شَتَّانَ بَيْنَ مَنْ
يَسْتَدِلُّ بِهِ أَوْ يَسْتَدِلُّ عَلَيْهِ
Jauh sekali perbedaan antara orang yang membuat Alloh,
dibuat untuk inenunjukkan pada lainnya atau makhluk dan orang yang membuat
makhluk, dibuat untuk menunjukkan Alloh Kholiq. Orang yang memandang Alloh
sebagai petunjuk, menunjukkan pada makhluk.
هُمُ الْمُرَادُوْنَ
الْمَجْذُوْبُوْنَ اِلَيْهِ
Mereka adalah orang-orang yang dikehendaki yang
ditarik oleh Alloh SWT yang dipanggil oleh Alloh SWT.
هُمْ مِنَ اَهْلِ
الشُّهُودِ
Mereka adalah orang-orang dari ahli Syuhud atau sadar
kepada Alloh SWT
“Ahli
Syuhud” = ahli memandang kepada Alloh, ahli sadar kepada Alloh “IMMABTIDAAN
WAIMMA BAKDASSULUUK”, baik pada saat-saat permulaan sesudah suluk, sesudah
riyadloh-riyadloh atau mujahadah-mujahadah. “MAHUMUL’AARIFUUN” dan mereka
adalah orang-orang yang ‘Arifuun, orang yang sadar kepada Alloh. Mereka para
murooduun atau ‘Arifuun, atau majdhuubuun tidak memandang sesuatu selain dan hanya kepada Alloh. Dan
mereka membuat Alloh sebagai petunjuk yang menunjukkan kepada makhluk. Itulah
yang dimaksud “MAN YASTTADILLU BIHI”.
Ada lagi yaitu “MAN
YASTADILLU ALAIHI”. Mereka memandang atau mengamat-amati makhluk untuk
menunjukkan kepada KHOLIQ Mereka itu adalah “MURIIDUUN” orang-orang yang
menghendaki wusul atau sadar kepada Alloh, dan mereka masih dalam menempuh
jalan kearah tujuan wusul itu (SAALIKUUNA).
فَاَهْلُ اللهِ
تَعَالىَ عَلَى قِسْمَيْنِ مُرَادِيْنَ وَمُِِردِيْنَ
“AHLULLOH” atau orang yang baik-baik dibagi menjadi
dua bagian. “MUROODIIN” dan “MURIIDIIN”. “Muroodiin” adalah orang yang
berkehendak berkeinginan. Atau dengan istilah lain “Muroodiin” adalah
Majdhuubin = ahlus-syuhud, yaitu orang-orang yang sadar kepada Alloh karena
dimajdzub atau ditarik, dan “Saalikuun” yaitu orang-orang yang masih dalam
perjalanan menuju sadar kepada Alloh Ta’ala.
Oran-orang
yang menghendaki sadar kepada Alloh SWT atau “Muriidin” atau “Salikiin” dalam
perjalanan atau.perjuangan mereka menuju kesadaran kepada Alloh Ta'ala masih
tertutup hatinya belum mengetahui kepada Alloh SWT. Yang diketahui hanya
makhluk. Mereka masih mengandalkan mujahadahnya, masih menjagakan perjuangannya.
Mereka selalu takut, kuatir atau mengharap kepada selain Kholiq, sebab mereka
memang belum tahu kepada Kholiq Penciptanya. Andai kata mereka sudah tahu,
sadar kepada Kholiqnya, tentu mereka tidak menjagakan atau membanggakan
usahanya, tidak menjagakan.... amal-amal perjuangannya, dan mereka tidak takut,
tidak kuatir, tidak getar selain hanya... Alloh yang ditakuti dan yang diharap.
Itulah mereka “Muriduun” orang yang masih berjuang masih mujahadah masih dalam
usaha di dalam perjalanan sadar kepada Alloh. Mereka masih dikuasai masih
dijajah oleh imperialis nafsunya. Tapi mereka sedang usaha membebaskan diri
dari imperialis nafsunya itu dengan minta pertolongan kepada makhluk yaitu berupa
mujahadah-mujahadah dan usaha-usaha lain untuk menghantarkan kepada Alloh.
Adapun
“Murooduun” orang yang dikehendaki atau orang yang ditarik atau yang disebut
“Majdhuubuun” di sini dikatakan:
وَ مُرَادِيْنَ وَهُمْ
اَلْمَجْذُوْبُوْنَ وَاجْهُهُمْ الْحَقِّ تَعَالَى بَوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ
وَتَعْرِفَ اِلَيْهِمْ فَعَرَفُوْهُ وَانْحَجَبَتْ عَنْهُمُ الاَغْيَارِ فَهُمْ
يَسْتَدِلُوْنَ بِهِ عَلَيْهَا فِِى حَالِ تَدْلِّيْهِمْ إِنْ جُذِ بُوْا
اِبْتِدَاءً أَوْبَعْدَ سُلُوْكِهِمْ اِنْ كَانُوْا مِنْ اَهْلِهِ
Alloh
SWT memandang kepada mereka itu “biwajhihil-kariim” dengan wajah-NYA yang
Mulia, dan Alloh menampakkan diri kepada mereka sehingga mereka mengenal-Nya.
Mereka mata hatinya tertutup memandang kepada makhluk, senantiasa mengarah
kepada Alloh. Mereka membuat Alloh untuk menunjukkan adanya makhluk. jadi
berlawanan dengan “Muriiduun” tadi yang membuat makhluk untuk membuktikan
adanya Alloh. Mereka “Murooduun” dalam “Yukti Kulla dhii haqqin haqqoh” membuat
Alloh sebagai petunjuk bagi mereka untuk menunjukkan kepada makhluk.
Ada
istilah “tadalli” dan “taroqqi” “tadalli” artinya “turun” dan “taroqqi” artinya
“naik”. Mereka “Murooduun” atau “Majdhuubuun” atau “Aarifuun” ketika “turun”.
turun dari hadrotul Illahi Yang Maha Tinggi ke bawah, di tengah-tengah makhluk,
mereka membuat Alloh sebagai petunjuk untuk menunjukkan kepada makhluk. Mereka
tahu kepada makhluk karena Alloh SWT. Sedangkan yang pertama tadi, yaitu yang
belum sadar, mereka tahu kepada Alloh karena makhluk jadi kebalikan Adanya
makhluk ini menunjukkan pasti ada Penciptanya. Tidak mungkin ada makhluk, tidak
mungkin ada makhluk tidak ada Kholiqnya. jadi makhluk dibuat untuk menunjukkan
Kholiq-Nya. Makhluk dibuat... dalil dibuat bukti yang menunjukkan Kholiq-Nya.
Yang menunjukkan adanya Alloh... Penciptanya. Ini namanya belum sadar kepada
Alloh Maha Pencipta segala. Sedangkan yang kedua tadi, “Murooduun” atau orang
yang sudah sadar kepada Alloh mengatakan, adanya jagad seisinya
makhluk semuanya ini sebab Alloh. Alloh Pencipta, otomatis ada ciptaan-NYA.
Yaitu makhluk semuanya!
Para hadirin-hadirot, bagaimana keadaan hati kita ini,
termasuk yang pertamakah atau yang kedua, terserah hati kita masing-masing.
Yang pertama masih dijajah oleh imperialis nafsu, tapi ya ada baiknya sebab mau
usaha menuju sadar kepada Alloh SWT, usaha membebaskan diri dari imperilis
nafsu. Yang kedua tadi sudah bebas dari imperialis nafsu... Sudah “ABDULLAHI” haqqon Betul-betul hamba
Alloh. Yang pertama masih “Abdun nafsi” hamba nafsu. Sekalipun lahirnya
kelihatan “Abdulloh” tapi hakikotnya sesungguhnya batinnya masih “abdun nafsi”.
Terserah diantara kita ini masuk yang mana, kita harus ada perhatian!
Dus!
ada orang yang (tapi jarang) menjadi sadar tanpa berjuang tanpa usaha tanpa
mujahadah-mujahadah. Tahu-tahu dia dijadikan budi tarik oleh Alloh SWT.
“AHKDHOMUN NAASI JADHBAN AL ANBIYA' yang paling besar mendapat jadhbu tarikan
adalah para anbiak dan Mursaluun ‘alaihimus sholaatu wassalam Tapi itu jarang
sekali Umumnya ya dengan berjuang dengan usaha dengan mujahadah-mujahadah.
Sesungguhnya berjuang atau usaha atau mujahadah itupun ditarik oleh Alloh SWT.
Ditarik dengan jalan perjuangan, usaha atau mujahadah. Ya sama dengan soal
lahiriyah. Orang kaya misalnya. Pada umunmya dari hasil berjuang usaha, bekerja
dengan gigihnya. Tapi ya mungkin ada tapi jarang sekali tahu-tahu menjadi orang
yang kaya mendadak. Entah bagaimana jalannya. Mungkin mendapat warisan dan
lain-lain. begitu juga soal kesadaran.
وَلِذَا قِيْلَ
نِِهَايَةُ السَّالِكِ بِدَايَةُ الْمَجْذُوْبِ
Maka dikatakan “titik” penghabisan dari “Salikin”
merupakan titik permulaan bagi “Majdhuubiin”. Saalik yang sudah sampai ke
tingkat bebas dari imprialis nafsunya merupakan titik, permulaan dia dijadhbu
ditarik. Atau
dibalik.
نِِهَايَةُ
الْمَجْذُوْبِ بِدَايَةُ السَّالِكِ
Artinya:
Orang yang majdhub ditarik tidak melalui jalan usaha
akhirnya juga akan berjuang usaha dan mujahadah-mujahadah dan lain-lain. Yaitu
dalam rangka “Yukti Kulladhii haqqin haqqoh”. Dia usaha dan berjuang tapi
hatinya senantiasa kepada Alloh.
وَوَرَدَ اَعْظَمُ
النَّاسِ جَذَابًا اْلاَنْبِيَاءِ
Yang paling besar ditariknya adalah para anbiya' wal
mursalin otomatis makin tinggi kedudukannya, makin besar menariknya.
وَذَالِكَ أَنَّ
الْمُسْتَدِلُ بِهِ عَرَفَ الْحَقِّ فَأَثْبَتَ الاَمْرَ مِنْ وُجُوْدِ اَصْلِهِ
,وَاْلاِ سْتِدْلاَلُ عَلَيْهِ مِنْ عَدَمِ
الْوُصُوْلِ اِلَيْهِ وَاِلاَّفَمَتَى حَتَّى يَسْتَدِِلَّ عَلَيْهِ وَمَتَى
بَعُدَ حَتَّى تَكُوْنَ الآثَارُ هِىَ الَّتِى تُوْصِلُ اِلَيْهِ
Tapi dikatakan ada dua macam, orang yang menuju
kesadaran kepada Alloh. Yang pertama membuat makhluk sebagai dalil kepada Alloh
dan yang kedua menjadikan Alloh sebagai petunjuk untuk menunjukkan makhluk.
Maklum yang pertama tadi belum sadar kepada Alloh SWT sehingga makhluk dianggap
mampu menunjukkan kepada KHOLIQ Ya, maklum mereka ini masih buta terhadap Alloh
SWT. yang kedua tadi, yaitu orang yang membuat KHOLIQ sebagai petunjuk
terhadap, makhluk. Dan ini yang benar yang tepat. Alloh itu asli sumber dari
segala. yang majdhub. Golongan yang kedua ini dapat menempatkan. segala sesuatu
di tempatnya. Oleh karena Alloh itu sumber asal atau Pencipta atau wujud
pertama, maka mereka itu dapat menempatkan Alloh pada kedudukan yang
sebenarnya, di tempat yang pertama pula. sebagai petunjuk yang menunjukkan segala
sesuatu. Orang yang membuat Alloh sebagai petunjuk mereka tahu
sesungguhnya. Barang yang sesungguhnya yaitu soal yang paling pokok adalah
Alloh yang punya.
“FA ASBATAL AMRO MIN WUJUbDI ASLIHI”
(Makhluk dianggap, ada karena
dari asalnya dari Alloh SWT).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar