk kepentingannya di dunia". (Dikeluarkan oleh Ibnu Mundih dan Jabir RA).

Sudah barang tentu kita tidak boleh menyalahgunakan hadits tersebut dengan menganggap cukup memperbanyak membaca sholawat saja dan tidak usaha atau ikhtiar soal-soal yang kita diwajibkan usaha atau ikhtiar !. Sama sekali tidak boleh !. Suu-ul adab dan beriktikat buruk !. Iktikat buruk kepada Alloh wa Rosuulihi SAW !, Kita diwajib­kan usaha dan bekerja melaksanakan bidang-bidang yang menjadi tugas kewajiban kita dengan setepat mungkin dan sesempurna-sempurnanya !. Istilah di dalam Wahidiyah harus "YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQOH"!.
Atas dasar Hadits tersebut itulah antara lain di dalam pengamalan Sholawat Wahidiyah 40 hari ada bagian sholawat yang harus dibaca 100 kali yaitu sholawat yang pertama "ALLOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD . . .". Dengan demikian tidak perlu diragukan bahwa banyak persoalan-persoalan problema hidup dan bermacam-macam hajat/kepentingan dikaruniai jalan keluar setelah mengamalkan Sholawat Wahi­diyah selama 40 hari. Alhamdu Lillah !.

(١٠).قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِى كُلِّ يَوْمٍ اَلْفَ مَرَّةٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَـنَّةِ (عن انس بن مالك)  

10).      Bersabda Rosululloh SAW :
"Barang siapa membaca sholawat kepada-Ku tiap hari seribu kali, dia tidak akan mati sehingga dia melihat tempatnya di surga'". (Dari Anas bin Malik).

Juga kita tidak boleh menyalahgunakan hadits nomor (10) ini !. Akan terapi kita harus yakin kebenaran hadits tersebut dan seharusnya usaha merealisir keyakinan kita kita demi meningkatkan iman dan taqwa serta mahabbah kita kepada Alloh wa Rosuulihi SAW !.


C.      KECAMAN TERHADAP ORANG YANG TIDAK MAU MEMBACA SHOLAWAT.

(۱۱). قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ فَذَاكَ اَبْخَلُ النَّاسِ (رواه ابن عاصم عن ابي ذر الغفار).

11).      Bersabda Rosululloh SAW :
"Barang siapa (mendengar) Aku disebut di dekatnya dan tidak membaca sholawat kepada-Ku, maka dia itulah sebakhil-bakhil manusia ". (Riwayat Ibnu Abi 'Asbim dart Abi Dzarrin Al Ghiffari).

(۱٢). قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : لاَيَرَى وَجْهِي ثَلاَثَةُ اَنْفُسٍ الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَتَارِكُ سُنَّتِي وَمَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ اِذَا ذُكِرْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ.(ذكره في القول البديع عن عائشة رضي الله عنها, مرفوع)

12).      Bersabda Rosululloh SAW :
"Tidak akan bisa melihat wajah-Ku tiga macam orang. Satu, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, nomor dua orang yang meninggalkan (tidak mengerjakan) Sunnah-Ku, dan ketiga orang yang tidak membaca sholawat kepada-Ku ketika (mendengar) Aku disebut di dekatnya'", (Hadits marfu' dari 'Aisyah rodiyallohu ‘anha).

Maka dari itu setiap kita mendengar nama Kanjeng Nabi Muhammad atau sebutan Rosululloh SAW. atau sebutan lain maksudnya adalah Kanjeng Nabi SAW, kita supaya selalu membaca sholawat. Begitu juga seharusnya ketika kita membaca atau menulis !. Pada umumnya sholawat yang kita baca pada saat-saat seperti itu adalah sholawat yang pendek atau singkat, misalnya :

اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيهْ : صَلَّى الله ُ عَلَى مُحَمَّدْ : صَلَّى الله ُ عَلَيهْ وَسَلَّمْ
Al Mukarrom Romo K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sho­lawat Wahidiyah senantiasa menganjurkan supaya memperbanyak membaca “YAA SAYY1DII YAA ROSUULALLOH" dimanapun kita berada !. Dibaca lisan atau secara sirri dalam batin. Melihat situasi dan kondisi !.
Dengan memperbanyak membaca "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH", Alhamdu Lillah bertambah banyak ingat kita kepada Rosululloh SAW, dan dengan demikian makin bertambah pula ingat kita kepada Alloh SWT. Ingat kepada Utusan, spontan membawa ingat kepada yang mengutus.

(۱٣). قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ :  مَنْ ذُكِرْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ فَلَيْسَ مِنِّي وَ َلآ اَنَامِنْهُ . ثُمَّ قَالَ قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اَللَّهُمَّ صِلْ مَنْ وَصَلَنِي وَاقْطَعْ مَنْ لَمْ يَصِلْنِي.
(عن أنس بن مالك).
13).      Bersabda Rosululloh SAW :
"Barang siapa (mendengar) Aku disebut didekatnya dan tidak membaca sholawat kepada-Ku, maka dia bukan dari golongan-Ku, dan Akupun bukan dari golongan dia. Kemudian Rosululloh SAW melanjutkan sabdanya (dalam bentuk doa) : 'Yaa Alloh, pertemukanlah orang yang suka berhubungan dengan Aku, dan putuskanlah (hubungan) orang yang tidak mau berhubungan dengan Aku ". (Diriwayatkan dari Anas bin Malik).

Marilah sabda Hadits-Hadits tersebut di atas kita jadikan untuk mengoreksi pribadi kita masing-masing sampai seberapa dekat hubungan kita dengan Rosululloh SAW !.

(۱٤). قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَئِكَةُ تَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ مَا دَامَ اِسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ. (رواه الطبراني عن ابي هريرة).

14).      Bersabda Rosululloh SAW :
"Barang  siapa   bersholawat   (menuliskan  sholawat)  kepada-Ku di dalam suatu kitab, maka para Malaikat tiada henti-hentinya memohonkan ampunan baginya selama nama-Ku masih berada di dalam kitab tersebut”. (Riwayat Thobroni dari Abi Huroiroh).

(۱۵). قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : زَيِّنُوْا مَجَالِسَكُمْ بِالصَّلاَةِ عَلَيَّ فَاِنَّ صَلاَتَكُمْ
عَلَيَّ نُوْرٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (عن انس بن مالك).

15).      Bersabda Rosululloh SAW :
"Hiasilah ruangan tempat pertemuanmu dengan bacaan sholawat kepada-Ku, Maka sesungguhnya bacaan sholawat kamu sekalian kepada-Ku itu menjadi "NUR" di Hari Kiamat". (Diriwayatkan dari Anas bin Malik).

Demikian Hadits-Hadits dan masih banyak lagi lainnya yang menerangkan fadilah, manfaat dan kebaikan membaca sholawat, yang segala manfaat itu kembali kepada dan dirasakan oleh si pembaca sho­lawat, berguna bagi keluarga dan bagi tetangganya, bagi masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan bagi makhluq pada umumnya. Manfaat dalam urusan agama, dalam kepentingan dunia dan kepentingan di akhirot. Manfaat lahiriyah dan manfaat batiniyah. Yang demikian itu harus kita sadari betapa agungnya fadlol dan rahmat kasih sayang Alloh SWT kepada kita manusia hamba-NYA, yang dilewatkan Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam. Rahmat bagi  seluruh  ummat  manusia,  bahkan rahmat bagi  seluruh  alamin.
Firman Alloh :
وَمَآ اَرْسَلْنَاكَ اِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ. (٢۱ – الانبياء : ۱٠۷).
Artinya kurang lebih :
“Dan tiada AKU mengutus Engkau (Muhammad SAW), melainkan sebagai rahmat kasih sayang bagi seluruh alami". (21-Al-Anbiyaa’ : 107).

Betapa luhur dan agungnya derajat dan kemuliaan Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam di sisi Alloh !. Priyagung satu-satunya di dunia yang memegang hak wewenang memberi syafa'at pertolongan baik di dunia lebih-lebih di akhirat kelak. Pemimpin Dunia yang menyelamatkan manusia dari kesengsaraan dan kehancuran, yang mengangkat kita dari jurang kehinaan, yang membawa dan menuntun kita melalui jalan keselamatan menuju kota kebahagiaan, yang melindungi kita dari angkara murkanya perselisihan dan permusuhan.
Beliau shollallohu 'alaihi wasallam telah mengorbankan kehidupan pribadi dan keluarga-Nya serta Sahabat-Sahabat-Nya demi untuk ke­selamatan dan kebahagiaan ummat, kebahagiaan lahir batin, materiil dan spiritual, di dunia dan di akhirot. Walhasil kita tidak mampu menyusun kata-kata untuk menguraikan betapa agung dan luhurnya budi dan jasa Beliau shollallohu 'alaihi wasallam kepada kita para ummat, bahkan kepada sekalian makhluq pada umumnya. Jasa dan budi nurani yang meliputi jasadan wa ruuhan, syar'an wa haqiiqotan !. Tinggal sampai sejauh mana tanggapan kita para ummat !. Inilah yang harus senantiasa kita renungkan !.



D.      MEMBACA SHOLAWAT PADA HARI JUM'AT.

Membaca sholawat pada hari Jum'at, siang maupun malamnya, sholawat itu langsung diterima oleh Rosululloh SAW sendiri.
Betapa indah dan bahagia kita sebagai ummat bahwa sholawat yang kita unjukkan kepada Rosululloh SAW yang Kekasih dan Utusan Alloh SWT itu diterima langsung oleh tangan Beliau SAW sendiri !.
Kita bayangkan seandainya kita menyampaikan sesuatu hadiah atau penghormatan kepada Presiden misalnya, hadiah itu diterima langsung oleh tangan Presiden sendiri, bukankah ini suatu kehormatan dan kegembiraan dan suatu kenang-kenangan yang mengesankan ?. Itu baru kepada Presiden suatu negara di dunia. Pada hal Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosululloh SAW adalah Presidennya jagad, Pemimpin di dunia dan Pemimpin serta Pembela di akhirat !. Seharusnya jauh lebih gembira, jauh lebih terkesan, jauh lebih terpesona kemudian lebih berterima kasih dan lebih bersyukur !.
Mari kita koreksi diri kita masing-masing, bagaimana adab kita terutama adab batin kita ketika membaca sholawat, lebih-lebih pada hari Jum'at !. Sudahkan kita menyesuaikan diri seperti benar-benar berada dihadapan Rosululloh SAW ketika membaca sholawat ?. Ataukah malah sebaliknya, hanya asal baca dan tidak ingat kepada Rosuululloh SAW pada hal sholawat yang kita baca itu diterima oleh Rosuululloh SAW?.
AL FAATIHAH !   BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM ..............

(۱٦). قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَيَّ فِي كُلِّ يَوْمِ جُمْعَةٍ فَاِنَّ صَلاَةَ اُمَّتِي تُعْرَضُ عَلَيَّ فِي كُلِّ يَوْمِ جُمْعَةٍ. (رواه البيهقي بسند حسن عن ابي امامة).
16).      Bersabda Rosululloh SAW :
"Perbanyaklah   membaca   sholawat kepada-Ku pada  tiap hari Jum'at,   maka sesungguhnya bacaan  sholawat  ummat-Ku pada tiap hari Jum'at itu diperlihatkan kepada-Ku".(Diriwayatkan oleh Baibaqi dengan Sanad Hasan dart Abi Umaamah).

Ukuran banyak sedikitnya bacaan sholawat itu para Ulama Ahli Sholawat berbeda-beda pendapat. Ada yang mcnyebut bilangan 100, ada yang 313, ada yang 1.000 dan seterusnya. Hadrotul Mukarrom Muallif   Sholawat   Wahidiyah   menganjurkan   apabila   memperbanyak membaca sholawat supaya memilih bilangan ganjil. Misalnya 7, 11, 17, 41, 100, 313, 1000, 5000, 11000 dan seterusnya.

(۱۷). قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ فَاِنَّهُ لَيْسَ اَحَدٌ يُصَلِّيْ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمْعَةِ اِلاَّ عُرِضَتْ عَلَيَّ صَلاَتُهُ. (رواه الحاكم وغيره عن ابن مسعود).
17).      Bersabda Rosululloh SAW :
"Perbanyaklah    membaca   sholawat   kepada-Ku    tiap-tiap   hari Jum'at.  Maka  sesungguhnya  tidak seorangpun yang membaca sholawat kepada-Ku pada hari Jum'at melainkan diperlihatkan kepada-Ku sholawat yang ia baca". (Diriwayatkan oleh Al Hakim dan lainnya dari Ibnu Mas'ud).

Adapun membaca sholawat di hari-hari selain hari Jum'at, sholawat tersebut disampaikan kepada Rosululloh SAW oleh Malaikat yang bertugas khusus untuk itu. Akan tetapi apabila membacanya dengan penuh adab, sungguh-sungguh ta'dhim mahabbah dan syauq atau rindu yang mendalam, sekalipun di luar hari Jum'at, sholawat tersebut diterima secara langsung oleh Rosululloh SAW. Di sinilah perlunya kita harus beradab yang sebaik-baiknya sewaktu membaca sholawat. Adab kepada Alloh SWT dan adab kepada Rosululloh SAW!.
(۱۸). قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اَذَا صَلَّيْتُمْ عَلَيَّ فَاَحْسِنُوْا الصَّلاَةَ فَإِنَّكُمْ لاَتَدْرُوْنَ لَعَلَّ ذَلِكَ تُعْرَضُ عَلَيَّ. ( عن ابن مسعود رضي الله عنه. ارشاد العباد  ٦٢ )
18).      Bersabda Rosululloh SAW :
"Ketika kamu sekalian membaca sholawat kepada-Ku, maka bagusilah bacaanmu sholawat itu. Sesungguhnya kamu sekalian tidak mengerti sekiranya hal tersebut diperlihatkan kepada-Ku ".
(Dari Ibnu Mas'ud - Irsyaadul 'Ibaad hal 62).

Hadrotul Mukarrom Romo K.H. Abdoel Madjid Ma’roef menganjurkan agar supaya menerapkan "ISTIHDLOR" di dalam kita membaca sholawat. Sholawat apa saja. Istihdlor artinya merasa seperti benar-benar berada dihadapan Rosululloh SAW. Ini termasuk adab membaca shola­wat di samping niat ikhlas LILLAH seperti sudah diterangkan di muka. Dengan istihdlor seperti itu dengan sendirinya hati kita dapat lebih tawadlu', tidak berani berkuak ke sana ke mari dan akan makin tertanam lebih mendalam rasa mahabbah cinta kepada Rosululloh SAW.

(۱۹). قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اَكْثِرُوْا الصَّلاَةَ عَلَيَّ فَاِنَّ الله َ وَكَّلَ بِي مَلَكًا عِنْدَ قَبْرِي فَاِذَا صَلَّى عَلَيَّ رَجُلٌ مِنْ اُمَّتِي قَالَ لِي ذَلِكَ : يَا مُحَمَّدْ ابْنٍ فُلاَنَ ابْنِ فُلاَنٍ صَلَّى عَلَيْكَ. (اخرجه الديلمي عن ابي بكر الصديق واخرجه النمير عن حماد الكوفي).
19).      Bersabda Rosululloh SAW :
"Perbanyaklah membaca sholawat kepada-Ku, Maka sesungguhnya Alloh menugaskan Malaikat bagi-Ku bertugas di kubur-Ku. Maka apabila seseorang dari ummat-Ku membaca sholawat kepada-Ku, Malaikat tadi berkata kepada-Ku; 'Yaa Muhammad, sesungguh­nya Fulan bin Fulan membaca sbolawat kepada-Mu".
(Dikeluarkan oleh Dailami dari Abu Bakar Siddiq dan oleh An-Namiri dari Hammad al Kufi).

Jadi nama-nama orang yang membaca sholawat dan nama-nama orang tuanya dilaporkan kepada Rosululloh SAW. Mari ini kita renungkan betapa barokahnya membaca sholawat !.
AL FAATIHAH !.  BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM..............

(٢٠). قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اِنَّ لِلّهِ مَلآئِكَةً سَيَّاحِيْنَ تُبَلِّغُنِي عَنْ اُمَّتِي الْسَّلاَمُ (رواه الامام احمد عن ابن مسعود وقال الحاكم صحيح الاسناد).
20).      Bersabda Rosululloh SAW :
"Sesungguhnya Alloh memiliki Malaikat-Malaikat yang bertebaran di angkasa yang tugasnya menyampaikan kepada-Ku salam dari ummat-Ku ".
(Riwayat Imam Ahmad dart Ibnu Mas'ud. Dan Al-Hakim berkata sanadnya shoheh).

(٢۱). قَالَ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اِنَّ لِلَّهِ مَلآئِكَةً يَسِيْحُوْنَ فِي اْلاَرْضِ تُبَلِّغُنِي صَلاَةَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِنْ اُمَّتِي. (اخرجه الدارقطني عن علي كرم الله وجهه).
21).      Bersabda Rosululloh SAW :
"Sesungguhnya Alloh memiliki Malaikat-Malaikat yang bertebaran di bumi yang tugasnya menyampaikan kepada-Ku sholawatnya orang dari ummat-Ku yang membaca sholawat kepada-Ku ". (Dikeluarkan oleh Daroquthni dari Sayyidina 'Alikarromallohu wajhah).

Setelah kita mengetahui sedikit tentang faedah dan manfaatnya membaca sholawat, dan mengerti kedudukan Beliau SAW di sisi Alloh serta fungsi dan peranan Beliau SAW: bagi para ummat, maka adalah menjadi kewajiban kita untuk lebih meningkatkan adab-adab kita terhadap Beliau SAW terutama sikap batin kita! Dan lebih-lebih ketika mem­baca sholawat!.
Di dalam Wahidiyah senantiasa diserukan agar supaya setiap kita membaca sholawat, sholawat apa saja, khususnya sholawat Wahidiyah, supaya dengan adab lahir batin sebaik-baiknya !. Antara lain yaitu niatnya harus betul-betul ikhlas beribadah kepada Alloh - LILLAH, tanpa pamrih suatu apapun, baik pamrih perkara akhirot, lebih-lebih pamrih perkara dunia !. Selanjutnya ta'dhim dan mahabbah, dan "istihdlor" merasa solah-olah seperti benar-benar berada di hadapan Rosululloh SAW!.
Masalah adab kepada Rosululloh SAW adalah hal yang sangat penting sekali untuk diperhatikan. Sekurang-kurangnya adab batin harus kita jaga !. Dengan melestarikan membaca "YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOH" kapan dan dimana saja ada kesempatan, dibaca lisan atau dalam batin melihat situasi, besar sekali manfaatnya bagi meningkatnya adab batin kita terhadap Rosululloh SAW, di samping manfaat-manfaat lain yang banyak sekali. Mari kita terapkan untuk diri kita masing-masing dan keluarga kita!. Bahkan oleh Hadrotul Mukarrom Muallif Sholawat Wahidiyah dianjurkan agar supaya disampaikan juga kepada orang lain, kepada masyarakat luas, di samping diamalkan sendiri!. Membaca shola­wat dan salam kepada Rosululloh SAW setiap keluar masuk rumah juga dianjurkan dengan kalimat:

الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِكَ يَا سَيِّدِي يَا رَسُوْلَ الله ْ
"AS-SHOLAATU WASSALAMU'ALAIKA WA 'ALAA AALIKA YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !".


E.     AQWAALUL 'ULAMA MENGENAI SHOLAWAT.

Banyak pandangan-pandangan dan pendapat para ‘Ulama mengenai sholawat. Ada yang diangkat dari qo'idah-qo'idah agamis dan ada pula yang berdasar atas keyakinan dan pengalaman dzauqiyyah dan dari hasil-hasil mukasyafah. Antara lain seperti di bawah ini.
(۱)٠ اَقْرَبُ الطُّرُقِ اِلَى اللهِ فِي اَخِرِ الزَّمَانِ خُصُوْصًا لِلْمُسْرِفِ كَثْرَةُ اْلاِسْتِغْفَارِ وَالصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ. (سعادة الدارين).
1.      "Jalan yang paling dekat (menuju) kepada Alloh pada akhir zaman khususnya bagi orang-orang yang berlarut-larut banyak dosa, adalah memperbanyak istighfar dan membaca sholawat kepada Nabi SAW".
(Dari kitab Sa'adatud-Daaroini)

(٢)٠ اِنَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ تُنَوِّرُ الْقُلُوْبَ وَتُوْصِلُ مِنْ غَيْرِ شَيْخٍ اِلَى عَلاَّمِ الْغُيُوْبِ.(سعادة الدارين ص. ٣٦).
2.      "Sesungguhnya membaca sholawat kepada Nabi SAW itu (dapat) menerangi hati dan mewushulkan tanpa Guru kepada Alloh Yang Maha Mengetahui segala perkara gaib ". (Sa'aadatud-Daaroini hal 36)

1.   وَبِالْجُمْلَةِ فَالصَّلاَةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ تُوْصِلُ اِلَى اللهِ مِنْ غَيْرِ شَيْخٍ
لِاَنَّ الشَّيْخَ وَالسَّنَدَ فِيْهَا صَاحِبُهَا لِاَنَّهَا تُعْرَضُ عَلَيْهِ وَيُصَلِّي اللهُ عَلَى الْمُصَلِّيَ. بِخِلاَفِ غَيْرِهَا مِنَ اْلاَذْكَارِ فَلاَبُدَّ فِيْهَا مِنَ الشَّيْخِ الْعَارِفِ وَاِلاَّ دَخَلَهَا الشَّيْطَانُ فَلاَ يَنْتَفِعُ بِهَا صَاحِبُهَا. (سعادة الدارين : 90).

3.      "Secara keseluruhan, membaca sholawat kepada Nabi SAW itu (da­pat) mewushulkan kepada Alloh tanpa Guru. Oleb karena, sesungguhnya Guru dan Sanad di dalam sholawat itu adalah Shohibus-sholawat (yakni Rosululloh SAW), oleh karena sholawat itu diperlibatkan kepada beliau SAW dan Alloh membalas (memberi) shola­wat kepada sipembaca sholawat. Berbeda dengan lainnya sholawat dari bermacam-macam dzikir. Maka tidak boleh tidak di dalam bermacam-macam dzikir itu (harus) ada Guru (Mursyid) yang 'Arif Billah. Kalau tidak, maka syetan akan masuk ke dalam amalan dzikir itu dan orang yang dzikir tidak dapat memperoleh manfaat dari pada dzikirnya". (Sa 'adatud-Daaroini hal 90).

Di dalam kita Taqriibul Ushul Fii Tashiilil Wushul Fii Ma'rifati-Robbi War-Rosul SAW karangan Syekh Zaini Dahlan diterangkan antara lain

وَاَنَّ الْعُلَمَاءَ اِتَّفَقُوْا عَلَى اَنَّ جَمِيْعَ اْلاَعْمَالِ مِنْهَا الْمَقْبُوْلُ وَالْمَرْدُوْدُ اِلاَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فَاِنَّهَا مَقْبُوْلَةٌ قَطْعًا. (تقريب الاصول : 57\كفاية الاتقياء : 48).

4.      "Dan sesungguhnya para ‘Ulama sudah sependapat bahwa sesungguhnya bermacam-macam amal itu ada yang diterima dan ada yang ditolak, terkecuali sholawat kepada Nabi SAW. Maka sesungguhnya sholawat kepada Nabi SAW itu "maqbuulatun gotb'an" - pasti di­terima”. (Taqriibul Ushul 57 / Kifayatul Atqiya’ 48).
Pasti diterima artinya, sekalipun membacanya kurang hudlur, kurang khusyu'. Bahkan sekalipun membacanya dengan ujub, riyak, takabbur, sholawatnya tetap diterima. Adapun ujub, riyak dan takabburnya itu ada perhitungan sendiri. Artinya tidak menyebabkan ditolaknya sholawat. Berlainan dengan amalan-amalan selain sholawat. Di sana ada ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi. Kalau tidak dipenuhi, amal tersebut tidak diterima oleh Alloh SWT. Semua amal (selain membaca sholawat) apabila dilaksanakan dengan riyak, ujub, takabbur, amal itu tidak diterima. Bahkan disamping tidak diterima, kelak di akhirat dirupakan siksa untuk menyiksa orang yang beramal.
Demikian pendapat (qoul) yang paling shoheh. Dalam hubungan ini Al Mukarrom Muallif Sholawat Wahidiyah menambahkan lebih lanjut,............ jadi jika sholawatnya diterima, otomatis nama si pembaca sholawat dan nama orang tuanya diperkenalkan kepada Kanjeng Nabi SAW (lihat hadist no. 19 di hal. 36 di muka). Otomatis Kanjeng Nabi mensyafa’atinya, dan Alloh memberi sholawat (rohmat dan maghfiroh) kepadanya, dan para Malaikat ikut memohonkan rohmat dan ampunan bagi dirinya si pembaca sholawat.

5.      Al Mukarrom As-Syekh Al 'Arif Billah Al Haj Romo K.H. Abdoel Madjid Ma'roef Muallif Sholawat Wahidiyah menerangkan di dalam suatu kesempatan memberikan Kuliah Wahidiyah antara lain bahwa membaca sholawat merupakan ibadah sunnah yang paling gampang yang diberi berbagai macam kebaikan yang tidak diperoleh pada ibadah-ibadah sunnah selain membaca sholawat seperti dzikir, mem­baca Qur'an, sholat sunnah dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Kebaikannya antara lain yaitu sekali membaca sholawat, spontan disyafa’ati oleh Rosulullah SAW di samping mendapat pahalanya membaca sholawat itu sendiri. Lebih-lebih jika membacanya dengan sungguh-sungguh ikhlas dan disertai adab-adab lahir batin sebaik-baiknya.
Setengah dari pada kebaikan membaca sholawat lagi yaitu di samping ingat kepada Kanjeng Nabi SAW sekaligus menjadi ingat kepada Alloh. Ingat kepada utusan tentu ingat kepada yang mengutus. Dengan kata lain membaca sholawat sudah mengandung dzikir Alloh. Berarti, membaca sholawat sudah mencakup isi dan makna dua kalimah syahadah : "ASYADU AN LAA ILAAHA ILLALLOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR-ROSUULULLOH SAW". Sedangkan dzikir Alloh belum tentu ingat kepada Kanjeng Nabi SAW. Lagi, di antara manfaat membaca sholawat yaitu bahwa sholawat sudah mengandung istighfar memohon ampunan kepada Alloh Ta'ala dan mengandung do’a "liqodloil hajat" dan lain-lain (lihat hadits-hadits di muka).
Membaca sholawat dikatakan merupakan ibadah sunnah yang paling gampang, sebab di situ tidak ada syarat-syarat harus begini harus begitu, berbeda dengan ibadah-ibadah sunnah yang lain. Seperti dzikir misalnya, syaratnya dzikir antara lain hati harus benar-henar hudlur dan di dalam menuju wushul sadar kepada Alloh, dzikir harus ada Guru Mursyid yang menuntunnya. Jika tidak, seperti diterangkan di muka "dakholahas syaithon falaa yantafi'u biha shohibuha" tergoda oleh setan dan orang yang dzikir tidak memperoleh manfaat dari pada dzikirnya. Membaca Qur'an juga harus begitu. Harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Kalau tidak, salah-salah malah bisa dikecam oleh Al Qur'an itu sendiri sebagaimana sabda hadits :

رُبَّ تَالِ الْقُرْآنِ وَالْقُرْآنِ يَلْعَنُهُ. (عن انس بن مالك).
"Terkadang orang membaca Qur'an, dan Qur'an melaknati mengecam si pembacanya".(Diriwatkan dari Anas bin Malik).

Hal tersebut disebabkan antara lain karena kurang tepat bacaan dan adab-adabnya. Kurang tepat tajwid dan makhrojnya. Apabila tepat segala-galanya, dan lebih-lebih sambil menghayati maknanya, maka mem­baca Al Qur'an adalah "afdlolul 'ibaadah" = paling utamanya ibadah sunnah sebagaimana sabda Hadits :

اَفْضَلُ عِبَادَةِ اُمَّتِي تِلاَوَةُ الْقُرْآنِ. اَوْ كَمَا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ.
 (رواه البيهقي عن النعمان بن البشير).

"Paling utamanya ibadah ummat-Ku adalah tilawatul Qur'an”. (Diriwayatkan oleh Baihaqi dari Nu'man bin Basyir).

Keterangan dan uraian tersebut di atas kita tidak boleh salah mengartikan, tidak boleh kita salah gunakan. Kita tidak boleh terlalu meremehkan ibadah-ibadah sunnah selain membaca sholawat !. Sama sekali tidak boleh !. Keterangan tersebut di muka malah harus justru mendorong kita untuk lebih berhati-hati di dalam menjalankan ibadah-ibadah kepada Alloh, baik ibadah-ibadah sunnah dan lebih-lebih ibadah yang wajib seperti sholat lima waktu, puasa dan lain-lain. Ibadah sunnah seperti membaca Qur'an, membaca dzikir, tahlil, tasbih, sholawat, sholat sunnah dan lain-lain harus kita jalankan dengan adab-adab lahir batin yang sebaik-baiknya di samping memenuhi syarat rukunnya !. Membaca Al Qur'an misalnya, cara duduk dan menghadapnya, dalam keadaan suci dan sebagainya. Itu adab lahir. Sedangkan adab yang batin antara lain harus dengan niat ibadah kepada Alloh dengan ikhlas tanpa pamrih, LILLAH istilah di dalam Wadihiyah, hatinya harus hudlur dan menyadari bahwa yang dibaca adalah Kalam Alloh yang diwahyukan kepada Rosululloh SAW. Dan bagi yang mungkin, sambil mengangan-angan atau menghayati maknanya. Bagi yang belum dapat memenuhi adab-adab se­perti di atas harus ada usaha untuk belajar !. Inilah antara lain yang menjadi tugas pendidikan kanak-kanak muslim sejak mulai tamyiz sampai menginjak dewasa dan seterusnya.
Kembali tentang faedah membaca sholawat. Dari keterangan-keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa membaca sholawat boleh dikatakan merupakan "jembatan emas" yang menyebarangkan manusia kepada pantai perbaikan, peningkatan dan penyempurnaan ibadah ke­pada Alloh SWT. Sholawat boleh diibaratkan sebagai “kendaraan angkasa” yang membawa pembacanya kepada tingkat iman dan taqwa yang lebih tinggi, dan memperbaiki serta menyempurnaakan akhlaaqul karimah atau budi pekerti luhur.

Maka oleh karena itu pembacaan sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW termasuk sarana batiniyah yang penting di dalam mewujudkan masyarakat toto tentrem adil makmur bahagia lahir batin di dunia dan di akhirot yang diridoi Alloh, oleh karena dengan meningkatnya iman dan taqwa maka akan muncul berbagai macam barokah yang memberi manfaat yang luas kepada segenap makhluq sebagaimana firman Alloh dalam Surat Al A'rof Ayat 96 :

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرَى آمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلاَرْضِ
وَلكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ. (7- الاعراف : 96).
"Dan sekiranya ahli desa (negara) benar-benar iman dan taqwa, pasti kami bukakan bagi mereka bermacam-macam barokah dari langit dan dan bumi (dari arah yang dapat diperhitungkan dan yang tidak dapat diperhitungkan). Akan tetapi (sayangnya) mereka membohongkan (tidak konsekwen) maka KAMI siksa mereka disebabkan karena perbuatan mereka ". (7-Al A'rof : 96).

6.        Di dalam kitab Sa'aadatud-Daaroini Fis-Sholaati 'Ala Sayyidil Kaunaini SAW diterangkan bahwa diantara faedah membaca shola­wat yang paling besar adalah terbayangnya hati si pembaca kepada Rosululloh SAW.

وَمِنْ اَعْظَمِ فَائِدَتِهَا اِنْطِبَاعُ صُوْرَتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ عَلَى قَلْبِ الْمُصَلِّي. (سعادة الدارين 106).
"Setengah dari pada faedah membaca sholawat yang paling besar adalah tercetaknya shuroh Rosululloh SAW di dalam hati sipembaca
sholawat".(Sa 'adatud—Daaroini bl 506).

Dalam bahwa Jawa "tansah keton-ketonen" Kanjeng Nabi SAW = hati selalu terbayang kepada Kanjeng Nabi SAW. Alhamdu Lillah di antara para Pengamal Wahidiyah banyak yang memperoleh pengalaman seperti itu.
Hubungan dengan hal tersebut, di dalam Wahidiyah sering disenikan supaya melatih hati dengan "istihdlor", yakni merasa seperti seolah-olah berada di hadapan Rosululloh SAW, baik ketika membaca sholawat terutama, maupun di luar membaca sholawat. Atau merasa seolah-olah seperti mengikuti Rosululloh SAW di manapun kita berada. Dengan terus menerus membaca "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH", Alhamdu Lillah dikaruniai dapat lebih mudah mengetrapkan istihdlor seperti itu.
Orang yang hatinya senantiasa istihdlor seperti itu sendirinya tidak berani melakukan soal-soal atau perbuatan yang dilarang oleh agama. Tidak berani melanggar larangan-larangan Alloh dan Rosul-NYA SAW. Tidak berani melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan, baik merugikan diri sendiri lebih-lebih merugikan orang lain. Senantiasa berhati-hati di dalam segala hal dan tingkah laku. Takut kalau-kalau tidak diridhoi Alloh Wa Rosuulihi SAW. Dengan kondisi batiniyah seper­ti itu dia akan selalu mendapat tambahan pancaran Nur Ke-Nabian atau Nuuru Nubuwwatihi SAW. Makin kuat dan makin mendalam istihdlornya, makin bertambah-tambah pula pancaran Nur Ke-Nabian menyinari hatinya dan menembus kepada budi pekerti melahirkan akhlaqul karimah yang sempurna. Otomatis kondisi batiniah seperti itu menjadikan orang yang bersangkutan senantiasa bertakholluq (berbudi pekerti) seperti budi pekerti Alloh Wa Rosuulihi SAW.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا وَاِيَّاهُمْ مِنْ هَؤُلآءِ. آمين.
Semoga Alloh menjadikan kita dan mereka termasuk golongan orang-orang seperti di atas !. Amiin !.

Hidup dan kehidupan orang yang seperti di atas sudah barang tentu akan memberi manfaat kepada dirinya sendiri dan keluarganya, membuahkan barokah bagi orang lain, bagi masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan bagi makhluq-makhluq pada umumnya.
Dengan senantiasa ‘ISTIHDLOR" kepada Kanjeng Nabi SAW seperti di atas, orang akan benar-benar bisa menempati 'HAQIIQOTUL MUTAABA'AH", yaitu hakikatnya mengikut yang sesempurna-sempurnanya. Mengikut dalam arti yang seluas-luasnya dan selengkap-lengkapnya.
Mengikuti tingkah laku orang yang diikuti, kemudian meniru akhlaqnya, meniru perangainya meniru cara-caranya berbuat dan bertindak, melakukan apa yang disukai lebih-lebih yang diperintahkan oleh orang yang di­ikuti, dan menjauhi apa-apa yang tidak disukai lebih-lebih yang dilarang oleh orang yang diikuti. Tidak berbeda dengan keadaan orang yang sedang dimabuk cinta atau mahabbah yang mendalam. Kemanapun dan dimanapun ia berada selalu ingat dan terbayang kepada orang yang dicintai. Sampai-sampai ucapannya, tingkah lakunya, gerak-geriknya meniru ucapan, tingkah laku dan gerak-gerik orang yang dicintai. Dia selalu ter­bayang atau "istihdlor" kepada orang yang dicintai. Tepat sekali apa yang diterangkan di dalam kitab Taqriibul Ushul 55 atau kitab Sa'aadatud-Daaroini hal 35 sebagai berikut:

َالَ الشَّاذَلِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا حَقِيْقَةُ الْمُتَابَعَةِ ؟ حَقِيْقَةُ الْمُتَابَعَةِ رُؤْيَةُ الْمَتْبُوْعِ عِنْدَ كُلِّ شَيْءٍ وَمَعَ كُلِّ شَيْءٍ وَفِي كُلِّ شَيْءٍ.
(سعادة الدارين : 35\تقريب الاصول : 55) الْمُرَادُ بِهَا رُؤْيَةُ الشُّهُوْدِ.
"Berkata Imam Syadzali rodliyaloh 'anhu : "Aku melihat Rosululloh SAW kemudian aku bertanya : Yaa Rosuulalloh, apakah haqiiqotul mutaaba'ah itu, Rosullulloh menjawab : "rukyatul matbu' inda kulli syai-in wa ma'a kulli syaiin wa fii kulli syai-in" = melihat yang diikuti berada di sampingnya segala sesuatu dan bersama segala sesuatu dan di dalam segala sesuatu ".

Maka jika benar-benar haqqul yaqin mengikuti Rosululloh SAW  seharusnya bisa melihat Beliau SAW di mana saja dan kapan saja. Istilah yang lebih ringan "terbayang" atau "ingat". Melihat di sini, dengan mata hati atau disebut "bashiiroh". Akan tetapi juga mungkin dengan mata lahir apabila kondisi batiniyahnya cukup kuat. Sudah barang tentu tidak sembarang hati yang dikaruniai bashiiroh seperti itu. Hanya hati yang bersih dan jernih saja yang mempunyai   bashiiroh. Makin bersih, makin jernih dan makin suci, makin tajam dan makin kuat pula bashiirohnya sehingga bisa menembus pada penglihatan mata lahir. Dikatakan juga "mukasyafah", melihat Rosululloh SAW "yaqodhotan" dalam keadaan jaga (bahasa Jawa melek-melekan). Mengenai bertemu Rosuululloh SAW ini insya Alloh akan di bahas di belakang.
Orang mingikut apabila tidak bisa melihat kepada yang diikuti besar kemungkinan mengalami kebingungan bahkan bisa tersesat jalan terpisah dari yang diikuti tidak merasa. Mari kita koreksi diri kita masing-masing selama ini yang mengaku sebagai pengikut Rosululloh SAW atau sebagai ummat Muhammad SAW. Jangan-jangan sudah tersesat kita tidak merasa !. Na'uudzu Billah min dzaalik!. Ibarat sholat berjamaah, kita para ummat adalah makmum dan Rosululloh SAW imamnya. Apabila makmum tidak mengikuti gerakan imam menjadi batal makmumnya. Batalnya makmum di dalam sholat bisa diqodlo pada kesempatan lain. Akan tetapi batalnya makmum kepada Rosululloh SAW, bisa membawa akibat yang fatal, menjadi batal iman islam kita!. Na'uudzu Billah !. Oleh sebab itu mari kita senantiasa koreksi diri bagaimana hubungan batin kita terhadap Rosuululloh SAW !.
AL FAATIHAH !................
YAA SYAAFI'AL KHOLQIS-SHOLAATU WASSALAAM ...................
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
AL FAATIHAH !.
Syekh Abul Abbas Al Mursi mengatakan sebagaimana dimuat di dalam kitab Taqriibul Ushul hal 55 dan kitab Sa'aadatud-Daaroini hai 436 sebagai berikut :
قَالَ السَّيِّدُ الشَّيْخِ اَبُو الْعَبَّاسِ الْمُرْسِي : لَوْ حُجِبْتُ عَنْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ طَرْفَةَ عَيْنٍ مَآ اَعْدَدْتُ نَفْسِي مِنْ جُمْلَةِ الْمُسْلِمِيْنَ. (سعادة الدارين : 439\تقريب الاصول :55).
"Seandainya aku terhijab dari (tidak melihat atau mengingat) Rosululloh SAW sekejap mata saja, aku tidak berani menghitung diriku dari golongannya kaum Muslimin "

Demikian tebal dan kuatnya iman seseorang yang hatinya senantiasa dipancari oleh "Nur Cahaya Kebenaran" atau "Nuuru Nubuwwatihi SAW". Tidak tanggung-tanggung mengoreksi dirinya sendiri. Berani menghukum dirinya dengan jujur.
Sesungguhnya "Nuuru Nubuwwatihi SAW" itu tiada putus-putusnya senantiasa menyinari kalbu kaum mukminin dan muslimin terus menerus. Akan tetapi hanya hati yang bersih bening dan dilingkari oleh iman yang membaca saja yang bisa melihat dan menyadari terhadap pancaran "Nuuru Nubuwwatihi SAW" yang menyinar ke dalam dirinya. Sedangkan hati yang masih kotor, yakni hati yang masih tertutup tebal oleh blenggunya aghyaar (apa-apa selain Alloh), hari yang masih dikotori oleh kabut pedutnya nafsu, hati yang masih diblenggu oleh rantai imprialis ananiyah, sekalipun masih ada iman sedikit-sedikit, akan tetapi tidak dikaruniai "bashiiroh" atau penglihatan batin sehingga tidak menyadari bahwa dirinya adalah hanya sebagai hamba Alloh sebagai ABDULLOH yang tidak memiliki kemampuan apa-apa, bahwa dirinya adalah sebagai ummat Rosululloh SAW yang senantiasa menerima jasa dan oleh karena itu seharusnya senantiasa sadar dan ingat kepada Rasululloh SAW setiap saat setiap detik.
Jadi hati manusia itu ibaratnya seperti kaca cermin (kaca pengilon). Jika kotor tertutup oleh debu tidak bisa dipakai bercermin sebab tidak bisa memantulkan cahaya yang menyinarinya. Baru bisa dipakai bercermin apabila digosok dibersihkan debu-debu dan kotoran yang menempel. Begitu juga hati manusia. Apabila kotor, tidak jernih, tidak bisa memantulkan cahaya kebenaran yang memancar ke dalam dirinya. Maka dari itu usaha menjernihkan hati harus dilakukan secara terus menerus. Tidak cukup hanya satu kali. Operasi mental merupakan proses yang harus berkesinambungan, agar supaya hati tetap dalam keadaan jernih dan bersih dari kotoran-kotoran dosa yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Satu-satunya obat pembersih hati yang paling mujarab paling paten adalah seperti yang disebutkan di dalam Al Qur'an yaitu "DZI-KRULLOH",  ingat dan sadar kepada Alloh. Dzikrulloh bukan hanya diucapkan dengan lisan yang pokok adalah dzikrul-qolbi atau ingatnya hati kepada Alloh. Sekalipun lisan terus-menerus mengucapkan Alloh Alloh, akan tetapi jika hatinya tidak hudlur, tidak dzikir tidak ingat kepada Alloh, maka bukan menjadi pembersih hati, melainkan bahkan bisa menjadi makin kotor karena lalu timbul pengakuan atau da'wa. Da'wa atau pengakuan diri berkemampuan yang umumnya tidak disadari orang sebagai dosa. Pada hal justru merupakan dosa besar bahkan dosa paling besar sebab di situ lalu timbul coup atau pembrontakan terhadap kekuasaan Alloh, mempersekutukan Alloh secara samar-samar yang disebut "SYIRIK KHOFI". Mempersekutukan Alloh dalam dirinya dengan merasa bahwa dirinya ada mempunyai kemampuan. Lupa dan tidak sadar segala sesuatu itu adalah ciptaan dan digerakkan oleh Alloh.
Fungsi dan hikmah sholat adalah dzikrulloh sebagaimana firman Alloh :

اِنَّنِي اَنَا اللهُ لآ اِلهَ اِلاَّ اَنَا فَاعْبُدْنِي وَاَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي. (20- طه :14).
Artinya kurang lebih :
"Sesunggunhnya AKU ini adalah Alloh, tidak ada Tuhan selain AKU, maka sembahlah AKU dan dirikanlah sholat untuk mengingat AKU". (20-Thoha : 14).

Jika hikmah tersebut bisa diperoleh oleh orang yang menjalankan sholat, maka otomatis hatinya menjadi bersih, tenang dan tentram.
Firman Alloh menjamin hal itu :

الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ اِلاَّ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ. (13- الرعد : 28).
Artinya kurang lebih :
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah hanya dengan mengingat Alloh-lah hati menjadi tenteram ". (13~Ar Ro'd: 28).


اِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ. (29- العنكبوت : 45).
Artinya kurang lebih :
"Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Alloh (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) "
(29-Al 'Ankabut; 45).

Demikianlah jaminan yang diberikan oleh Alloh kepada orang-orang yang menjalankan sholat. Akan tetapi mengapa kenyataannya tidak seperti itu ?; Kita juga sudah aktif menjalankan sholat akan tetapi mengapa hati kita masih sering bingung, tidak tenang, tidak tenteram, tidak mutmainnah, tidak banyak ingat kepada Alloh, dan kita masih sering terjerumus ke dalam perbuatan mungkar dan maksiat ?; Jawabnya harus kita cari di dalam diri kita sendiri. Yaitu antara lain sholat kita masih belum benar. Kita melaksanakan sholat belum memenuhi syarat dan adab-adabnya sholat. Adab lahir maupun adab batin. Maka kita tidak bisa memperoleh jaminan yang diberikan oleh Alloh SWT tersebut. Hati kita masih tetap kotor, dikotori oleh kepentingan-kepentingan hawa nafsu kita tidak merasa. Misalnya, kita melaksanakan sholat tidak dengan niat yang ikhlas beribadah kepada Alloh melainkan ada keinginan-keinginan, ingin pahala, ingin sorga, dan lain-lain sehingga nilai ikhlas kita tidak murni.
Maka oleh karena itu perlu terus usaha meningkatkan dan memperbaiki sholat kita. Dan di samping itu perlu ada kegiatan lain untuk menunjang berhasilnya operasi mental membersihkan dan menjernihkan hati. Antara lain yaitu dengan memperbanyak membaca sholawat kepada Nabi shollallohi 'alaihi wasallam seperti sudah kita bahas dimuka. Sholawat apa saja, khususnya Sholawat Wahidiyah, oleh karena Sholawat Wahidiyah memang dikhususkan untuk menjernihkan hati dan Ma'rifat sadar kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Singkatnya, jalan pintas untuk memperoleh kejernihan hati untuk menuju sadar Ma'rifat kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW adalah :
  • Memperbanyak berdepe-depe taqorrub mendekatkan diri, bertobat memohon ampunan kepada Alloh SWT;
  • Memperbanyak membaca sholawat kepada Nabi SAW;
  • Memperbanyak  tasyaffu'an-memohon  syafa'at kepada Rosuululloh SAW ;
  • Memohon   bantuan   (moril)   memohon  doa  restu,   memohon barokah, karomah, nadhroh Ghoutsu Hadzaz-Zaman dan para Auliya  Kekasih  Alloh  SWT rodliyallohu Ta'ala  'anhum, agar beliau-beliau   berkenan   membantu   permohonan   kita  kepada Alloh SWT.

MUJAHADAH.
Mengamalkan Sholawat Wahidiyah menurut cara-cara yang telah dituntunkan disebut MUJAHADAH WAHIDIYAH atau disingkat MUJAHADAH begitu saja. Dengan bermujahadah insya Alloh sudah tercakup ke empat kegiatan jalan pintas yang disebutkan di muka. Dan Alhamdu Lillah di dalam praktek kenyataannya besar sekali manfaatnya berupa kejernihan hati, ketenangan batin dan ketenteraman jiwa sehingga hati menjadi lebih banyak ingat kepada Alloh, lebih banyak dzikrulloh di samping ingat kepada Rosuululloh SAW Pemimpin dan Panutan kita semua.
Hati yang sudah jernih seperti itupun masih bisa saja menjadi kotor keruh kembali, yaitu akibat dosa dan maksiat yang diperbuat olehnya. Akan tetapi Alhamdu Lillah tidak sampai berlantur-lantur dan lekas diberi ingat dan menyadari dosa-dosa dan maksiat tersebut dan kemudian cepat-cepat bertobat memohon ampunan kepada Alloh SWT dan merubah sikap. Jadi setidak-tidaknya "mahfudh" terpelihara tidak sampai berlarut-larut dalam perbuatan dosa!. Alhamdu Lillah !.
Sedangkan hati yang masih kotor belum pernah dicuci bersihkan seperti di atas apabila ketempelan debu maksiat dan dosa, pada umumnya sukar sekali untuk menyadari dosa maksiat yang diperbuatnya jika tidak mendapat pertolongan dari Alloh SWT. Akibatnya menjadi makin berlarut-larut di dalam hutan belukarnya maksiat dan mungkarot. Jika tidak segera mengadakan langkah-langkah perbaikan, pasti kelak di akhirat akan merasakan penderitaan dan kesengsaraan yang tidak dapat digambarkan ngeri dan dasyatnya.
Dengan memperbanyak dan tekun melaksanakan Mujahadah Wahidiyah Alhamdu Lillah dikaruniai banyak sekali taufiq hidayah dan pertolongan dari Alloh SWT, dikaruniai syafa’at tarbiyah Rosululloh SWT, barokah karomah dan nadhroh Ghoutsu Hadzaz-Zaman Wa A'waanihi Wa Saairi Auliyaaillahi rodliyallohu Ta'ala 'annum, sehingga dikaruniai berbagai kebaikan dan manfaat lahir dan batin yang tidak sedikit di samping ketenangan batin dan ketentraman jiwa seperti di atas.
Sekali lagi Alhamdu Lillah, Sholawat Wahidiyah dikaruniai kegunaan dan manfaat yang banyak sekali, dan sangat efektif buat segala macam kepentingan dunia dan akhirat, buat kebutuhan jasmani dan kebutuhan ruhani, buat kepentingan spiritual maupun kepenting­an yang bersifat materiil. Akan tetapi tidak boleh disalahgunakan !. Artinya, jangan kita bermujahadah karena didorong oleh kepentingan-kepentingan tersebut, melainkan harus semata-mata niat beribadah kepada Alloh dengan ikhlas LILLAH tanpa pamrih dan dijiwai sadar BILLAH "LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAH". Demikian  amanat  Muallif dan  Pemberi ijazah  Sholawat Wahidiyah.
Siapa saja diberi kemapuan oleh Alloh SWT asal betul-betul sungguh-sungguh di dalam mujahadahnya. Firman Alloh di dalam Al Qur'an :

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَاِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ. (29- العنكبوت : 69).
Artinya  kurang lebin:
"Dan mereka orang-orang yang bersungguh-sungguh didalam menuju kepada KAMI, sungguh akan KAMI tunjukkan kepada mereka berbagai jalan KAMI. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik ".
(29-Al 'Ankabut: 69)

"jaahaduu = bersungguh-sungguh, di dalam Wahidiyah disebut Mujahadah."

F.    MACAM-MACAMNYA  SHOLAWAT    (ANWAA'US-SHOLAWAT)

Sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW yang beraneka macam dan ragamnya itu dapat digolongkan ke dalam dua golongan. Yaitu "SHOLAWAT MAKTSUUROH" dan "SHOLAWAT GHOIRU MAKTSUU­ROH".

SHOLAWAT MAKTSUUROH
Sholawat Maktsuuroh ialah sholawat yang redaksinya langsung diajarkan oleh Rosululloh SAW. Salah satu contoh ialah "Sholawat Ibrohimiyah" yaitu seperti yang kita baca di dalam tahiyyatnya sholat. Kalimahnya yang masyhur yalah :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ اِبْرَاهِيْمَ.
"ALLOHUMMA SHOLLI 'ALAA MUHAMMADIW WA ‘ALAA AALI MUHAMMADIN. KAMAA SHOLLAITA ‘AALA IBROOHIIMA WA 'ALAA AALI IBRO0HIIM".

Jadi tidak memakai kalimah "Sayyidinaa". Memang semua Sholawat Maktsuuroh tidak ada yang memakai kalimah itu. Ini menunjukkan keluhuran budi Rosululloh SAW yang tidak pernah menonjolkan diri, selalu bertawaddlu' berlemah lembut kepada siapapun. Suatu sikap budi luhur yang seharusnya ditiru oleh para ummat.
Adapun kita sering membacanya dengan tambahan kata "SAYYIDINAA", kata itu tambahan oleh para Shahabat Nabi SAW sebagai
cetusan rasa ta’dhim dan mahabbah. Sudah sewajarnya kita para ummat
menyebut Kanjeng Nabi SAW dengan "Sayyidinaa" atau kata lain yang
maksudnya sama, misalnya "Kanjeng", "Gusti", "Bendara" dan sebagainya. Terhadap pahlawan bangsa kita sering kita menggunakan sebutan
"Pangeran Diponegoro", "Kanjeng Sultan dan sebagainya. Lebih-lebih terhadap Rosuululloh SAW!. Bukankah Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah "Sayyidul Anbiyaa Wal Mursaliin", Pemimpinnya para Nabi dan para Utusan Alloh, bahkan "Sayyidul Kholqi Ahma'iin", Sayyid atau Pemimpinnya seluruh makhluq"!.
Jadi penggunaan kalimah "Sayyidinaa" terhadap Kanjeng Nabi SAW baik di dalam bacaan sholawat ataupun di iuar bacaan sholawat, merupakan cetusan rasa ta'dhim memulyakan dan rasa mahabbah cinta yang mulus. Bukan dan tidak boleh diartikan sebagai marubah yang asli atau mengada-adakan. Memang benar Rosululloh  SAW bersabda  :
لاَ تُسَيِّدُوْنِي فِي الصَّلاَةِ (او كما قال صلى الله عليه وسلم).
“Janganlah kamu sekalian memanggilku  "Sayyid" di dalam sholat"

Ini  mengajarkan kepada kita supaya lebih memurnikan tauhid kita kepada Allah SWT. Pada kesempatan lain. Rosuululloh SAW bersabda :

قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلاَفَخْرَ, الْحديث.(رواه احمد والترمذي وابن ماجه عن ابي سعيد الخدري).
"Aku adalah Sayyidnya anak cucu Adam dan tidak membanggakan diri.........."
(Riwayat Iman Ahmad dan Thirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Sai'id al Khudri).

Alloh SWT melarang tidak boleh mengundang Kanjeng Nabi SAW hanya dengan menyebut "Yaa Muhammad" atau "Yaa Abal Qoshim" dan panggilan lain yang tidak mengandung nilai ta'dhim. Firman Alloh :

لاَتَجْعَلُوْا دُعَاءَ الرَّسُوْلِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا. الاية. (24- النور : 63).
“Artinya kurang lebih :
"Janganlah kamu jadikan panggilan Rosul di antara kamu seperti pang­gilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).


Di dalam Ayat lain disebutkan larangan Alloh :

يَآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَتَرْفَعُوْا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلاَتَجْهَرُوْا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لاَتَشْعُرُوْنَ. (49- الحجرات : 2).
Artinya kurang lebih :
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suara kamu melebihi suara Nabi (SAW), dan janganlah kamu berkata kepada-Nya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, salah-salah menjadi terhapus amal-amal kamu sekalian dan kamu sekalian tidak menyadari' (49-Al Hujurot: 2)

Kedua ayat tersebut bertitik berat pada bidang adab terhadap Rosuululloh SAW. Memanggil nama Kanjeng Nabi SAW dengan "menjangkar" istilah orang Jawa, artinya memanggil tanpa disertai rasa hormat, dan berbicara keras terhadap Kanjeng Nabi SAW adalah sangat tidak sopan dan merupakan suu-ul adab yang bisa mengakibatkan terhapusnya amal-amal kebaikan.
Kita para ummat wajib menghormat dan memulyakan Kanjeng Nabi SAW. Syekh Abul Abbas At-Tijani berkata sebagaimana disebutkan di dalam kitab Sa'aadatud-Daaroini halaman 11 bahwa "siyaadah" (sebutan Yaa Sayyidii) adalah termasuk ibadah. Sebab maksud pokok dari pada membaca sholawat adalah menghormat mengagungkan Kanjeng Nabi SAW. Jadi apabila meninggalkan kata "siyaadah" di dalam mem­baca sholawat, berarti tidak menghormat tidak memulyakan Kanjeng Nabi SAW. Ini perlu kita perhatikan !.

SHOLAWAT GHOIRU MAKTSUUROH.
Sholawat   Ghoiru  Maktsuuroh  adalah  sholawat yang disusun oleh selain Kanjeng Nabi SAW. Yaitu oleh para Sahabat, para Tabi'iin para Sholihiin, para Auliyaa para Ulama dan oleh umumnya orang Islam tidak aneh bahwa umumnya Sholawat Ghoiru Maktsuuroh itu kalimahnya ada yang panjang-panjang, susunan bahasanya disertai kata-kata yang indah-indah, mengexpresikan penghormatan, pujian dan sanjungan yang romantik sebagai cetusan dari getaran jiwa mahabbah dan syauq atau rindu yang sangat mendalam, Bahkan tidak sedikit yang disusun dengan menggunakan kesusasteraan yang tinggi, menggunakan kalimat-kalimat yang baliigh dalam bentuk nadhom atau sya'ir, sanjak dan puisi. Dan di samping sholawat banyak disertakan doa-doa munajat kepada Alloh Subhanahu Wa Ta'ala dan kalimat-kalimat tasya-ffu'an-memohon syafa'at kepada Rosullulloh SAW. Hal tersebut menambah ikrom, ta'dhim dan rasa mahabbah yang makin mendalam.
Ada banyak sekali macamnya Sholawat Ghoiru Maktsuuroh dengan nama yang bermacam-macam pula. Berpuluh beratus, bahkan beratus ribu. Allohu A'lamu!.
Ada yang diberi nama dengan nama Muallifnya dan ada yang diberi nama menurut fadilah dan faedah yang terkandung di dalamnya. Contoh Sholawat Ghoiru Maktsuuroh antara lain Sholawat Munjiyaat, Sholawat Naariyah, Sholawat Badawi, Sholawat Badar, Sholawat Burdah, Sholawat Masyisyiyah dan masih banyak lagi. Sholawat Wahidiyah termasuk Sholawat Ghoiru Maktsuuroh, dan nama "Wahidiyah" diambil dari salah satu Asmaaul Husna yang terdapat di dalamnya yaitu "ALLOHUMMA YAA WAAHIDU........"
Mari kita menyatakan syukur kepada Alloh SWT dengan membaca Surat Al Fatihah satu kali dihaturkan sebagai hadiyah di samping kepada Rosuululloh SAW kepada Beliau-Beliau Muallif Sholawat-Shola­wat tersebut di atas.
ALFAATIHAH! .....................
Banyak Sholawat Ghoiru Maktsuuroh yang mengandung Ajaran yang penting-penting. Ada yang mengandung Ajaran bidang akhlaq dan bidang adab, ada yang mengandung Ajaran Tauhid, Ajaran Haqiqot dan Ma'rifat, dan ada juga yang mengandung Ajaran Syari'ah. Sholawat Masyisyiah yang ditaklif oleh Syekh Abdus Salam bin Masyisy berisi ajaran Tauhid. Sholawat Burdah taklifan Syekh Bushiri mengandung dorongan batin yang menggugah dan menumbuhkan rasa mahabbah dan rindu kepada Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad shollallohu’alaihi wassalam.
Dan Sholawat Wahidiyah mengandung Ajaran yang meliputi bidang haqiqot dan bidang syari'at, mencakup bidang akhlaq dan bidang adab, bidang tauhid, bidang iman bidang islam dan bidang ihsan. pokoknya bidang ubudiyah dan bidang kemasyarakatan. Sholawat Wahidiyah mengandung dan memberikan bimbingan praktis di dalam merealisasi pelaksanaan "HABLUN MINALLOHI WA HABLUN MINAN-NAAS". Yakni membimbing pelaksanaan dan realisasi kewajiban serta rasa tanggung jawab terhadap Alloh Wa Rosuulihi SAW, terhadap keluarga, terhadap bangsa dan negara, terhadap sesama ummat manusia, ter­hadap agama, bahkan terhadap sesama makhluq pada umumnya.
Bimibingan praktis tersebut dituangkan dengan kalimah-kalimah yang baaligh tetapi mudah difahami dan mudah diterapkan dan dilaksanakan seperti dapat kita saksikan di dalam lembaran Sholawat Wahidi­yah yang disampaikan kepada masyarakat luas dengan cuma-cuma. Titik fokus yang menjadi tujuan dari pada bimbingan praktis tersebut adalah bidang wushul ilallohi atau bidang Ma'rifat atau Sadar kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Begitu baaligh susunan bahasanya, sehingga untuk mendalaminya perlu dibeberkan dengan bahasa yang praktis dan dengan penjelasan-penjelasan yang luas untuk lebih memudahkan di dalam pengamalan dan penerapannya.
Itulah antara lain tugas Buku Kuliah Wahidiyah ini dan Buku-Buku Wahidiyah lainnya seperti:
        Risalah Penjelasan Mengenai Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah;
        Pedoman Pokok-Pokok Ajaran Wahidiyah ;
        Tuntunan Mujahadah Dan Acara-Acara Wahidiyah ;
        Tuntunan Mujahadah Kanak-Kanak Wahidiyah ;
         Tuntunan Pembinaan Wanita Wahidiyah ;
        Mingguan Wahidiyah dan
        Brosur-Brosur Wahidiyah yang dikeluarkan oleh Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.


Baik Sholawat Maktsuuroh atau Sholawat Ghoiru Maktsuuro adalah cukup memenuhi untuk pelaksanaan dari pada firman Alloh dalam Surat Al-Ahzab Ayar 56 :
يَآاَيُّهَا الذَّيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
“...............YAA  AYYUHAL-LADZIINA AAMANUU SHOLLUU ‘ALAIHI SALLIMUU TASUIMAN”

“................Wahai orang-orang yang beriman bacalah sholawat kepada Nabi  (SAW) dan sampaikan salam hormat yang sebaik-baiknya".

Seperti diuraikan di muka bahwa macamnya sholawat ada banyak sekali dan kita tidak mampu menghitungnya. Masing-masing sholawat dikaruniai faedah dan manfaat sendiri-sendiri yang satu sama lain tidak sama. Hanya Alloh dan Rosul-NYA SAW yang mengetahui.
Ditinjau dari Muallifnya, sudah barang tentu Sholawat Maktsuuroh  adalah yang paling utama sebab ditaklif oleh Rosuululloh SAW sendiri. Akan tetapi juga tidak sedikit Sholawat Ghoiru Maktsuuroh yang dikaruniai faedah dan  manfaat yang sangat berguna bagi para ummat. Manfaat lahiriyah dan manfaat batiniyah, baik untuk kepentingan di dunia maupun untuk kepentingan di akhirot. Banyak Sholawat Ghoiru Maktusuuroh yang membuahkan rasa ta'dhim dan mahabbah serta kesadaran kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Jadi pada dasarnya kesemua sholawat adalah baik, dan dikaruniai manfaat kebaikan yang tidak sedikit. Antara lain tergantung kepada si pembaca sholawat. Sangatlah tercela dan dikhawatirkan suu-ul adab apabila kita memperbandingkan satu sholawat dengan sholawat yang lain. Suu-ul adab kepada Muallif Sholawat dan suu-ul adab kepada Rosulluloh SAW!.
Al Mukarrom Romo K.H. Abdoel Madjid Ma'roef Mualif Sholawat Wahidiyah di dalam suatu Kuliah Wahidiyahnya menerangkan menerangkan bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap fadilah kebaikan sholawat. Yaitu, di samping fadlol dari Alloh SWT dan syafa'at Rosululloh SAW, fadilahnya sesuatu sholawat ada hubungannya dengan  antara lain :
1.        Kondisi Muallif Sholawat. Terutama kondisi batiniyah.
2.        Susunan redaksi Sholawat;
3.        Situasi dan kondisi masyarakat ketika Sholawat itu ditaklif ;
4.        Tujuan Sholawat itu ditaklif ;
5.        Situasi dan kondisi si pembaca Sholawat;
6.        Adab lahir dan batin ketika membaca Sholawat.
Bagi kita yang paling penting adalah memperhatikan adab-adab ke­tika membaca Sholawat. Antara lain yaitu :
1.    Niat ikhlas beribadah kepada Alloh tanpa pamrih !
2.    Menta’dhim dan mahabbah kepada Rosululloh SAW ;
3.    Hatinya hudlur kepada Alloh dan istihdlor = merasa seperti berada di hadapan Rosululloh SAW;
4.    Tawaddlu merendahkan diri, merasa butuh sekali kepada pertolongan Alloh SWT, butuh sekali syafa'at atau bantuan (moril) dari Rosululloh SAW.
Kemudian dari sekian banyak sholawat yang berbeda-beda fadilah dan manfaatnya itu sudah barang tentu kita boleh memilih sholawat apa yang akan kita amalkan, sesuai dengan kebutuhan dan hajat kita tanpa mengurangi hormat dan perhatian kita terhadap sholawat yang lain-lain.
Sesuai dengan situasi dan tuntutan zaman pada masa akhir ini dimana berbagai macam pengaruh datang membuat kegoncangan didalam hati kita sehingga hidup kita menjadi tidak tenang dan tidak tentram, maka sudah seharusnya kita mengamalkan sholawat yang membuahkan atau yang membekaskan ketenangan batin dan ketentraman jiwa pokoknya sholawat yang mendatangkan kesejahteraan rohani. Sebab dengan kesejahteraan ruhani akan mudah dapat dibangun kesejahteraan jasmani yang kokoh dan stabil.

Kesejahteraan ruhani tersebut tidak lain adalah berupa peningkatan iman dan taqwa, peningkatan ingat dan sadar kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Sholawat yang memberi faedah seperti itulah yang seharusnya kita amalkan di samping amalan-amalan atau doa-doa lain.
Alhamdu Lillah Sholawat Wahidiyah dikaruniai faedah yang cocok dengan tuntutan kebutuhan seperti tersebut di atas. Pengamalan Sho­lawat Wahidiyah Alhamdu Lillan membuahkan kejernihan hati, ketenangan batin dan ketentraman jiwa dan makin bertambah banyak ingat kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW, suatu kondisi batiniyah yang menjamin keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir batin di dunia dan di akhirot. Dengan kondisi batiniyah seperti itu maka akan lahir akhlaq-akhlaq dan perbuatan-perbuatan yang baik di dalam menjalankan ibadah pengabdian diri kepada Alloh SWT Tuhan Yang Maha Kuasa dan di dalam hubungan dalam pergaulan hidup di masyarakat. Maka oleh karena itu pengamalan Sholawat Wahidiyah perlu harus kita usahakan, perlu kita perhatikan, dengan tidak mengesampingkan lebih-lebih meremehkan atau mengurangi perhatian terhadap amalan-amalan selain Sholawat Wahidiyah.
Ditinjau dari segi redaksi atau susunan tata bahasanya, Sholawat Ghoiru Maktsuuroh ada yang berbentuk permohonan kepada Alloh SWT seperti    umpamanya dengan kalimat : "ALLOHUMMA .......". Dan ada juga yang secara langsung menyampaikan sholawat itu kepada Rosuululloh SAW seperti : "AS-SHOLAATU WASSALLAMU'ALAIKA WA'ALA AALIKA YAA SAYYDII YAA ROSUU LALLOH".

الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِـكَ يَا سَيِّدِي يَا رَسُوْلَ اللهِ.
Di dalam sholawat Wahidiyah kita jumpai ada bentuk sholawat dengan “Allohumma sholli .........."' dan ada yang bentuk menyampaikan langsung kepada Rosuululloh SAW yaitu sholawat yang ketiga  : 
" YAA SYAAFI1 AL KHOLQIS-SHOLAATU WASSALAAM......” dan sholawat yang keempat :   “YAA SYAAFI' AL KHOLQI HABIIBA LLOHI.......".
Sholawat yang  ke tiga   "Yaa  Syaafi'al Kholqis-sholaatu Was-Salam......." disebut "SHOLAWAT TSALJUL QULUUB' yang berarti "saljunya hati". Nama lengkapnya agak panjang yaitu :

صَلَوَةُ ثَلْجُ الْقُلُوْبْ فِي تَبْرِيْدِ حَرَارَةِ الْقُلُوْبِ.
"SHOLAWATTSALJUL GHUYUUB FII TABRIIDI HAROOROTIL QULUUB" (= Sholawat Salju Gboib untuk mendinginkan hati yang panas).

Dan Alhamdu Lillah memang nyata sholawat "Yaa Syaafi'al Kholqis-Sholaatu Was-Salaam......." tersebut memberi rangsang di dalam hati menjadi dingin tidak mudah meluap panas tetapi juga tidak menjadi beku.
Baik sholawat yang menggunakan "Allohumma sholli" maupun yang langsung disampaikan kepada Rosuululloh SAW masing-masing ada khoshiyahnya  sendiri-sendiri.  Beliau Muallif Sholawat Wahidiyah menerangkan   bahwa sholawat yang tidak  memakai  lafal  "ALLOH” di antara fadilahnya adalah membekasi rasa dingin  tenang dan tentram di  dalam  hati. Sedangkan sholawat yang memakai  lafal  ''ALLOH" merangsang rasa panas di dalam hati, artinya hati menjadi bersemangat dan bergairah, bergairah untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik yang diridloi Alloh Wa Rosuulihi SAW.
Kemudian mana yang perlu kita perbanyak pengamalannya, apakah sholawat yang memakai lafal "ALLOH" atau yang tidak memakai lafal "ALLOH", itu tidak menentu tergantung "waaridun llahiyyun (= getaran hari dari Alloh) yang diberikan ke dalam hati seseorang. Suatu ketika  mungkin  sholawat yang menggunakan  lafal "ALLOHUMMA atau lafal "ALLOH" seperti misalnya "SHOLLALLOHU' ALA MUHAMMAD" yang meninggalkan kesan yang baik di dalam hati. Akan tetapi  mungkin pada suatu tempo justru sholawat yang redaksinya langsung kepada Rosuulolloh SAW dan tidak mengandung lafal "ALLOH yang memberikan kesan atau rangsangan yang baik di dalam hati.
Sholawat Wahidiyah terdiri dari rangkaian dua bentuk redaki sholawat seperti tersebut di atas. Ada yang bentuk ”ALLOHUMA ..............”  dan  ada yang langsung disampaikan kepada  Rosuululloh SAW tanpa disertakan lafal "ALLOH". Maka logis apabila faedah yang diberikan Alloh SWT kepada Sholawat Wahidiyah benar-benar cocok dengan apa yang dibutuhkan oleh ummat dan masyarakat dewasa ini. Yakni hati yang dingin, tenang dan tentram tetapi bersemangat dan bergairah.
Selain itu Sholawat Wahidiyah di samping Sholawat yang menjadi intinya, disertakan pula doa-doa permohonan kepada Alloh SWT hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Yaitu misalnya pada sholawat kedua: "ALLOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH ....". Ditambah lagi dengan permohonan kebaikan bagi pribadi, keluarga bangsa dan negara, bahkan bagi ummat masyarakat manusia seluruh dunia baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Nenek moyang kita, leluhur kita dan saudara-saudara kita yang sudah berada di alam kubur tidak ketinggalan menjadi sasaran penting yang dimohonkan didalam sholawat Wahidiyah. Kesejahteraan dan barokah bagi bangsa dan negara, bahkan bagi seluruh makhluk ciptaan Alloh termasuk obyek yang harus dimohonkan di dalam Mujahadah Shola­wat Wahidiyah. Ditambah lagi dengan permohonan barokah bagi Muja­hadah yang sedang kita laksanakan, kemudian diakhiri dengan getaran jiwa yang kuat mengetuk hati jamii 'alamin-ummat seluruh dunia termasuk diri kita sendiri terutama, yaitu ajakan "F A F I R R U U - I LA L L O H" = larilah kembali kepada Alloh (Wa Rosullihi SAW). Arti dari pada "barokah" adalah bertambahnya kebaikan,
Yang penting lagi, di dalam Wahidiyah kita dibimbing oleh Muallif Sholawat Wahidiyah. Antara lain yaitu di dalam setiap kita berdoa, kita harus husnul yaqin = berbaik keyakinan bahwa permohonan kita dikabulkan oleh Alloh SWT. Yaitu menerapkan sabda Hadits :

اِذَا دَعَوْتُمْ فَأَيْقِنُوْا بِاْلاِجَابَةِ. (رواه الترمذي عن ابي هريرة).
Artinya :
"Apabila kamu sekalian berdoa maka yakinlah (doamu) diijabahi oleh Alloh SWT” (Riwayat Thirmidzi dari Abu Huroiroh).

Akan tetapi kita tidak boleh terpancang hanya memandang terkabulnya doa saja!. Di dalam berdoa kita harus menitik beratkan doa kita itu sebagai pelaksanaan ibadah kepada Alloh. Kita memang diperintah untuk berdoa. Titik. Firman Alloh :

وَقَالَ رَبُّكُمْ اَدْعُوْنِي اِسْتَجِبْ لَكُمْ. (40- المؤمن : 60).
Artinya kurang lebih :
"Dan Tuhanmu berfirman : "Berdoalah (memohonlah) kamu sekalian kepada-KU, niscaya akan Kuijabahi bagimu". (40-Al Mukmin : 60)

Jadi kita berdoa untuk melaksanakan perintah-NYA yaitu "UD.UUNU"!. Bedoa dengan niat ibadah kepada Alloh dengan ikhlas tanpa pamrih! "LILLAH" istilah di dalam Wahidiyah. Dan di samping LILLAH harus pula ada niat 'LIIROSUL" = mengikuti tuntunan Rosul SAW. dan dijwai sadar kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW !. Lihat Ajaran Wahidiyah di belakang !.

G. AT-TA'ALLUQ BIJANAABIHI SAW.
(HUBUNGAN DENGAN ROSULULLOH SAW)

Dimuka sudah kita bahas bahwa faedah membaca sholawat yang paling besar manfaatnya adalah ‘inthibaa’ ushuurotihi SAW. 'ala qolbil—musholli" = tercetaknya pribadi (shuuroh) Rosululloh SAW di dalam hati si pembaca sholawat. Dengan kata lain selalu terbayang ke­pada Rosululloh SAW. Dengan demikian terjalin hubungan jiwa yang sangat erat antara si pembaca sholawat dengan Rosuululloh SAW. Kita yakin bahwa eratnya hubungan jiwa dengan Rosululloh SAW merupakan pusaka dan fondasinya iman dan taqwa, dan menjadi patrinya mahabbah kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Dan kita yakin bahwa iman taqwa mahabbah merupakan bangunannya keselamatan, kesejahteraan dan bahagiaan lahir batin ruhani dan jasmani di dunia dan di akhirot.
Maka oleh karena itu hubungan kita sebagai ummat terhadap Rosululloh SAW sebagai Pemimpin kita, sebagai Pembimbing kita, sebagai Pembela kita dari kesesatan dan kehancuran perlu dipupuk, ditingkat­kan dan disempurnakan yang sebaik-baiknya!. Hubungan yang masih bersifat formalitas ala syarii'ah harus ditingkatkan menjadi hubungan jiwa yang lebih akrab, lebih mesra lebih terpadu syar'an wa haqiiqotan, ashlan wa far'an !. Harus kita tingkatkan menjadi semacam hubungan molekuler yang lebih kokoh lahir dan batin !.
Bukankah Rosululloh SAW sendiri sesuai dengan kepribadian Beliau yang "ROHMATAN LIL-ALAMIIN" dan "BIL MU’MINIINA ROUUFUR-ROHIIM" telah meletakkan dan meratakan "lim perekat" hubungan terhadap sekalian para ummat?. Firman Alloh di dalam AI Qur'an memberitahukan hal itu kepada kita antara lain :

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مِنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَؤُفٌ رَّحِيْمٌ.
(9- التوبة : 128).
Artinya kurang lebih :
"Sungguh telah datang kepadamu sekalian seorang Rosul dari kalangan kamu sekalian yang sangat berat memprihatinkan kamu sekalian, yang mencurahkan kasih terhadap kamu sekalian dan berkasih sayang kepada orang-orang mukmin".

Begitu mendalam keakraban hubungan batin Rosuululloh SAW terhadap para ummat sampai beliau SAW memanggilnya sebagai "ikhwan", sebagai kawan", sebagai "saudara" dengan sabda-Nya :
وَاشَوْقَاهْ لِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ يَأْتُوْنَ مِنْ بَعْدِي. (انسان كامل ثاني : 88).
Artinya kurang lebih :
Betapa rindu-Ku kepada saudara-saudara-Ku yaitu mereka yang datang sesudah-Ku” (Insan Kamil II hal. 88)

Jadi kita para ummat seharusnya hanya tinggal menempelkan dan melekatkan hubungan jiwa dengan Rosululloh SAW yang "lim perekatnya" sudah ada dan sudah diratakan oleh Rosululloh SAW sendiri. Mari kita renugkan hal ini dan kita adakan koreksi diri bagaimana hubungan kita selama ini terhadap Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosuululloh SAW Pemimpin kita, Pembimbing kita dan Pembela kita yang sangat menyayangi kita !

ALFAATIHAH!.
YAA SYAAFI'AL KHOLQIS- SHOLAATU WASSALAAM........................
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH,.......................................................            

Adapun cara-cara mengadakan dan memperbaiki hubungan akrab kepada Rosuululloh SAW atau yang disebut "AT TA'ALLUQ BIJANAABIHI SAW" ada dua jalan. Yaitu seperti diterangkan di dalam kitab Sa'aadatud-Daaroini Fis-Shotaati 'Ala Sayyidil Kaunaini SAW karangan Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani. AT-TA'ALLUQ SHUURIYYUN dan AT-TA'ALLUQ MAKNAWIYYUN
TA'ALLUQ SHUURIYYUN atau hubungan  secara  formal, dapat ditempuh melalui dua jalan. (l).Menjalankan segala apa yang diperintahkan dan menjauhi atau meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Rosuululloh SAW. Jadi menjalankan Syari'ah Islam secara komplit lahir dan batin dengan tepat dan sempurna di dalam segala hubungan. Baik di dalam berhubungan kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW maupun di dalam hubungan dengan masyarakatnya,  terhadap  keluarga, terhadap tetangga, terhadap bangsa dan negaranya, terhadap sesama ummat manusia segala bangsa, terhadap agamanya, bahkan terhadap sesama makhluq pada umumnya.
(2). Fanak atau lebur di dalam lautan mahabbah atau cinta kepada Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. Antara lain dengan mempernyak membaca sholawat, memperbanyak ingat dan mengangan-angan penuh rindu atau syauq kepada Rosululloh SAW, memperbanyak membaca atau mendengarkan uraian-uraian atau hikayah-hikayah yang mengandung pujian dan sanjungan terhadap kebesaran dan kemuliaan Rosuululloh SAW sehingga tumbuh rasa mahabbah dan rindu yang mendalam. Juga dengan berangan-angan dan berfikir tentang jasa-jasa dan pengorbanan serta perjuangan Rosululloh SAW di dalam membela ummat.
TA'ALLUQ MAKNAWIYYUN atau hubungan secara maknawi juga dapat ditempuh melalui dua jalan : (l).Melatih hati membayangkan atau istihdlor kepada pribadi Beliau SAW yang mulia dan agung itu dengan sepenuh ta'dhim mahabbah dan mahaabah atau kagum. Ini bagi mereka yang sudah pernah bertemu Rosululloh SAW dalam mimpi atau dalam keadaan jaga (tidak tidur) atau yaqodhotan. Bagi yang belum pernah bisa membayangkan sifat-sifat dan budi pekerti Beliau SAW yang luhur itu. Bagi yang sudah pernah ziarah ke Makkah dan Madinah dapat membayangkan Ka'bah, memba­yangkan Maqom Rosululloh SAW, membayangkan Masjid atau tempat tempat lain yang bersejarah yang dipergunakan oleh Beliau SAW di da­lam memperjuangkan agama Islam dan di dalam memberikan tuntunan dan bimbingan kepada para Shohabat rodiyallohu Ta'ala 'anhum. Semua itu harus kita lakukan dengan beradab ta’dhim dan tawaadlu'.

MASALAH MIMPI BERTEMU KANJENG NABI MUHAMMAD SAW.
Mimpi bertemu Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah mimpi baik, mimpi yang benar, mimpi yang haq. Siapapun orangnya yang bermimpi dan bagaimanapun keadaan mimpinya, itu mimpi yang benar. Sebab setan tidak dapat tamatstsul atau menyerupakan diri (mendho mendho-Jawa) dengan Kanjeng Nabi SAW berdasarkan sabda Hadits .

مَنْ رَآنِي فَقَدْ رَأَى الْحَقَّ فَاِنَّ الشَّيْطَانَ لاَيَتَمَثَّلُ بِي.
Artinya kurang lebih :
"Barang siapa melihat Aku dalam mimpi maka sungguh ia melihat kebenaran (melihat Rosululloh SAW dengan sebenarnya). Oleh karena sesungguhnya syaithon tidak dapat menyerupakan diri sebagai Aku'. (Riwayat Imam Muslim dan lainnya).

Di dalam kitab Ta'thiirul Anaam, "MAN ROAANII" diberi tafsir yang shoheh : "WALAU 'ALA AYYI SHUUROTIN WA HAA LATIN';  sekalipun dalam rupa dan keadaan yang bagaimanapun juga.
Memang, hasil impian seseorang bisa jadi tidak sama. Ada yang bermimpi bertemu Rosululloh SAW persis seperti apa yang disifatkan dan diterangkan di dalam kitab-kitab sejarah. Tetapi ada juga yang menyimpang dari itu. Tetapi keduanya sama-sama benar menurut hadits tersebut di atas. Perbedaan itu disebabkan antara lain karena situasi dan kondisi batiniyah dari orang yang bermimpi. Pada umumnya makin bersih makin jernih hati orang yang bermimpi, makin dekat kepada keadaan yang sebenarnya. Ibaratnya sebagai kaca cermin. Makin bersih dan makin tinggi mutu kaca cermin, makin jelas dan makin sempurna ha­sil pencerminan yang diperoleh.
Masalah mimpi boleh dikatakan termasuk di dalam lingkungan metafisika termasuk perkara gaib yang sampai sekarang masih belum bisa atau memang tidak bisa diungkap secara ilmiah, tidak terjangkau oleh pendekatan rasional seperti halnya bidang-bidang excata. Akan tetapi sebagai ummat Muhammad SAW kita percaya dan yakin akan kebenaran sabda Rosululloh SAW yang maksudnya kurang lebih bahwa mimpi yang baik adalah "juz-un minan-Nubuwwah" - bahagian dari pada kenabian. Maka dari itu kita harus bergembira dan wajib bersyukur kepada Alloh SWT apabila kita bermimpi baik, dan seharusnya prihatin dan mawas diri serta banyak istighfar memohon ampunan kepada Alloh SWT apabila kita bermimpi buruk.
(2). Cara TA'ALLUQ MAKNAWI yang ke dua ialah mengetrapkan dalam hati (merasa) "BIHAQIIQOTIL MUHAMMADIYYAH". Dikata­kan bahwa merasa Bi Haqqiqotil muhammadiyyah itu merupakan syu-huudul qolbi dari para Ahwaalul-Kariimah. Yaitu hati senantiasa sadar dan merasa bahwa asal kejadian segala makhluq (termasuk diri kita) adalah "NUR MUHAMMAD" (SAW). Hati senantiasa merasa (kroso dalam bahasa Jawa) apa yang disabdakan di dalam Hadits Qudsi :

خَلَقْتُكَ مِنْ نُوْرِي وَخَلَقْتُ الْخَلْقَ مِنْ نُوْرِكَ.

Artinya kurang lebih :
"AKU (Alloh) menciptakan Engkau (Muhammad SAW) dari NUR-Ku” dan AKU menciptakan makhluq dari NUR-Mu".

Jadi hakikat asal kejadian segala makhluq adalah "NUR MUHAMMAD" SAW. Berarti segala makhluq tidak terpisah sedetikpin dari "NUR MUHAMMAD". Baik makhluq jenis kasar maupun yang jenis halus; yang kelihatan mata dan yang tidak kelihatan mata; yang dapat diraba dan yang tidak dapat diraba; yang exacta dan yang metafisika; yang lahir dan yang batin; makhluq dunia maupun makhluq akhirot; makhluq bumi maupun makhluq langit. Segalanya Itu harus disadari dan bisa terasa di dalam hati pada segala saat dan keadaan, Tentang bagaimana wujudnya "NUR MUHAMMAD", kita tidak mampu mengindera dengan khoyal lebih-lebih dengan rasio. Yang penting harus kita yakini segala hakikat wujud yang benar, Jadi kita berfikir, berangan-angan, kita merasakan sesuatu, merasa gembira atau merasa bersedih, begitu juga pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan lain scbagainya, itu semua berasal kejadian dari "NUR MUHAMMAD" SAW. Itu harus kita rasa kita latih dalam hati, tidak cukup hanya dengan pengertian ilmiah saja. Sebab masalah ini adalah masalah "dzauq", masalah rasa, masalah feeling.
Untuk memudahkan pemahaman, kita memakai gambaran seperti di bawah ini. Akan tetapi harus diingat bahwa gambaran tidak persis dengan yang digambarkan. Sebuah foto tidak persis dengan orang yang punya foto. Gambaran tersebut ialah KAIN - BENANG - KAPAS. Kain ibaratnya makhluq, benang ibaratnya Nur Muhammad dan kapas ibaratnya Nur Alloh.
Kain tersusun dari benang. Wujudnya kain sebab wujudnya benang. Tidak pernah ada kain yang tanpa benang. Jadi pada hakikat-nya kain itu adalah benang. Kain itu sendiri tidak punya hakikat wujud. Begitu juga makhluq. Wujudnya makhluq sebab wujudnya "NUR MUHAMMAD". Jadi pada hakekatnya makhluq itu adalah Nur Muham­mad. Pada hakekatnya tidak makhluq satupun yang tanpa Nur Muham­mad. Jika makhluq dihindari oleh Nur Muhammad otomatis spontan menjadi 'adam, tidak wujud. Sekali lagi ini adalah masalah dzauq, masa­lah rasa. Tidak dapat hanya diperhitungkan atau dipertimbangkan atau dianalisa dengan rasio atau akal fikiran. Pengertian dan pemahaman oleh akal fikiran hanya membatu meresapnya rasa dalam hati.
Sekali lagi, makhluq itu tidak mempunyai hakikat wujud sendiri. Wujudnya makhluq sebab diwujudkan atau sebab wujudnya Nur Muham­mad. Inilah yang harus kita rasa di dalam hati. Melihat makhluq (diri kita pun juga makhluq) harus spontan merasa NUR MUHAMMAD!. Begitu juga kita mendengar, mencium, merasa dan sebagainya harus spontan merasa NUR MUHAMMAD SAW !. Barang siapa melihat, mendengar, mencium, merasa akan. makhluq tetapi tidak merasa NUR MUHAMMAD SAW, itulah orang yang terhijab. Tertutup mata hatinya! Tertutup dari kebenaran haqiqi !. Jika tidak ada usaha mengadakan perbaikan untuk membuka tabir hijab dirinya, maka selamanya akan tetap terhijab dan makin tebal, makin tebal. Dan kelak di akhirot akan dimasukkan ke dalam "Naarul - hijaab" atau "Naarul-Bu'di" - "nerakanya jauh" dari Alloh SWT!. Suatu penderitaan yang paling pedih karena tidak bisa ikut mencicipi kenikmatan "Jannatul-Qurbi" - "Surganya dekat" kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW !.
Semoga kita termasuk orang-orang yang memperolah fadlol dari Alloh SWT, memperoleh syafa'at tarbiyah Rosuululloh SAW, memperoleh barokah nadhroh Ghoutsu Haadzaz-Zaman seperti tersebut di atas !. Amiin !.
AL FAATIHAH !. ......................
Pemahaman selanjutnya. Benang, terbentuk atau terjadi dari kapas. Tanpa kapas, benang itu sendiri tidak ada, tidak wujud. Adanya benang sebab adanya kapas. Jadi hakikat wujudnya benang adalah kapas, Benang sendiri tidak mempunyai hakikat wujud. Wujudnya benang sebab wujudnya kapas. Atau sebab kapas. Begitu saja singkatnya. Begitu juga "NUR MUHAMMAD". Hakikat wujud dari Nur Muhammad adalah "NUR ALLOH". Begitu seterusnya, hakikat wujud dari pada makhluq adalah Nur Alloh. Makhluq itu sendiri tidak mempunyai sifat wujud. Yang memiliki sifat wujud hanya Alloh. Sedangkan wujudnya makhluq adalah sebab diwujudkan oleh Alloh. Makhluq tidak wujud jika tidak diwujudkan oleh Alloh. Wujudnya makhluq, sebab Alloh !. Istilah dalam Wahidiyah, wujudnya makhluq itu BILLAH. "LAA HULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH" (Tiada daya dan kekuatan melainkan atas titan Alloh, sebab Alloh BILLAH). Pemahaman yang lebih lengkap tentang "BILLAH" dan "BIHAQIIQOTIL   MUHAMMADIYYAH" periksa bab Ajaran Wahidiyah di belakang !.
Pengertian "BILLAH" dan "BIHAQIIQOTIL MUHAMMADIY­YAH" harus sungguh-sungguh meresap ke dalam hati, dan diterapkan dengan rasa !. Tidak cukup dan tidak boleh hanya menjadi pengertian ilmiah saja !. Harus ditembuskan menjadi penerapan rasa dzauqiyyah !.. Lebih-lebih tidak boleh hanya dipergunakan sebagai bahan percakapan, lebih-lebih lagi untuk bermujadalah dan dijadikan materi diskusi perdebatan !. Tidak boleh !. Mengadakan pembahasan masalah ini harus disertai penerapannya di dalam hati !. Hati harus terus menerus dilatih merasa BILLAH dan BIHAQIIQOTIL MUHAMMADIYYAH !.
Permulaan mungkin sulit, akan tetapi jika terus menerus dilatih dan ada perhatian dan kemauan yang sungguh-sungguh, insya Alloh lama-lama mendapat kemajuan. Di samping melatih hati terus menerus supaya giat melakukan Mujahadah Wahidiyah !. Alhamdu Lillah dalam pengalaman banyak dikaruniai kemajuan.
Di bawah ini dinukilkan Sholawat bernadhom yang juga diuklif oleh Hadrotul Mukarrom Romo Kyai Haji Abdoel Madjid Ma'roef Muallif Sholawat Wahidiyah, yang apabila diperbanyak membacanya syukur dimudawamahkan atau dilestarikan di samping Mujahadah Wahidiyah, alhamdu Lillah besar sekali manfaatnya bagi meningkatnya kesadaran BILLAH dan BIHAQIIQOTIL MUHAMMADIYYAH.

الْحَمْدُ لِلهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ * عَلَيْكَ وَاْلآلِ اَيَا خَيْرَ اْلاَنَامِ
"ALHAMDU LILLAHISSHOLAATU WASSALAM 'ALAIKA WAL ALIAYAA KHOIROL ANAAM".
"Segeda puji bagi Alloh; sholawat dan salam semoga senantiasa melimpah kepangkuan-Mu serta Keluarga duhai (Kanjeng Nabi SAW) sebaik-baik manusia".




"ROBBUN KARIIM WA ANTA DZUU KHULQIN 'ADHHM FASYFA’ LANA FASYFA'LANAA 'INDAL KARIIM".
"Tuhan Maha Mulia, sedangkan Engkau (Kanjeng Nabi) memiliki akhlaq yang agung. Maka syafa'atilah kami, syafa'atilah kami di sisi Tuhan Maha Mulia!".

يَا مَنْ بِهِ قَدْ عُرِفَ الْخَلاَّقُ # لَوْلاَكَ مَا خُلِقَتِ الْخَلاَئِقُ
"YAA MAN BIHI QOD 'URIFAL-KHOLLAAQU LAULAAKA MAA KHUL1QOTIL KHOLAAIQU".

"Duhai (Kanjeng Nabi SAW) orang yang menjadi sebab dikenalnya Tuhan Maha Pencipta. Sekiranya tidak karena Engkau, tidaklah se­gala makhluq ini diciptakan",

Disabdakan di dalam Hadits Qudsi kurang lebih :
لَوْلاَكَ لَوْلاَكَ مَا خَلَقْتُ اْلاَفْلاَكَ. (جامع الاصول : 79).
Artinya kurang lebih :
"Jika  tidak  karena Engkau  (Muhammad SAW), jika tidak karena Engkau, sungguh AKU tidak menciptakan cakrawala".

مِنْ نُوْرِكَ الْخَلْقُ جَمِيْعًا خُلِقَا # وَاَنْتَ مِنْ نُوْرِ الَّذِي قَدْ خَلَقَا
"MIN NUURIKAL-KHOLQU JAMII'AN KHULIQO WA ANTA MIN NUURIL-LADZII QOD KHOLAQO".

"Dari Nur-Mu segala makhluq diciptakan, sedangkan Engkau diciptakan dari Nur Tuhan Yang Maha Pencipta".

يَا خَيْرَ خَلْقِ اللهِ حَقًّا اَجْمَعِيْنَ # اَنْتَ اِمَامُ اْلاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
"YAA KHOIRO KHOLQILLAAHI HAQQON AJMA’IIN IMAAMUL-ANBIYA WAL MURSALIIN".

"Duhai (Kanjeng Nabi SAW) sebaik-baiknya semua makhluq Alloh, sungguh benar Engkau adalah Pemimpinnya para Nabi dan para Utusan".

يَآاَيُّهَا الرَّسُوْلُ يَا مُحَمَّد # يَا صَاحِبَ الْمَقَامِ يَا مَحْمُوْد
"YAA AYYUHAR-ROSUULU YAA MUHAMMADU YAA SHOHIBAL-MAQOOMI YAAMAHMUUDU".

"Duhai kanjeng Rosul, duhai Kanjeng Nabi Muhammad yang menduduki maqom (yang tinggi), duhai Kanjeng Nabi yang terpuji".

يَآاَيُّهَا الشَّفِيْعُ يَا مُشَفَّعُ # كُلُّ شَفِيْعٍ هُوَ مِنْكَ يَشْفَعُ
"YAA AYYUHASY-SYAFII’U YAA MUSYAFFA'U KULLU SYAFII' IN HUWA MINKA YASYFA'U".

"Duhai Kanjeng Nabi yang banyak memberi syafa'atnya, duhai Kanjeng Nabi yang diterima syafa'atnya, setiap yang mensyafa’ati itu dari Engkau jua dapatnya mensyafa'ati".

يَا شَافِعَ الْخَلْقِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ   عَلَيْكَ نُوْرَ الْخَلْقِ هَادِيَ اْلاَنَامِ
وَاَصْلَهُ وَرُوْحَهُ اَدْرِكْنِي   فَقَدْ ظَلَمْتُ اَبَدًا وَّرَبِّنِي
وَلَيْسَ لِي يَا سَيِّدِي سِوَاكَا   فَاِنْ تَرُدَّ كُنْتُ شَخْصًا هَالِكًا
يَا سَيِّدِي يَا رَسُوْلَ اللهِ

Terjemahnya lihat halaman 17 di muka.

Kembali masalah "TA'ALLUQ BIJANAABIHI SAW".
Muallif Sholawat Wahidiyah senantiasa menganjur amanatkan agar supaya di samping Mujahadah Wahidiyah memperbanyak membaca :

يَا سَيِّدِي يَا رَسُوْلَ اللهِ
"YAA SAYYIDII, YAA ROSUULALLOH",

Di mana dan kapan saja ada kesempatan dan sambil melakukan pekerjaan apa saja. Dibaca lisan atau dalam batin, melihat situasi dan kondisi. Syukur jika disamping itu diamalkan secara khusus seperti halnya Mujahadah Wahidiyah dengan hitungan yang sebanyak-banyaknya. Misalnya dibaca sekian ribu kali atau selama sekian jam. Tidak terbatas. Makin banyak makin baik. Lebih-lebih apabila ada kepentingan atau mempunyai sesuatu hajat. Asalkan tidak disalah gunakan dan harus dijiwai LILLAH-BILLAH, LIRROSUL-BIRROSUL dan seterusnya. Alhamdu Lillah manfaatnya besar sekali bagi terjalinnya hubungan jiwa yang lebih akrab, lebih mendalam dan lebih mesra dengan Rosuululloh SAW. Dan selain itu dikaruniai pula manfaat-manfaat lain yang tidak dapat diperkirakan nilainya dan diluar perhitungan akal fikiran. Manfaat lahir dan manfaat batin, soal materi dan non materi, manfaat duniawi dan manfaat ukhrowi. Alhamdu lillah !.
Atas dasar pengalaman seperti tersebut di atas, maka memperbanyak membaca "YAA SAYYIDII YA RASUULALLOH" merupakan cara "TA'ALLUQ BIJANAABIHI SAW" yang paling gampang. Kami tidak atau mungkin belum mampu membuat uraian analisa secara ilmiah yang kongkrit, akan tetapi secara imani kita percaya dan yakin akan kebenaran fakta pengalaman nyata seperti di atas. Sebab, "YA SAYYIDH YA RASUULALLOH" adalah sebutan tidak dan panggilan langsung kepada Rasuululloh SAW yang mengandung. makna "tasyaffua’an" (= memohon syafa'at) yang dijiwai dengan ta'dhim, mahabbah, tadhollum dan iftiqor (memulyakan, cinta, pernyataan diri dholim/berdosa dan cetusan rasa butuh). Sedangkan Kanjeng Nabi SAW bersifat rouf rohim kasih sayang dan banyak memberikan pengorbanan bagi para ummat. Firman Alloh :

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلُ اللهِ مِنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَؤُفْ ٌرَحِيْمٌ.
(9- التوبة : 128).
Artiya kurang lebih :
"Sungguh telah datang kepada  kamu sekalian seorang Rosul dan kaummu sendiri, yang berat terasa olehnya penderitaanmu sekalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu sekalian, amat belas kasihan lagi menyayangi orang-orang mukmin" (9-At- Taubab : 128)

Maka kita yakin dengan adanya panggilan "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" pasti Kanjeng Nabi SAW tidak sampai hati membiarkannya dan pasti mengulurkan syafa'atnya. Para Ahlul-Kasyfi menerangkan bahwa "YAA SAYYIDH YA ROSUULALLOH" adalah "Iltijaa-ul ummah ila Sayyidihim" = mengungsinya ummat kepada Pemimpinnya yakni Kanjeng Nabi SAW. Dan pada saat yang demikian itu Kanjeng Nabi SAW menjawab de­ngan nada penuh kasih sayang :
مَا حَاجَتُكَ يَا اُمَّتِي ؟
"Apa gerangan hajat kebutuhanmu wahai ummat-Ku ?".

Sekalipun sudah berada di alam kubur, Rasululloh SAW diperlihatkan / diperdengarkan bacaan sholawat para ummat oleh Malaikat yang bertugas khusus untuk itu. Lihat Hadits-Hadits tentang Sholawat di muka.

H.   HAL  SYAFA'AT.

“SYAFA'AT” maknanya adalah "PERTOLONGAN". Syafa'atan hasanatan" berarti pertolongan yang membawa kepada kebagusan, dan syafa'atan sayyiatan" adalah pertolongan yang menyeret kepada kejahatan dan kekejian. Di dalam pembahasan di sini yang dimaksud syafa'atan hasanatan. Di dalam Syarah Sulam halaman 7 dikatakan :

الشَّفَاعَةُ سُؤَالُ الْخَيْرِ مِنَ الْغَيْرِ لِلْغَيْرِ.

Yang disebut syafa'at adalah memohonkan kebaikan dari atau oleh lain untuk orang lain. Atau mudahnya, mengusahakan kebaikan orang lain. Atau memberikan jasa-jasa baik kepada orang lain  mengharap upah atau imbalan jasa. Memberi jasa, baik diminta maupun tidak diminta.
Di dalam penggunaan istilah, pada umumnya sebutan "Syafa'-at" dipakai untuk pertolongan yang khusus dari Kanjeng Nabi SAW. Sedangkan pertolongan yang diberikan oleh selain Kanjeng Nabi SAW, umpamanya oleh para Auliya Alloh, oleh Ulama atau Sholihin atau oleh orang yang lebih tua umumnya disebut barokah atau doa restu, bantuan, dukungan atau jangkungan. Sesungguhnya semua itu tidak lain adalah syafa'at juga namanya. Syafa'at dalam arti pertolongan.
Syafa'at Kanjeng Nabi SAW itu terjadi di dunia dan di akhirot. Yang di dunia antara lain dan ini yang paling berharga dan tak ternilai dengan harta adalah iman dan islam di dada setiap mukmin dan muslim. Boleh dikatakan bahwa Syari'at Islam tuntunan Rosulullah SAW adalah Syafa'at Nabi SAW. Dan seperti kita sadari dari kenyataan bahwa tuntunan Rosululloh SAW tersebut disalurkan dan disampaikan kepada kita melalui proses yang panjang. Melalui para Shohabat rodliyallohu Ta'alaa 'anhum, kepada para Tabi'ii para Tabi'it-Taabi'iin para ‘Ulama Salaf, para Auliya para Sholihiin, para ‘Ulama Kholaf para Kyai, para Cendikiawan, para Ustadz, para Guru akhirnya sampai kepada kita. Berarti mereka-mereka itu adalah perantara antara kita dengan junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosuululloh SAW. Meraka-mereka itu adalah penyambung/penyalur Syafa'at Rosul SAW kepada para ummat. Dapat kita fahami  bahwa mereka dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur Syafa'at adalah juga dari Syafa'at Rosuululloh SAW. Dan begitu seterusnya, sambung-bersambung. Tanpa Rosuululloh SAW mereka tidak dapat melakukan hal-hal seperti itu, dan kita pun tidak akan memiliki iman dan islam dan faham-faham keagamaan seperti sekarang ini.
Begitu gambaran hiasnya Syafa'at Rosuulullloh SAW di dunia ini, dan begitu penting dan berharga bagi kita para ummat sehingga kita tidak mampu menghitung-hitung betapa besarnya nilai Syafa'at Rosuululloh SAW itu. Suatu pertolongan yang sangat kita butuhkan Kita butuhkan untuk membawa diri kita kepada kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirot. Kita butuhkan untuk membebaskan dan menyelamatkan diri kita dari bahaya kejahatan dan kekejian yang akan menyeret kepada kesengsaraan dan kehancuran dunia akhirot.
Adapun Syafa'at Kanjeng Nabi SAW di akhirot kelak, yang disebut "SYAFA'ATUL UDHMA" adalah pertolongan agung yang sangat dibutuhkan oleh seluruh ummat manusia di padang Mahsyar kelak di akhirot. Di padang Mahsyar itu nanti seluruh ummat manusia dari zaman nenek moyang kita Kanjeng Nabi Adam 'alaihis-sholaatu wassalam sampai manusia yang terakhir menemui Hari Qiyaamah dikumpulkan semua. Terjadilah suatu peristiwa yang maha dahsyat, suatu tragedi kebingungan ummat manusia yang sangat memuncak dan belum pernah dialami sebelumnya. Di bawah pembakaran terik panas sinar matahari yang pada saat itu di kebawahkan oleh Alloh hanya tinggal setiggi galah, tiap-tiap manusia mengalami problean-problemnya sendiri-sendiri sebagai akibat tidak lakunya ketika hidup di dunia. Disebut "yaumul hasyri" atau hari berkonfrontasi saling berhadap-hadapan satu sama lain. Baik Bapak baik Ibu, baik anak baik saudara dan sebagainya saling tuntut-menuntut, saling tuduh-menuduh satu sama lain. Satu sama lain melarikan diri ketakutan, takut terkena tuntutan.

فَاِذَا جَاءَتِ الصَّاخَةُ # يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِ # وَاُمِّهِ وَاَبِيْهِ # وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيْهِ # لِكَلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِ # (80- عبس : 33-34-35-36-37).

Artinya kurang lebih :
"Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu seseorang melarikan diri (karena takut dituntut) dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang sangat menyibukkan ".
(80 - 'Abbasa : 33, 34, 35, 36, 37).

Akan tetapi kemanapun larinya toh akhirnya dipertemukan juga satu lawan yang lain. Terjadilah pertengkaran seru saling tuntut-menuntut dan saling tuduh-menuduh. Ada yang menang, ada yang kalah. Siapa yang kalah, terjatuh masuk ke dalam jurang neraka, Mungkin ada yang sama-sama kuat, dan keduanya terjungkel masuk ke dalam jurang neraka bersama-sama.
Di dalam peristiwa dahsyat di padang Mahsyar seperti di atas itulah timbul kepanikan yang sangat memuncak, kemudian para manusia sama minta pertolongan kepada Nabi-Nabi mulai Kanjeng Nabi Adam 'alaihis-sholaatu wassalam dan seterusnya agar dapat terlepas dari peristiwa yang dahsyat itu. Akan tetapi semua Nabi-Nabi yang dimintai syafa'at atau pertolongan itu sibuk oleh dirinya sendiri.
Akhirnya junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad Rosuululloh 'alaihi wassallam-lah yang tampil cancut tali wondho memberikan pembelaan bagi para umat dengan bersungkur sujud memohon ampunan dan kasih sayang kepada Alloh SWT bagi para ummat. Dan Alloh SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang pun kemudian berkenan mengabulkan munajat Nabi dan Kekasih-Nya nomer satu itu, Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosuululloh shollallohu 'alaihi wassalam, Pembela dan Pembebas ummat dari kesengsaraan. Inilah yang dimaksud "SYAFA'ATUL ‘DHMA" - syafa'at paling agung.
Sebagai ummatnya Kanjeng Nabi SAW kita harus menyadari betapa besar pengorbanan Beliau SAW di dalam membela ummat, Kemudian kita perlu koreksi diri sampai seberapa mendalamnya mahabbah dan ta'dhim kita kepada Beliau shollallohu 'alaihi wassallam.

AL FAATIHAH ...................

Ada sebahagian pendapat yang ingkar tidak mempercayai adanya "syafa'at" dengan mengemukakan ayat 48 Surat No. 74 Al Mudatstsir :

فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ  (76-المدثر:48)

Artinya kurang lebih :
"Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at ari orang-orang yang memberikan syafa'at". (74 –Al-Mudatstsir: 48)

Pendapat ini tidak akan dapat dibenarkan, oleh karena yang dimaksud “mereka” dalam ayat tersebut adalah Kuffar minal mujrimiin, orang-rang kafir yang mendustakan atau tidak mempercayai adanya "yau-ud-diin" hari pembalasan sebagaimana disebutkan pada Ayat sebelumnya yaitu Ayat no. 46 :

وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (76-المدثر:46)
 Atinya kurang lebih :
“dan adalah kami mendustakan Hari Pembalasan (74 - AlMudatstsir : 46)

Sedangkan syafa'at yang dimaksudkan seperti di atas adalah dalam hubungannya dengan orang mukmin.
Adapun   pendapat  yang  mempercayai adanya syafa'at menggunakan dasar Surat no. 20 Thoha Ayat 109 :

يَوْمَئِذٍ لا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلاً (20-طه:109)

Artinya kurang lebih :
"Pada hari itu tidaklah berguna sesuatu syafa'at, kecuali (syafa'at-nya) orang yang Alloh Maha Pemurah telah memberi ijin kepada-nya, dan Dia telah meridloi perkataannya". (20-Thoha: 109)

Jelas dari Ayat tersebut bahwa ada orang yang diijinkan dan diridloi Alloh memberikan syafa'at. Dan kita yakin, Beliau Rosuululloh SAW diberi mandat penuh oleh Alloh untuk memberikan syafa'at. Sebab, Beliau SAW adalah Nabi, Utusan, dan Kekasih Alloh nomer satu yang diberikan  predikat  "Sayyidul  Anbiyaa  Wal  Mursalin yang  "Dzuu-khulqin'adhiim" berbudi pekerti luhur dan yang menjalinkan fungsi rohmatan lil'alamiin". Dalam hubungan syafa'at, Rosuulullah SAW bersabda :

اَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلاَفَخْرَ وَاَنَا اَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ اْلاَرْضُ وَاَنَا اَوَّلُ شَافِعٍ وَاَوَّلُ مُشَفَّعٍ.بِيَدِيْ لِوَآءُ الْحَمْدِ تَحْتَهُ آدَمَ فَمَنْ دُوْنَهُ (رواه الترمذى وابن ماجه عن ابى سعيد الخذرى والحاكم عن جابر باسناد صحيح)
Artinya kurang lebih :
"Aku adalah Sayyid dari anak cucu Adam dan tidak membanggakan diri dan Aku adalah orang yang pertama kali dibangunkan dari kubur, dan Aku adalah orang yang pertama memberikan syafa'at dan orang pertama yang diterima syafa'atnya. Di tangan Ku-lah "BENDERA PUJI" dan di bawah bendera itu bernaung Nabi Adam kemudian orang-orang lainnya".
(anak cucu Adam).(Diriwayatkan oleh Thirmidzi dan Ibnu Maajah dari Abu Sa'id Al Khudri dan Al-Hakim dari Jabir dengan sanad yang shoheh).


يَشْفَعْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلاَثَةٌ اَلاَنْبِيَاءٌ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَآءُ (رواه ابن ماجه عن عثمان)

Artinya kurang lebih :
"Yang dapat memberi syafa'at besok pada Yaumul Qiyamaah ada tiga; yaitu para Anbiyaa kemudian para Ulama, kemudian para Syuhadaak".
(Diriwatkan oleh Ibnu Maajah dari Usman R.A.)

حَيَاتِى خَيْرٌ لَكُمْ وَمَمَاتِى خَيْرٌ لَكُمْ وَامَّا حَيَاتِى فَاَسُنُّ لَكُمُ السُّنَنَ وَاَشْرَعُ لَكُمُ الشَّرَائِحَ وَاَمَّا مَمَاتَى فَاِنَّا اَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ فَمَا رَاَيْتُ مِنْهَا حَسَناً حَمِدْتُ الله عَلَيْهِ وَمَا رَاَيْتُ مِنْهَا سَيِّئاً اِسْتَغْفَرْتُ اللهَ لَكُمْ (رواه البزار عن ابن مسعود باسناد صحيح)

Artinya kurang lebih :
"Hidup-Ku adalah kebaikan bagi kamu sekalian dan kematian-Ku pun kebaikan bagi kamu sekalian. Adapun hidup-Ku maka AKU memberikan tuntunan berbagai sunnah kepada kamu sekalian dan mengajarkan berbagai macam syari'at kepada kamu sekalian. Sedangkan kematian-Ku (yang juga kebaikan bagi kamu sekalian), oleh karena sesungguhnya amal-amal kamu sekalian diperlihatkan kepada-Ku. Maka apa saja yang aku lihat dari padanya kebaikan, Aku memuji kepada Alloh atas kebaikan itu, dan apa yang Aku melihatnya keburukan, maka Aku memohonkan ampunan kepada Alloh bagi kamu se­kalian"
(Diriwayatkan oleh Bazaar dari Abdullah bin Mas'ud dengan sanad yang shoheh).
Jelaslah bahwa syafa'at Rosululloh SAW itu meliputi di dunia dan di akhirot. Di dunia memberikan syafa'at berupa bimbingan, tuntunan dan tarbiyah lahir batin, syar’an wa haqiiqotan, materiil dan moril spirituil, bahkan boleh dikatakan jasa dan wa ruuhan. Iman dan islam kita ini adalah syafa'at dan jasa dari Rosuululloh SAW. Bahkan lebih juga dari pada itu. Segala hidup dan kehidupan kita dan segala apa yang ada di dunia ini adalah sebab syafa'at atau jasa dari Rosuululloh SAW. mari kita renungkan Ayat no. 103 Surat Ali'imron :

  وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (3-ال عمران:103) 
Artinya kurang lebih :
“Dan kamu sekalian sudah berada di tebingnya jurang neraka, kemudian Alloh menyelamatkan kamu sekalian dari padanya; demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-NYA kepada kamu sekalian agar supaya kamu kalian mendapat petunjuk". (3 - Ali’Imron:103)
Kita para manusia waktu itu yaitu pada zaman jahiliyah sudah berada tebingnya jurang dan sudah akan menjerumus kepada kehancurannya akibat ulah manusia itu sendiri makin jauh dari Tuhan sehingga nyaris sudah kehilangan sifat-sifat kemanusiaannya. Tingkah laku perbuatannya sudah menyerupai binatang bahkan lebih buas dari pada binatang buas. Kemudian Alloh SWT menyelamatkan manusia dengan mengutus Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosuululloh SAW untuk menjadi juru Penerang dalam kegelapan dan Juru Selamat dari kesengsaraan dan kehancuran, sebagai perwujudan rahmat kasih sayang Alloh SWT kepada seluruh alam.
وَمَآ أَرْسَلْنٰاكَ إِلا  رَحْمَةً لِلْعٰالَمِينَ ( 21-الانبياء:108)
Artinya kurang lebih :
"Dan  tiada AKU mengutus Engkau (Muhammad SAW) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alamin ". (21-Anbiyaa: 107).

Ditetapkannya Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW sebagai Rosul Utusan Alloh itu bukan hanya terbatas buat bangsa Arab saja, melainkan meliputi buat seluruh ummat manusia sedunia.

وَمَا أَرْسَلْنٰاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ (24-سباء:28)

Artinya kurang lebih :
"Dan  tiada AKU mengutus Engkau  (Muhammad SAW)  melainkan meliputi buat seluruh ummat manusia seluruh dunia sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, Akan tetapi sebagian besar manusia tidak mau mengerti". (34-As Sabaa: 28)
Demikian itulah fungsinya Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Utusan Alloh SAW, Pemimpin seluruh bangsa ummat manusia sedunia yang telah membebaskan manusia dari belenggu imperialis nafsu angkara murka dan menyelamatkan manusia dari ranjau kebiadabannya. Maka oleh karena itu kita sebagai ummat yang telah diselamatkan seharusnya menyadari hal itu dan seharusnya beradab lahir batin yang sebaik-baiknya terhadap Beliau Rosuululloh SAW dimanapun dan kapan saja serta apapun yang sedang kita kerjakan. Lebih-lebih ketika membaca "sholawat”. Sholawat apa saja!.
Setengah dari pada adab ketika membaca sholawat seperti sudah kita singgung di muka, yaitu harus disertai niat beribadah kepada Alloh dengan ikhlas LILLAHI TA'ALAA, semata-mata melaksanakan perintah Alloh, tanpa ada pamrih atau keinginan suatu apapun !. Melaksanakan perintah Alloh dengan sepenuh ta’dhim dan mahabbah semurni-murninya. Jangan sampai kita membaca sholawat karena dipengaruhi atau didorong oleh kepentingan-kepentingan pribadi kita !. Jangan sampai kita maunya membaca sholawat karena menengok lebih-lebih kepincut ingin memperoleh fadilah-fadilahnya membaca sholawat !. Ingin pahala, ingin surga, ingin terkenal, ingin diberi keistimewaan-keistimewaan, ingin ini ingin itu dan lain-lain, jangan !. Sebab yang demikian itu akan merusak atau mengurangi ta’dhim dan mahabbah kita kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW!. Merusak nilai ibadah kita!. Berarti memperalat sholawat memperalat Rosuululloh SAW untuk kepentingan nafsu !. Ini sangat suu-ul adab sekali!.
Ingin kepada kebaikan-kebaikan dan fadilahnya membaca sholawat, baik kebaikan dunia maupun kebaikan akhirot boleh saja, bahkan memang kita diperintahkan agar usaha mencari kebaikan dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Dalam segala hal apa saja. Ketika menghadapi kesulitan misalnya, di samping harus sabar dan ridlo, harus usaha men­cari jalan keluarnya. Pada waktu sakit atau mengalami penderitaan itu musibah, di samping harus sabar, ridlo dan tawakal harus ikhtiar mencari kesembuhan atau mencari obat. Hanya sabar, ridlo dan tawakkal tetapi tidak ikhtiar atau usaha jalan keluarnya adalah terkecam dan termasuk dosa. Begitu seharusnya. Akan tetapi janganlah "keinginan-keinginan" seperti itu yang menjadi dasar dan yang mendorong kita mau membaca sholawat. Dasar ta’dhim dan mahabbah dan niat ibadah ke­pada Alloh SWT dengan ikhlas LILLAHI karena Alloh harus senantiasa menjiwai di dalam kita membaca sholawat atau didalam kita menjalankan ibadah-ibadah lainnya.
Sabda Hadits-Hadits di muka dan keterangan lainnya tentang fadilah kebaikannya membaca sholawat justru harus kita jadikan pendorong untuk meningkatkan dan memperkuat iman dan mahabbah kita kepada Alloh Wa Rosulihi SAW !. Justru harus kita jadikan pendorong dan penguat rasa ta'dhim dan kagum kita terhadap kebesaran dan kasih sayang Alloh Wa Rosuulihi SAW kepada kita para ummat. Justru harus kita jadikan untuk meningkatkan syukur kita kepada Alloh SWT !. Sehingga dengan demikian, dengan memperbanyak membaca sholawat, akan tumbuhlah rasa syauq atau rindu yang mendalam di dalam lubuk hati nurani kita, sehingga kita benar-benar secara lahiriyah dan secara batiniyah menjadi ABDULLOH hamba Alloh yang benar, menjadi UMMAT MUHAMMAD SAW yang taat setia secara utuh dan konsekwen sehingga kita bisa meniru budi, sikap dan kepemimpinan Rosuululloh SAW yang 'rohmatan lil 'alamiin", yang "dzu khuluqin 'adhiim", yang "bil-mu’miniina rouufur-rohiim", yang senantiasa memberi manfaat kepada orang lain, berguna bagi bangsa, negara dan masyarakat ummat manusia dan bagi makhluq lingkungan hidupnya !. Manfaat lahir manfaat batin, manfaat di dunia dan manfaat di akhirot!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar