ِبـسْمِ الله ِالرََّحْمَـنِ الرَّحـِيْمِ
{مِنْ عَلاَمَاتِ
مَوْتِ اْلقَلْبِ عَدَمُ اْلحُزْنِ عَلَى مَا فَاتَكَ مِنَ اْلمُوَافَقَاتِ
وَتْرُكُ اْلنِدَمِ عَلَى مَا فَعَلْتَهُ مِنْ وُجُودِ اْلزَّلاَّتِ}
(Setengah
dari pada tanda-tandanya hati yang mati, yaitu dia tidak merasa menyesal atau
susah prihatin atas keglonjomannya melalaikan kewajiban-kewajiban tho’at atau
atas berlarut-larutnya menjalankan maksiat).
Jika orang hatinya mati, dengan sendirinya dikecam oleh Alloh SWT. Hati
yang mati, dengan sendirinya tidak dapat melihat hidayah dari Alloh SWT !.
Gelap baginya !. Dia tidak dapat membedakan mana yang haq yang benar, dan mana
yang bathil, tidak tahu mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan !.
Sebaliknya, tanda-tandanya hati yang hidup, disini dikatakan :
وَعَلاَمَةُ حَيَاتِهِ
بِاْلأَنْوَارِ اْلإِلَهِيَاتِ وَإِنْ لَمْ تُدْرِكْهَا لِغَلَظٍ حِجَابِكَ
خُزْنُكَ عَلَى مَافَاتَكَ مِنَ الطَّاعَاتِ وَالنّدِمُكَ عَلَى مَا فَعَلْتَ مِنَ
الَّزلاَتِ فَالتَّفْرآ بِصُوْرِ اْلأَعْمَالِ مِنْكَ فَرْحًا شَدِيْدًا
وَتَعَتُّمُ عَلَى اْلمُخَالِفَاتِ وَذَلِكَ دَلِيْلُ عَلَى أَنَّكَ مِنْ أَهْلِ
اْلمُحِبُّوْيَيْنَ للهِ فَجِدَ فٍي السَّيْرِ وَلاَ تَكَسُلُ
Tanda-tandanya hati yang hidup, atau alamatnya diridhoi oleh Alloh SWT,
alamatnya diampuni oleh Alloh SWT, yaitu ketika sedang tledor sedang glonjom,
dia secepat kilat sudah tobat dan prihatin. Prihatin karena tledor atau
glonjom, lebih-lebih sampai berlarut-larut kedalam maksiat. Dan diwaktu dapat
menjalankan tho’at dan bertobat, dia menjadi bungah gembira. Gembira bukan
gembira yang menyombongkan dada, tapi bungah gembira karena ditolong oleh Alloh
SWT. Bungah karena mendapat ridho Alloh. Jadi boleh dikatakan bahwa orang
menjalankan tho’at, melakukan perbuatan-perbuatan yang membuahkan manfaat bagi
ummat dan masyarakat, itu tandanya dia diridhoi oleh Alloh SWT. Justru itu dia
menjadi gembira mendapat ridho dari Alloh SWT. Dia berbuat perbuatan yang
diridhoi Alloh SWT yang memberi manfaat dari ummat dan masyarakat, baik lahiriyah
maupun batiniyah. Ketika sedang berlarut-larut menjerumus kedalam maksiat, dia
susah prihatin, sebab merasa dibendu oleh Alloh SWT. Merugikan ummat dan
masyarakat, sekalipun wujud lahirnya seperti memberi manfaat. Malah, sekalipun
lahirnya kelihatan menguntungkan, tapi karena berbuat yang tidak diridhoi Alloh
SWT, itu sesungguhnya merugikan masyarakat!. Jika hatinya hidup dia cepat susah
prihatin dan tobat karena melakukan hal-hal yang dibendu oleh Alloh SWT!.
Para hadirin hadirot, mari ditinjau pengalaman kita bagaimana !. Kita tidak
lepas berbuat baik atau berbuat buruk, tidak lepas dari perbuatan-perbuatan
yang diridhoi Alloh dan menguntungkan dan dari perbuatan-perbuatan yang dikecam
Alloh dan merugikan. Perbuatan yang tidak baik dan tidak buruk, dalam suatu
segi dapat dikatakan baik. Tapi dari segi lain juga dapat dipandang buruk, jika
dipandang dari yang baik. Ringkasnya, perbuatan hanya ada dua macam. Diridhoi
Alloh SWT, atau dikecam dibendu Alloh SWT.
Oleh karena itu mari kita periksa diri kita masing-masing, diridhoi Alloh
SWT-kah atau dibendu dikecam Alloh SWT, ini kita masing-masing bisa mengetahui
berdasarkan alamat-alamat tersebut diatas!. Hati kita masing-masing ini hidup
atau mati, para hadirin hadirot ?. Jika mati, hati kita mati, alangkah rugi
kita terutama besok pada yaumul qiyaamah. Akibat matinya hati didunia, akan
dirasakan diakhirot sak jeg jumbleg selama-lamanya, para hadirin hadirot !.
Sebaliknya, hati yang hidup ketika didunianya, dia akan memetik buah diakhirot
untuk selama-lamanya, para hadirin hadirot, mari diri kita masing-masing kita
tinjau!. Dan mari para hadirin hadirot, kita di beri akal, dan sedikit banyak
menyadari bahwa kita semua ini adalah hamba Alloh yang senantiasa diberi suatu
pemberian nikmat fadhol yang sebanyak-banyaknya setiap detik dalam segala segi.
Mari para hadirin hadirot, kita senantiasa cancut tali wondo untuk berbuat
perbuatan yang diridhoi Alloh SWT wa Rosuulihi saw !. Yang menghasilkan manfaat
bagi ummat dan masyarakat!. Terutama dalam bidang kesadaran kepada Alloh wa
Rosuulihi saw!. segala perbuatan apa saja jika tidak dilandasi kesadaran, akan
mengakibatkan kerugian yang sangat besar, kamaa qoola
Syaikhu-Syaikhi-Syaikhil-Muallif, Syekh Abdus-Salem bin Masyis :
مَنْ دَلَّكَ عَلىَ
الدُّنْيَا فَقَدْ غَشَّكَ
Orang yang
memberi petunjuk kepadamu soal dunia, sesungguhnya dia orang yang menipu,
menjerumuskan dirimu. Mengapa tidak ? sebab dunianya lalu digunakan untuk
nuruti nafsunya belaka !. Otomatis dia terjerumus !. Jika yang diberi itu,
tidak sadar kepada Alloh SWT.
وَمَنْ دَلَّكَ عَلىَ
الْعَمَلِ فَقَدْ اَتْعَبَكَ
Orang yang
memberi petunjuk tentang amal, tentang ibadah pun begitu saja, dia itu adalah
orang yang hanya membikin engkau capek kepayahan !. Malah, bisa jadi merugikan
dan menjerumuskan. Mengapa tidak ? sebab, jika orang yang diberi petunjuk itu
belum sadar kepada Alloh SWT, justru makin banyak amalnya, makin banyak
ilmunya, makin banyak kebaikannya, justru malah makin banyak takaburnya,
makin banyak rasa bangga, makin tebal ujub dan riyaknya !. Itu tadi tidak
berarti jangan memberi petunjuk soal dunia, soal amal-amal kebaikan dsb, bukan
begitu !. Tapi harus didasari dan diarahkan seperti dawuhnya yang ketiga yaitu:
وَمَنْ دَلَّكَ عَلىَ
اللهِ فَقَدْ نَصَحَكَ
Dan barang
siapa yang memberi petunjuk, mengantarkan kepada Alloh SWT, itulah orang yang
sungguh-sungguh memberi kebaikan kepadamu !.
Para hadirin
hadirot, mudah-mudahan kita senantiasa dapat menjiwai segala amal-amal ibadah
kita dan segala kepentingan duniawiyah kita, kita jiwai dengan pengabdian diri
dan kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi saw. Yaitu LILLAH BILLAH - LIRROSUL
BIRROSUL !. Sungguh-sungguh ikhlas !.
Kembali lagi
kepada pengajian. Jadi tanda-tandanya hati yang mati yaitu tidak mau susah
prihatin lantaran berbuat soal-soal yang dikecam oleh Alloh SWT nuruti nafsunya
belaka !. Itu hati yang mati. Tidak mau susah dan prihatin. Boleh jadi malah
bangga malah gembira. Ini hatinya mati, tidak hidup. Yang kelihatan hidup itu
hanya klontongannya saja!. Sesungguhnya dia bangkai. Itulah yang dikecam oleh
Alloh SWT, tegas tidak diridhoi Alloh SWT!. Dikecam, dibendu, dimusuhi oleh
Alloh SWT. Tapi jika hati yang hidup, ketika sedang maksiat atau
berlarut-larut, secepat kilat tobat, susah. Secepat kilat menyesal!. Kata
Bakdul -Arifiin:
اَلْوُجَلُ إِلَى
اْلأَجَلْ
Harus menyesal sampai mati masih menyesal!.
Sekalipun maksiat kecil, lebih-
lebih maksiat besar!. Lebih-lebih Syirik, sekalipun syirik khofi, syirik yang
samar-
samar, Bakdul Arifiin zaman kuno, maksiat sedikit saja menyesalnya sampai
bertahun-tahun. Malah ..... pokoknya “al-wajal ilal-ajal”. Tapi para hadirin
hadirot,
kita menyesal atas dosa-dosa ya jangan sampai keterlaluan sampai meninggalkan
bidang-bidang lain !. Penyesalan maksudnya supaya dapat senantiasa berhati-
hati jangan sampai berbuat maksiat lagi, jangan sampai ngglonjom lagi. Supaya
dapat selalu menyadari bahwa maksiat atau glonjom lebih-lebih berlarut-larut
adalah sesuatu yang dikecam oleh Alloh SWT, yang menjauhkan diri dari Alloh
SWT. Tapi maksudul-‘azom, maksud yang prinsip yaitu agar supaya sadar, zuhud
kepada Alloh SWT, ma’rifat kepada Alloh SWT. LILLAH BILLAH istilah
Wahidiyah !. LILLAH + mengabdikan diri dalam segala bidang !. Segala waktu,
segala keadaan. Segala perbuatan diarahkan untuk mengabdikan diri kepada
Alloh SWT. Dan dalam segala bidang, segala waktu pula, senantiasa BILLAH,
senantiasa ber TAUHID kepada Alloh SWT. Ini soal yang pokok. Segala amalan,
segala perbuatan, segala bidang, segala ilmiyah, dalam segala waktu dan
keadaan, penuh digunakan pengabdian diri dan kesadaran kepada Alloh SWT
wa Rosuulihi saw !. Menempatkan Alloh pada tempat-NYA !. Yaitu Tuhan Maha
Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Memberi, Tuhan Yang Maha
Rohman-Rohim, Tuhan Yang Maha Mengetahui,.........Tuhan Yang serba Maha !. Menempatkan diri kita sebagai Hamba.
Hamba yang apes, hamba yang lemah, yang senantiasa berlarut-larut, yang
senantiasa dholuuman jahuulan !. Hamba yang senantiasa membutuhkan,........ Dsb dsb !.
Ya
mudah-mudahan para hadirin hadirot kita semua dikaruniai senantiasa
hati yang hidup !. Hidup untuk Fafirruu ilallohi wa Rosuulihi saw. Min yauminaa
haadza ila yaumil-qiayamah !. Amiin !.
لاَيَعْظُمُ الذَّنْبُ
عِنْدَكَ عَظَمَةٌ تَصُدُّكَ عَنْ حُسْنِ الظَّنِّ بِاللهِ فَإِنَّهُ مَنْ عَرَفَ
رَبَّهُ اسْتَصْغَرَ فِيْ جَنْبِ كَرَمِهِ ذَنْبُهُ
Jangan sekali-sekali suatu dosa itu
bagimu menjadi perkara besar yang memberatkan dirimu, sehingga menghalang-halangi
engkau berhusnu-zdon kepada Alloh SWT. Sehingga engkau berputus asa, malah
sehingga engkau berprasangka jelek terhadap Alloh SWT !. Sekali-kali jangan !.
Jadi kita harus merasa berdosa besar, tapi jangan sampai keterlaluan !. Sebab
jika keterlaluan, lalu menjadi putus asa !. Atau suuzdon, menyangka jelek
kepada Tuhan. Menyangka bahwa Tuhan tidak mengampuninya!. Kita harus
berkeyakinan bahwa Alloh SWT adalah Rohman-Rohim, Ghoffaar-Ghofuur. Perasaan
berdosa besar itu supaya mendorong lekas-lekas bertobat kepada Alloh SWT !.
Jangan sampai merasa karena dosanya terlalu besar lalu putus asa!. Ini terkecam
!. Bahaya !. Sebab berarti tidak atau kurang percaya bahwa Alloh SWT Maha
mengampuni segala dosa biar bagaimanapun besarnya. Terkecuali dosa syirik, dosa
meyekutukan Tuhan. Sekalipun syirik khofi !. Tidak sadar BILLAH istilah
Wahidiyah !. Dosa syirik yang tidak ditobati sampai mati, tidak akan diampuni
oleh Alloh SWT. Tapi sekalipun dosa syirik, asal segera mau bertobat, mau
merubah sikapnya, masih diampuni!. Lha lebih-lebih dosa-dosa selainnya syirik
asal mau bertobat, Tuhan Maha Mengampuni segala dosa !. Dosa yang paling berat
adalah dosa syirik. Tapi asal mau bertobat, masih juga diampuni oleh Alloh SWT
Maha Mengampuni dosa.
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ
أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَالِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ
بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيْدًا {النساء:١١٩}
(Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni dosa syirik, dan mengampuni dosa-dosa
selain syirik bagi orang yang Dia kehendaki. Barang siapa syirik Billah
mempersekutukan Alloh, maka sungguh ia telah tersesat sejauh-jauhnya)
Itu tadi dosa syirik yang tidak ditobati sampai datangnya
mati. Tapi jika sebelum mati ia mau bertobat masih diampuni-NYA. Orang yang
asalnya musyrikin lalu masuk Islam berarti dia telah bertobat dari syiriknya.
Itulah kemurahan Alloh SWT!.
Orang yang berdosa besar tidak secepatnya bertobat malah
putus asa, ini terkecam !. Malah, putus asanya itu lebih berat dari pada
dosanya. “ ........ FAINNAHU MAN ‘AROFA ROBBAHU ISTASHGHORO FII
JANBI KAROMIHI DZAMBAHU”.
Sebab, jika orang menyadari bahwa Alloh SWT Maha Kasih-Sayang, dia tidak
kecil hati. Yakin Tuhan mengampuni dosa-dosanya sekalipun bagaimana beratnya.
Dan oleh karena itu dia tidak segan-segan bertobat memohon ampunan. Pokoknya
asal mau tobat, pasti diampuni oleh Alloh SWT. Banyak kejadian-kejadian dalam
sejarah atau pengalaman.
Orang yang berdosa besar, lalu sebab itu menjadikan dia secepat kilat tobat
dan merubah sikap, itu tandanya bahwa dia dikaruniai iman oleh Alloh SWT.
قاَلَ اِبْنُ
مَسْعُوْدٍ: إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَأَنَّهَا فِيْ أَصْلِ جَبَلٍ
يُخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ اْلفَاجِرَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَذُبَابٍ
وَقَعَ عَلَى أَنْفِهِ قَالَ بِهِ هَاكَذَا وَأَطَارَهُ
Berkata Syekh Ibnu Mas’ud : orang yang mukmin melihat dosanya seolah-olah
seperti dia di bawah kaki gunung yang akan longsor, dan dia takut tertimbun.
Atau seperti orang dibawah bangunan besar yang sudah retak-retak dan akan ambruk.
Tentu dia takut bukan main. Begitu juga seorang yang sungguh-sungguh mukmin
melihat dosanya sekalipun kecil, dia takut sekali.
Lebih-lebih dosa besar, tapi sebaliknya orang yang mati hatinya, orang yang
lacut berlarut-larut, dosanya yang begitu besar dianggap soal biasa.
وَيُقَالُ أَنَّ
الطَّاعَةَ كُلَّمَا اسْتَصْغَرَتْ كَبُرَتْ عِنْدَ اللهِ وَأَنَّ الْمَعْصِيَّةَ
كُلَّمَا اسْتُعْظِمَتْ صَغُرَتْ عِنْدَ اللهِ
Dikatakan bahwa tho’at, jika dipandang kecil, besar artinya dalam pandangan
Alloh SWT. Dan maksiat jika dipandang besar (oleh yang berbuat), maka menjadi
kecil dalam pandangan Alloh.
Jadi tho’at, jika yang melakukan tho’at itu merasa kecil tak berarti, malah
merasa banyak kekurangan-kekurangannya, kurang ikhlas dan sebagainya, ini
menjadi besar nilainya dalam pandangan Alloh SWT. Sebaliknya maksiat, jika yang
berbuat menganggapnya kecil, soal biasa, ini menjadi dosa besar yang
dobel-dobel serta dibendu dimurkai oleh Alloh SWT. Lebih-lebih sampai merasa
baik. Maksiat, sekalipun maksiat kecil, lebih-lebih maksiat besar, ini diampuni
oleh Alloh SWT.
Jadi soal hati yang penting. Mengatur hati bagaimana seharusnya, itu yang
penting sekali. Sekali lagi, hati adalah penting sekali, seperti sudah kita
maklumi, kita yakini. Tepat sekali itu hadist Rosuulullohi saw:
إِنَّ فِيْ الْجَسَدِ لَمُضْغَةٌ إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ
الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ اَلاَ وَهِيَ
الْقَلْبُ
Sesungguhnya didalam tubuh ada segumpal daging. Jika segumpal daging itu
baik, menjadi baik pula seluruh jasad, dan jika buruk menjadi buruk pula
seluruh jasad. Ketahuilah yaitu hati.
ذَرَّةٌ مِنْ أَعْمَالِ
الْقَلْبِ خَيْرٌ مِنْ أَمْثَالِ الْجَبَالِ مِنْ أَعْمَالِ الْجَوَارِحِ
{اوكعاقال}
Amal hati sebesar semut yang paling kecil lebih baik dari pada
bergunung-gunung amal lahiriyah.
Sebaliknya, dosa kecil sekecil atom misalnya dari perbuatan hati itu lebih
berat lebih berbahaya dari bergunung-gunung dosa lahiriyah, bukan berarti
begitu !. Tapi ini memperingatkan betapa pentinganya soal batiniyah !. Seperti
itu, istilah maksiat, syirik atau kufur, atau isitilah iman, syuhud atau sadar,
itu semua adalah amal perbuatan hati semua !. Dosa yang paling besar, paling
berat akibatnya adalah syirik. Inipun perbuatan hati. Begitu juga amal yang
paling tinggi nilainya, adalah perbuatan atau amalnya hati, yaitu sadar atau
syuhud kepada Alloh SWT.
Begitu pentinganya hati para hadirin
hadirot, mari kita perhatikan dengan sebanyak mungkin disamping memperhatikan
amal-amal lahir!. Dan sekalipun soal hati itu mudah membahasnya, tapi
diibaratkan sebagai setitik air diatas daun talas. Mudah sekali
berpindah-pindah. Lap sana, lap sini, lap sana dan seterusnya. Maka perang yang
paling berat, seperti sabda Rosuulullohi saw “Jihadil-Akbar”, adalah
Jihadun-nafsi. Mujahadatun-nafsi. Merangi nafsu !. Ya mudah-mudahan para
hadirin hadirot kita senantiasa diridloi Alloh SWT, diberi hidayah dan taufiq,
syafa’at, tarbiyah dari Rosuulillaahi saw, syafa’at tarbiyah khooshshotaini, wa
kadzalik barokah karomah dari beliau Ghousi Hadhaz-Zaman wa Akwaanihi
rodiyallohu Ta'ala 'annum !. Amiin!.
لاَ صَغِيْرَةَ إِذَا قَابَلَكَ عَدْلُهُ وَلاَ كَبِيْرَةَ إِذَا وَجَّهَكَ
فَضْلُهُ
(Tidak ada dosa kecil, semua
dosa besar jika diadili oleh Alloh SWT. Jika Alloh SWT melaksanakan sifat
Adil-NYA, tidak ada dosa kecil. Semua besar. Semua berdosa !. Sekalipun tho’at,
ibadah wujud lahirnya itu merupakan dosa besar semua !. Jika dilaksanakan
Adil-NYA Alloh SWT. Adilnya Alloh SWT, yaitu Alloh SWT bebas berbuat apa saja
terhadap makhluq, terhadap hamba-NYA !. Yang jelek dibikin baik ya bisa, yang
baik dijadikan jelek ya bebas!. Itu Adilnya Alloh SWT. Jadi adilnya Alloh
Ta’ala yaitu menggunakan, berbuat terhadap makhluqnya, hamba-NYA
sewenang-wenang. Yang baik disiksa, atau yang jelek malah dikasihi dan
sebagainya.......bebas !. Kalau orang yang menyadari sifat adilnya Alloh SWT
yang seperti itu, otomatis sekalipun ia punya ibadah seperti ibadahnya para
malaikat, dia tetap takut!. Otomatis !. Sebab, dia lalu menyadari bahwa Tuhan
bebas berbuat apa saja dan bagaimanapun juga, bebas menyiksa, bebas
menghancurkan !.
“WALAA KABIIROTA IDZAA WAJJAH HAKA FADLUHU”. Sebaliknya, jika Tuhan berbuat
melaksanakan fadhol-NYA. Fadhol yaitu I’thoous-syai-I big-ghoiri
‘iwadlin, memberi tanpa adanya sesuatu apapun juga sebelumnya tidak dimintai,
diberi imbalan lebih-lebih, pokoknya inisiatif dari si pemberi itu tanpa sebab
dari lain. Ini fadhol. Jika Alloh SWT memberi, ini otomatis Alloh SWT tidak
didesak atau dipengaruhi oleh lain-NYA. Oleh hamba-NYA, oleh dan sebagainya.
Tapi semata-mata dari irodah kemauan Alloh SWT !. Sebaliknya, jika Tuhan
berbuat melaksanakan fadhol-NYA, atau seseorang mendapat fadholnya Alloh SWT,
sama sekali dia tidak punya dosa besar. Malah dosa kecilpun tidak punya !. Itu
jika orang diberi fadlol oleh Alloh SWT !. Malah, dosa-dosanya menjadi baik
semua !.
Dus, jika sifat adil Tuhan dilakukan atas hamba-NYA, maka semua ibadah si hamba menjadi maksiaat semua !. Lebih lagi
maksiatnya !. Tapi jika yang diberi fadhol oleh Alloh SWT, semua dosanya
diampuni, malah semuanya menjadi baik!. Lebih-lebih ibadahnya !. Ya
mudah-mudahan para hadirin hadirot, kita semua dikaruniai fadhol yang
sebanyak-banyaknya !. Amiin ! Amiin !. Amiin!.
Lha itu didalam Al-Qur’an antara lain :
أُولَئِكَ الَّذِيْنَ
يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّئاَتِهِمْ حَسَنَاتٍ (الفرقان : ٧٠)
Mereka yang karena mendapat fadholnya Alloh SWT, otomatis mereka bertobat!.
Bukan hanya diampuni saja dosa-dosanya, tapi disamping diampuni, dosanya itu
diganti kebaikan semuanya !.
Jika orang diadili Tuhan, ibadahnya tidak ada yang
diterima, jangankan diberi pahala, tapi dijadikan siksa buat menyiksa dirinya
sendiri!.
Ya mudah-mudahan sekali lagi kita dikaruniai fadhol oleh
Alloh SWT !. Kita harus usaha !. Harus
usaha !.
لاَ يَكُوْنُ الْفَضْلُ
إِلاَّ لِلْمُنْكَسِرَةِ قُلُوْبِهِمْ الْمُتَعَارِضَةُ لِلنَّفَاحَاتِ
اْلإِلاَهِيَّةِ
Orang yang tidak akan mendapat fadholnya Alloh Ta’ala jika hatinya tidak
selalu nelongso yang sungguh-sungguh !. Merasa berlarut-larut!. Dan usaha
sekuat mungkin untuk merubah sikap!. Jika tidak begitu, jangan harap mendapat
fadhol-Nya Alloh SWT !. Malah justru dia mengharap tetapi tidak berbuat, tidak
konsekwen, begitu itu jauh lebih berat mendapat bendunya Alloh SWT!. Jika kita
menginginkan mendapat fadlolnya Alloh SWT yang sebanyak-banyaknya, kita harus
dengan sungguh-sungguh nelongso, merasa berlarut-larut dan sekuat mungkin
memperbaiki keadaan!.Sekuat mungkin memperbaiki dan meningkatkan !.
Iman Syazali diantara doanya :
وَجَعَلَ سَيِّئَاتِنَا
سَيِّئَاتِ مَنْ أَحْبَبْتَ وَلاَ تَجْعَلْ حَسَنَاتِنَا حَسَنَاتِ مَنْ
أَبْغَضْتَ
Ya Tuhan, jadikanlah keburukanku, maksiatku, seperti maksiatnya orang yang
engkau kasihi !. Dan ya Tuhan, janganlah kebaikanku engkau jadikan seperti akan
orang yang Engkau murkai!. Ini do’a baik juga untuk kita amalkan. Seperti diatas
tadi, jika orang dikasihi Alloh SWT, diberi fadlol, biar bagaimanapun besar
maksiatnya, senantiasa diampuni dan bahkan diganti dengan kebaikan yang
sebanyak-banyaknya. Sebaliknya jika orang dimurkai dibendu oleh Alloh SWT, biar
bagaimanapun juga kebaikan-kebaikannya, sama sekali tidak ada artinya. Malah
justru makin banyak kebaikannya, justru makin berat siksa yang ditimpakan atas
dirinya, orang yang dibendu dimurka oleh Alloh SWT !. Dus yang pokok, ialah
apakah dikasihi oleh Alloh ataukah dibendu dimurka oleh Alloh SWT. Dengan kata
lain, orang hanus ada dua kemungkinan. Mendapat fadholnya Alloh SWT atau
mendapat Adilnya Alloh SWT !.Jadi perbuatan baik atau perbuatan buruk, itu
hanya akibat. Akibat dari fadholnya Alloh Ta’ala. Otomatis jika orang mendapat
fadholnya Alloh Ta’ala perbuatannya, akhlaqnya, perangainya, baik. Selalu
berbuat perbuatan-perbuatan yang diridloi Alloh SWT, memberi manfaat kepada
ummat dan masyarakat Sebaliknya jika orang mendapat murka Alloh Ta’ala
istilahnya Imam Ghozali, atau mengalami sifat Adilnya Alloh Ta’ala istilah
dalam kitab ini, selalu berbuat perbuatan yang dikecam oleh Alloh Ta’ala,
selalu merugikan kepada ummat dan masyarakat!.
Ya sekali lagi para hadirin hadirot, kita mendapat
fadholnya Alloh SWT yang sebanyak-banyaknya, dalam segala bidang !.
Mudah-mudahan perjuangan kita ini mendapat fadholnya Alloh SWT sehingga
jamii’al alamiin dalam waktu yang tidak lama berduyun-duyun FAFIRRU ILALLOHI WA
ROSUULIHI SAW. Dan mudah-mudahan para hadirin hadirot, hubungan Mujahadah Kubro
yang akan datang, mudah-mudahan mendapat fadhol dari Alloh SWT yang luaaaar
biasa !. Amiin !. Amiin !. Amiin !. yaa robbal alamiin !.
Para hadirin hadirot, kiranya pengajian cukup sekian, dan
semoga pengajian pagi ini benar-benar diridhoi Alloh SWT wa Rosuulihi saw !.
Dan mari hubungan Mujahadah Kubro yang akan datang kita usahakan sekuat mungkin
dhohiron wa baathinan, agar Mujahadah Kubro itu nanti benar-benar diridhoi
Alloh wa Rosuulihi saw, sehingga membuahkan manfaat yang sebanyak-banyaknya
bagi kita sekeluarga dan bagi ummat dan masyarakat, terutama soal kesadaran
Fafirruu ilallohi wa Rosuulihi saw !. Amiin !. Selanjutnya waktu dan tempat
dipersilahkan untuk sambutan dari Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar