AJARAN WAHIDIYAH

LILLAH Artinya : segala perbuatan apa saja lahir maupun batin, baik yang berhububungan dengan langsung kepada Alloh wa Rosulihi SAW maupun berhubungan dengan sesama makhluq, baik kedudukan hukumnya wajib, sunnah, atau mubah, asal bukan perbuatanyang merugikan yang tidak di ridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakanya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada Alloh dengn ikhlas tanpa pamrih ! LILLAH TA’ALA baik pamri ukhrowi, lebih – lebih pamri duniawi

BILLAH : merasa dan menyadari bahwa segalanya termasuk gerak gerik kita, lahir batin, tenaga, pikiran dll adalah ciptaan ALLOH MAHA PENCIPTA !. yakni ''laa haula walaa quwwata illaa billaah '' tiada daya kekuatan melainkan karena Alloh SWT.

LIRROSUL Di samping niat Lillah seperti di muka, supaya juga di sertai dengan niat LIRROSUL, yaitu niat mengikuti tuntunan Rosulullooh SAW

BIRROSUL Penerapannya seperti BILLAH keterangan di muka, akan tetapi tidak mutlak. Dan menyeluruh seperti BILLAH, melainkan terbatas dalam soal – soal yang tidak dilarang oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Jadi dalam segala hal apapun, segala gerak – gerik kita lahir batin, asal bukan hal yang dilarang, oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Disamping sadar Billah kita supaya merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa dari Rosulullooh SAW ( BIRROSUL )

YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH

Memenuhi segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa menuntut hak .mengutamakan kewajiban dari pada menuntut hak .contoh ;suami harus memenuhi kewajibannya terhadap sang isteri ,tanpa menuntut haknya dari sang isteri .dan isteri harus memenuhi kewajibannya terhadap suami,tanpa menuntut haknya dari sang suami .anak harus memenuhi kewajibannya kepada orang tua , tanpa menuntut haknya dari orang tua .dan orang tua supaya memenuhi kewaqjibannya terhadap anak, tanpa menuntut haknya dari si anak .dan sebagainya .sudah barang tentu jika kewajiban di penuhi dengan baik, maka apa yang menjadi haknya akan datang dengan sendirinya tanpa di minta .

TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFAH’ FAL ANFA’

Mendahulukan yang paling penting , kemudian yang paling besar manfaatnya . jika ada dua macam kewajiban atau lebih dalam waktu yang bersamaan dimana kita tidak mungkin dapat mengerjakannya ,bersama sama ,maka harus kita pilih yang paling aham ,paling penting kita kerjakan lebih dahulu . jika sama sama pentingnya ,kita ,pilih yang lebih besar manfaatnya

Sabtu, 15 Desember 2012

kuliah wahidiyah bab 6 hal mujahadah


BAB VI
HAL   MUJAHADAH
Kesimpulan dari AJARAN WAHIDIYAH yang pokok, seperti sudah kita bahas di muka yaitu : segala tindakan atau perbuatan atau amal apa saja baik yang hubungan langsung kepada Alloh Ta'ala wa Rosuulihi SAW atau yang hubungan dengan masyarakat, dan yang hubungan kepada segala makhluq pada umumnya, asal bukan perbuatan terlarang bukan perbuatan yang merugikan, supaya selalu di jiwai LILLAH - BILLAH LIRROSUL - BIRROSUL LILGHOUTS -BILGHOUTS !. Dan agar supaya kita YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQOH — memenuhi segala macam kewajiban tanpa menuntut hak dengan prinsip TAQDIIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA' FAL ANFA" — mendahulukan yang lebih aham - lebih penting dan memilih yang lebih besar manfaatnya. Semua itu ilmiahnya sudah kita bahas dan mari terus kita praktekkan kita terapkan dan kita tingkatkan !.
Alloh SWT memberi kepada setiap manusia dua bentuk kekuatan. Kekuatan lahir dan kekuatan batin, kekuatan jasmani dan kekuatan ruhani Kedua-duanya harus dipergunakan oleh manusia untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan hidup didunia dan diakhirot. Hanya menggunakan kemampuan lahir saja namanya menyia-nyiakan pemberi­an Alloh yang berupa kemampuan batin. Dan, manusia akan tersesat jalan kemudian menjeromos kepada kehancuran. Begitu juga hanya menggunakan kekuatan batin saja juga termasuk penyelewengan yakni tidak mensyukuri ni'mat pemberian Alloh berupa kekuatan lahir dan oleh karena itu tidak akan mencapai apa yang dicita-citakan, terkecuali yang mendapat fadlol khusus dari Alloh SWT. Kemampuan ruhani dan kemampuan jasmani harus dipergunakan seirama dan seimbang !.
Akan tetapi sayangnya, kebanyakan manusia hanya kekuatan lahir yang dipergunakan paling menonjol. Sedangkan kemampuan batin ke­mampuan ruhaninya jauh terbelakang dibanding dengan aktifitas lahir.
Pada hal sebenarnya kemampuan lahir itu lebih terbatas jika dibanding dengan kemampuan ruhani manusia, sekalipun pada kekuatan lahir disediakan pengaturan - pengaturan dan dibuat persiapan-persiapan. Dan disamping itu pada kekuatan lahir banyak dijumpai resiko-resiko yang lebih berat di banding dengan penggunaan aktivitas batin. Dan penggunaan  aktivitas  batin  itu  tidak akan mengganggu pelaksanaan aktivitas lahir, bahkan menunjangnya. Kemampuan batin atau kemam­puan ruhani sebaliknya adalah luas sekali tidak terbatas, dan justru besar sekali   menunjang     kelancaran  penggunaan kemampuan  lahir. Makin  banyak dan makin tekun menggunakan kemampuan ruhani, makin besar pula potensi batiniah seseorang dan makin dekat kepada ridlo Alloh dan otomatis makin mustajab.
Kemampuan batin yang dimaksud disini yalah kemampuan untuk berdoa munajat kepada Alloh SWT memohon petunjuk dan pertolongan-NYA. Bersabda Rosuululloh SAW :
Arab
(Berdoa adalah senjatanya orang - orang beriman ).
Arab
(Berdoa adalah merupakan otaknya ibadah).
Berarti, di dalam menjalankan ibadah kepada Allah ibadah apa saja, harus mengandung nilai-nilai doa !. Dengan berdoa dapat dicetuskan rasa tadzallul - merendahkau diri, iftiqor - rasa sangat butuh, rasa mengagungkan dan kagum kepada Alloh SWT.
Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi banyak persoalan hidup yang rumit-rumit yang sudah bentuk jalan diusahakan dengan kemampuan lahir, akhirnya kekuatan batin juga yang berhasil membengkas karya menemukan jalan keluarnya. Potensi batiniah bangsa Indonesia pada waktu menghadapi perang kemerdekaan melawan penjajah merupakan andil yang besar sekali nilainya bagi berhasilnya kemerdekaan Negara Republik Indonesia ini. Dan lain-lainnya banyak
dalam sejarah para Nabi dan para Rosul sejak Kanjeng Nabi Adam 'alai-hissalam sampai kepada Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang kekuatan batin menjadi sebabnya dikaruniai mendapatkan jalan keluar dari berbagai kesulitan dan bahaya. Begitu juga banyak persoa-an pribadi, persoalan rumah tangga soal ekonomi soal pekerjaan dan lain-lain memperoleh jalan keluar dengan sababiyah kekuatan ruhani, dengan sababiyah kekuatan doa-doa permohonan kepada Alloh.
Tetapi sayangnya, sebahagian besar manusia baru ada terhadap penggunaan kemampuan ruhani diwaktu sudah  terjepit saja. Dan itupun tidak   dilakukannya sendiri melainkan minta pertolongan orang lain. Orang yang sering dimintai pertolongan mendoakan baginya itu,    tidak lebih dari pada semacam "perusahaan ruhani" menurut pandangan mereka, yang harus bekerja menolong kepentingannya de­ngan "semacam bayaran". Pada saat-saat terdesak menghadapi berbagai problem hidupnya yang sulit  orang berdatangan memohon doa restu. Tetapi apabila  sudah berhasil sudah normal kembali, seolah-olah tidak mau tahu bahkan memandang remeh kepada peranan kemampuan ru­hani.
Arab

Artinya kurang lebih :
"Dan apabila KAMI memberikan ni’mat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; akan tetapi apabila ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa". (41 — Fush-shilat — 51).
Arab

Artinya kurang lebih :
"Ketahuilah, sesungguhnya manusia itu keterlaluan berlarut-larut menganggap dirinya serba cukup ". (96: Al 'Alaq :6 - 7 ).
Arab

Artinya kurang lebih :
"...........sesungguhnya manusia itu sangat dholim sekali dan
sangat kufur (inkar terhadap ni'mat Allohj)". (14 — Ibrobim - 34).

Mari kita sama-sama koreksi pada diri kita masing-masing !. Mari kita sama-sama memperbanyak berdoa dan bertobat kepada Alloh SWT !. Alhamdu Lillah kita di dalam Wahidiyah dididik, dibimbing, dituntun menggunakan kekuatan batin kita berdoa berdepe-depe munajat kehadirot Alloh SWT, memohon syafa'at kepada Rosuululloh SAW dan memohon barokah karomah dan nadhroh Ghoutsu Haadzaz-Zaman wa A'waanihi wa saairi Auliyaaillahi rodiyallohu Ta'ala 'anhum. Yaitu dengan MUJAHADAH WAHIDIYAH.
Di dalam MUJAHADAH WAHIDIYAH diberikan tuntunan mengenai cara-cara dan adab-adab lahir dan batin, terutama dalam hubungannya kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Antara lain yaitu :
(1). Harus betul-betul dijiwai LILLAH - BILLAH LIRROSUL - BIRROSUL LILGHOUTS-BILGHOUTS !.
(2)  Mengakui dengan jujur segala dosa-dosa kita, dan bahkan harus merasa menjadi sumber segala dosa. Merasa dholim bahkan merasa menjadi sumber segala kedholiman di dunia. Tidak ada orang lain yang lebih buruk lebih berlarut-larut lebih dholim penuh berlumuran dosa dari pada saya. Dosa kepada Alloh wa Rosuulihi SAW, dosa kepada Ghoutsu Haadzaz-Zaman RA, dosa kepada orang tua, dosa kepada keluarga, dosa terhadap tetangga, kepada pemimpin kepada rakyat, terhadap bangsa dan negara, terhadap agama, . . . .dan sebagainya, dosa terhadap ummat masyarakat, terhadap sesama makhluq pada umumnya. Pokoknya merasa berdosa sumber segala dosa!.
(3) Tadzallul — merendahkan diri serendah-rendahnya dan tadhoilum merasa dholim sedholim - dholimnya. Dan iftiqor- sangat butuh sekali akan maghfiroh ampunan Alloh, sangat butuh sekali jangkungan syafa'at tarbiyah Rosuululloh SAW dan barokah karo­mah nadhroh Ghoutsu - Haadzaz- Zaman RA.
(4). Disamping berdoa untuk diri sendiri dan keluarga tentunya, supaya juga memohonkan bagi orang lain, bagi ummat dan masyarakat, bagi bangsa dan negara bahkan bagi makhluq semuanya. Memohon­kan masyarakat,   baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
Itu semua harus kita terapkan di dalam hati kita terutama ketika Mujahadah !. Bahkan sekalipun diluar Mujahadah supaya hati kita dilingkari oleh perasaan seperti itu sehingga kita bisa selalu berhati-hati di dalam segala langkah perbuatan dan amal-amal ibadah kita, dan semoga senantiasa mendapat taufiq hidayah dan 'inayah Alloh SWT. Insya Allah dengan pola hidup batin seperti itu manusia tidak akan tersesat jalan dan tidak akan merasakan kesulitan yang berarti di dalam hidupnya !.
Bakdul Auliya mengatakan :
(Fadlolnya Alloh SWT (maghfiroh, taufiq, hidayah 'inayah, rohmat dsb) tidak akan diberikan kecuali kepada hati yang sungguh sungguh nlongso meratap penuh dosa yang sangat menghadang membutuhkan pertolongan Ilahi)). (Taqriibul Ushuul 217).
Jadi kalau ingin mendapat pertolongan Alloh SWT, syaratnya hati harus sungguh-sungguh nlongso merana dan meratap mengakui penuh berlumuran dosa, butuh sekali kepada ampunan dan pertolongan Alloh. Hati harus betul-betul konsentrasi sadar kepada Alloh SWT,
Sebuah Hadits memberikan peringatan kepada kita :

Arab
"Sesungguhnya Alloh Ta'ala tidak menerima doa dari hati yang lupa (Kitab Al-Hikam). (Riwayat Timidzi dari Abu Huroiroh)

Bakdul Auliya mengatakan :
Arab
" (Menghadap - termasuk berdoa - kepada Alloh (dan Rosul-NYA SAW) dengan sungguh sungguh tadzallul merasa hina - nlongso meratapi   dosa dan merasa sangat butuh sekali pertolongan serta merasa tidak mempunyai daya dan kekuatan, adalah pangkal segala kebaikan dunia dan akhirot). (Taqriibul Ushuul -156).
(5).Yakin bahwa doa  permohonan kita diijabahi.   Bersabda. Rosuulul-loh SAW:
Arab

(Jika kamu sekalian berdoa, maka yakinlah doamu itu diijabahi / dikabulkan). (
Riwayat Tirmidzi dan Al Hakim)
Dengan Mujahadah Wahidiyah diri kita terdidik menjadi orang yang takholluq biakhlaqillahi wa biakhlaqi RosuulullohSAW yakni rouf rohim kasih sayang kepada sesama manusia bahkan kepada sesama makhluq,. Istilah Pancasila berperi kemanusiaan yang beradab, dan melaksanakan sabda Rosuululloh SAW :
Arab
Kasih sayanglah kepada orang di bumi maka akan sayang kepada-mu segala makhluq di langit".

Seperti disebutkan di muka bahwa di dalam Mujahadah Wahidiyah atau pada tiap kita berdoa, disamping berdoa untuk diri sendiri supaya juga memohonkan kepada orang lain.Bagi ummat dan masyarakat bahkan bagi segala makhluq. Itu semua dipraktekkan di dalam Mujahadah Wahidiyah. Dasarnya yaitu sabdaa Rosaululloh SAW kurang lebih :
Arab

“Jika kamu sekalian berdoa umumkanlah”
Jadi maknanya adalah kurang baik berdoa hanya untuk diri sendiri.
Arab
“Bukan golonganku orang yang tidak menyayangi sahawat kitadan tidak menghormat seatas kita”. (Riwayat Tirmidzi dari Anas bin Malik. Hadist shoheh ).
Sebawah danseatas kita didalam nasab, dalam umur atau dalam tingkat/kedudukan di masyarakat. Jadi, antara orang tua dan anak,antara pemimpin terhadapyang dipimpin,antara guru terhadap murid, antara kakak terhadap adik dan sebagainya. Begitu sebaliknya.
Dengan Mujahadah Wahidiyah kita dididik menjadi manusia menjadi anggauta masyarakat yang aktif ikut memperhatikan dan memprihatinkan serta bertanggung jawab atas baik buruknya ummat dan masyarakat. Apatis atau masa bodoh terhadap keadaan masyarakat adalah terkecam. Sabda Rosuululloh SAW :
 Arab
(Bukan golongan kita orang yang tidak mermperhatikankeadaanmasyarakat muslimin )
Memperhatikan dan memprihatinkan bagaimana agar masyarakat menjadi baik dalam segala bidang. Menjadi baik materiil (sejahtera) dan menjadi baik spirituil (bahagia). Terutama dalam bidang tauhid, bidang iman, bidang islam dan bidang akhlaq, khususnya dalam hubungannya kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Kita berkewajiban memperhatikan dan memperjuangkannya menurut keahlian dan kemampuan kita sendiri-sendiri, kemampuan lahir dan kemampuan batin. Kita semua bertanggung jawab atas baik buruknya ummat dan masyarakat fid-diini wad-dun-ya wal akhiroh !.
Kita tidak boleh passip - diam, lebih-lebih apatis masa bodoh terhadap keadaan ummat dan masyarakat !. Terutama soal akhlaq dan soal kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi SAW !, Sabda Rosuululloh SAW.
(Jika bermacam-macam bid'ah penyelewengan dan penyalah gunaan sudah  merajalela dan  orang-orang 'alim  (orang yang mengerti/ mengetahui) diam saja tidak usaha mengadakan perbaikan, maka la'nat kutukan Alloh menimpa kepada orang 'alim itu). (Sirojut - Iholibin Awal: 193).
Yang dimaksud "al 'Aalim" di sini bukan hanya orang yang pandai yang ilmunya banyak, yang mempunyai kedudukan, yang mempunyai wibawa, bukan hanya itu saja melainkan setiap orang yang mengerti atau orang yang mengetahui . Jadi orang-orang yang mengetahui atau mengerti ada bid'ah ada penyelewengan dan penyalahgunaan menjadi "sakata" = diam saja tidak ambil pusing tidak mengambil langkah-langkah perbaikan, sekalipun dirinya tidak terlibat di dalam bid'ah itu, maka orang-orang seperti itu terkutuk oleh la'nat Alloh !.
Marilah kita menengok mengadakan koreksi diri kita masing-masing. Sampai sejauh mana langkah-langkah kita bagi perbaikan ummat dan masyarakat di mana kita adalah insan sosial, manusia masyarakat. Kalau tidak bisa mengadakan langkah-langkah secara lahir, secara batin kita diberi kemampuan untuk itu. Yaitu dengan berdoa, dengan bermujahadah !.
ALFAATIHAH   !.
YAA ROBBANALLOHUMMA SHOLLI SALLIMI..............
ALFAATIHAH !.




HAL TANGIS DI DALAM MUJAHADAH
Menangis adalah merupakan gejala dari pada phenomena psikologis (peristiwa kejiwaan). Setiap manusia pernah mengalami menangis. Baik ketika bayi, ketika masa kanak-kanak, ketika dewasa menjadi remaja, ketika sudah menjadi orang tua bahkan sudah nenek-nenekpun bisa menangis. Makhluq lain jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan belum pernah kita mendengar tangisnya, Motivasi (dorongan) menangis itu bisa terjadi dari berbagai macam sebab. Tangisnya bayi merupakan bahasa untuk memberi tahukan keadaan dirinya dan apa yang dibutuhkan : lapar, haus, badan teras kotor terkena pipis, badan tidak enak/sakit dan sebagainya. Rosululloh SAW bersabda yang maksudnya bahwa tangis bayi sampai umur 4 tahun adalah merupakan istighfar permohonan maghfiroh atas dosa kedua orang tuanya.
Orang yang susah karena mengalami mushibah atau penderitaan yang berat seperti sakit, kematian sanak famili, kehilangan kekasih, kehilangan harta benda dan sebagainya bisa menangis. Orang yang terlalu senang dan gembira juga bisa menangis. Terlalu takut kepada sesuatu juga bisa menangis. Pokoknya, menangis dapat selalu terjadi dalam situasi dan kondisi yang bermacam-macam, selama fikiran masih normal. Orang gila atau orang yang tidak normal otaknya ti­dak bisa menangis. Kalaupun kedengaran suara dia menangis, tetapi tidak keluar air mata. Jadi tidak seperti tangisnya orang biasa yang masih normal fikirannya. Mungkin tangis yang dibuat-buat atau berpura-pura menangis.
Jelaslah bahwa dorongan menangis itu datang dari dalam diri orang yang menangis sendiri, karena adanya sentuhan jiwa atau rangsangan batin. Tangis tidak bisa diada-adakan atau dipaksakan dari luar tanpa ada sesuatu yang merangsang menyentuh ke dalam jiwa. Begitu juga kita tidak dapat menyetop memberhentikan orang yang sedang menangisi begitu saja. Bagaimanapun usaha kita, dengan kekerasan sekalipun, kita tidak dapat menahan orang jangan menangis atau supaya berhenti menangis. Tangis itu akan berhenti dengan sendirinya juga kare­na telah datang "sesuatu" yang merangsang jiwanya, yang meredakan
kegoncangan batinnya. Usaha menahan tangis dari luar diri yang sedang menangis hanya sekedar membantu proses datangnya "sesuatu" yang menentramkan kegoncangan jiwa tadi. Jadi juga ada manfaatnya. Dan memang harus diusahakan oleh orang-orang yang ada disekeliling orang yang sedang mengalami kegoncangan jiwa seperti itu.
Di dalam Mujahadah Wahidiyah banyak kita jumpai dan bahkan sering kita sendiri mengalami menangis. Dalam pada itu sering kita me­nangis tidak mengetahui sebab-sebanya. Tahu-tahu menangis begitu saja tanpa ada sebab-sebab. Tetapi pada satu tempo kita mencoba mengusahakan dan memaksa diri kita untuk bisa menangis, tetapi toh juga tidak berhasil bisa menangis, walaupun dalam keadaan Mujahadah sekalipun. Begitu juga pernah terjadi bahwa pada satu tempo ketika bermujahadah kita tidak dapat menguasai diri dari menangis, tidak mampu mengendalikan tangis sampai tercetus suara jeritan-jeritan yang keras. Mengapa begitu ?. Jawabnya yang tepat : Allohu A'lam !. Kemampuan rasio tidak mampu mengadakan pendekatan - pendekatan, lebih-lebih membuat analisa rasional.
Namun bagaimanapun keadaannya kita harus bersyukur alhamdu Lillah bahwa tangis yang terjadi di dalam Wahidiyah adalah tangis yang berorientasi (berhubungan atau berkaitan) kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Tangis di dalam Wahidiyah tidak menangisi soal harta atau apa saja yang bersifat kebendaan/material. Motif tangis di dalam Wahidiyah dapat terjadi dari bermacam-macam faktor. Antara lain tangis karena ada sentuhan jiwa yang halus sehingga merasa penuh berlumuran dosa, penuh berbuat kedholiman merugikan orang lain dan masyarakat dan sebagainya. Merasa berdosa, berdosa kepada Alloh SWT berdosa kepada Rosululloh SAW, berdosa terhadap orang tua, terhadap anak dan keluarga, terhadap guru, terhadap pemimpin, terhadap bangsa dan negara, terhadap Perjuangan kesadaran FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW, terhadap makhluq lingkungan hidupnya dan sebagainya. Antaranya lagi karena sentuhan batin berupa "syauq dan mahabbah" (rindu dan cinta) yang mendalam kepada Alloh SWT dan kepada Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosuululloh Shollallohu 'alaihi wasallam. Tangis karena kagum melihat Keagungan Alloh SWT, melihat sifat Jamal dan Kamal Alloh SWT, ternyuh tergores hatinya melihat kasih sayang dan jasa serta pengorbanan Junjungan kita Rosuululloh SAW kepada para ummat, terhadap dirinya yang menangis terutama.
Tangis yang ada hubungan kepada Alloh SWT adalah tangis yang banyak dilakukan oleh Nabi-Nabi mulai Kanjeng Nabi Adam 'alaihis-salaam sampai Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam. Kanjeng Nabi Adam 'alaihis-salaam setelah dikeluarkan dari surga, menangis selama seratus tahun nonstop. Menangis meratapi dosanya kepada Alloh SWT yaitu melanggar larangan Alloh agar tidak mendekati buah Kuldi waktu di surga. Menangis bertobat memohon ampunan kepada Alloh SWT.
Mari kita renungkan untuk diri kita !. Itu Kanjeng Nabi Adam, pertama Beliau adalah seorang Nabi dan kedua, Beliau hanya melakukan kesalahan satu kali saja di surga, menangis seratus tahun nonstop. Sedangkan kita?. Kita berbuat dosa tidak hanya satu, dua, tiga kali, melainkan berpuluh, beratus, beberapa ribu kali bahkan tidak dapat dihitung. Namun berapa lama kita menangis meratapi dosa bertobat memo­hon maghfiroh Alloh SWT?. Mari kita akui dengan jujur, dan mari sekarang juga kita bertobat memohon  ampunan kepada Alloh SWT !.
AL FAATIHAH ! BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM.........
YAA ROBBANALLOHUMMA SHOLLI SALLIMI.................
AL FAATIHAH !.
Mari kita perhatikan firman Alloh dalam Surat No. 19 Maryam Ayat No. 58 :

Artinya kurang lebih :
"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Alloh yaitu para Nabi dan keturunan Adam, dan dan orang-orang yang kami angkat bersama Nuh, dan dan keturunan Ibrobim dan Isroil, dan dan orang-orang yang telah KAMI beri petunjuk dan telah KAMI pilih. Apabila telah dtbacakan kepada mereka ayat-ayat Alloh Yang Maha Pemurah, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis". (19-Maryam : 58).
Arab

Artinya kurang lebih :
"Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'".(17:Al isrok : 109).

Yang dimaksud "mereka" dalam ayat tersebut menurut ayat sebelumnya adalah "Alladziina uutul - 'ilma" = orang-orang yang didatangkan ilmu kepadanya. Dan mereka menangis apabila dibacakan Al -Qur'an kepada mereka. Mari kita lihat diri kita sendiri ketika mendengar bacaan Al Qur'an dapat menangiskah, atau bahkan tertawa, atau tidak ambil pusing . Terserah masing-masing kita !.
Kita perhatikan sabda Rosululloh SAW :
Artinya kurang lebih :
"Wahai para manusia, menangislah kamu sekalian; maka jika kamu sekalian  tidak bisa menangis, berusahalah agar bisa menangis!".(Riwaayat Abu Dawud).

Arab

Artinya kurang lebih :
"Dua jenis mata yang tidak akan menyentuh api neraka, satu, ma­ta yang menangis dari sebab takut kepada Alloh, dan dua, mata yang karipan (semalaman tidak tidur) di dalam sabillah "
Orang yang tidak menangis terhadap Alloh SWT adalah terkecam dan tidak bisa memperoleh fadlol dari Alloh SWT. Yaitu berdasar fir­man Alloh  :
Artinya kurang lebih :
"Maka apakah kamu merasa heran terbadap pemberitaan ini ?" "Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?", "Sedangkan kamu melengahkan ?". "Maka bersujudlah kepada Alloh dan sembahlah (53 - An - Najmu : 59-60- 61).

 Sabda Rosululloh SAW :
Arab

Artinya kurang lebih :
"Barang siapa berbuat dosa dan dia tertawa, maka dia masuk nera­ka sambil menangis ". (Riwayat Abu Nu 'em dari Ibnu Abbas).

Di dalam kitab Taqriibul Ushuul dituliskan :

"Fadlolnya Alloh SWT tidak diberikan melainkan kepada hati yang meratapi dosa yang menghadang sangat membutuhkan pertolongan ilahiyah ".(Taqribul Ushul: 217).

Mudah-mudahan kita dikaruniai hati yang lunak, yang peka (gampang merasa) terhadap "sesuatu" yang menyentuh jiwa kita sehingga kita cepat merasa dan mengakui dosa-dosa kita, kemudian tergores hati kita untuk menangis bersujud bersungkur memohon maghfiroh ampunan dari Alloh SWT !. Amiin !.

Yang dimaksud dengan "sesuatu" tersebut di atas adalah sebagaimana istilah di dalam kitab Al Hikam yaitu "waaridun Ilaahiyyun" yakni suatu suasana dan kondisi batiniyyah yang didatangkan oleh Alloh SWT ke dalam hati hamba yang dikehendaki-NYA. Dan Alhamdu Lillah dengan lebih tekun Mujahadah Wahidiyah, kita dikaruniai apa yang kita mohon tersebut. Dan semua itu harus senantiasa kita tingkatkan !. Kita tingkatkan demi untuk FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !.
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar