AJARAN WAHIDIYAH

LILLAH Artinya : segala perbuatan apa saja lahir maupun batin, baik yang berhububungan dengan langsung kepada Alloh wa Rosulihi SAW maupun berhubungan dengan sesama makhluq, baik kedudukan hukumnya wajib, sunnah, atau mubah, asal bukan perbuatanyang merugikan yang tidak di ridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakanya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada Alloh dengn ikhlas tanpa pamrih ! LILLAH TA’ALA baik pamri ukhrowi, lebih – lebih pamri duniawi

BILLAH : merasa dan menyadari bahwa segalanya termasuk gerak gerik kita, lahir batin, tenaga, pikiran dll adalah ciptaan ALLOH MAHA PENCIPTA !. yakni ''laa haula walaa quwwata illaa billaah '' tiada daya kekuatan melainkan karena Alloh SWT.

LIRROSUL Di samping niat Lillah seperti di muka, supaya juga di sertai dengan niat LIRROSUL, yaitu niat mengikuti tuntunan Rosulullooh SAW

BIRROSUL Penerapannya seperti BILLAH keterangan di muka, akan tetapi tidak mutlak. Dan menyeluruh seperti BILLAH, melainkan terbatas dalam soal – soal yang tidak dilarang oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Jadi dalam segala hal apapun, segala gerak – gerik kita lahir batin, asal bukan hal yang dilarang, oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Disamping sadar Billah kita supaya merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa dari Rosulullooh SAW ( BIRROSUL )

YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH

Memenuhi segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa menuntut hak .mengutamakan kewajiban dari pada menuntut hak .contoh ;suami harus memenuhi kewajibannya terhadap sang isteri ,tanpa menuntut haknya dari sang isteri .dan isteri harus memenuhi kewajibannya terhadap suami,tanpa menuntut haknya dari sang suami .anak harus memenuhi kewajibannya kepada orang tua , tanpa menuntut haknya dari orang tua .dan orang tua supaya memenuhi kewaqjibannya terhadap anak, tanpa menuntut haknya dari si anak .dan sebagainya .sudah barang tentu jika kewajiban di penuhi dengan baik, maka apa yang menjadi haknya akan datang dengan sendirinya tanpa di minta .

TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFAH’ FAL ANFA’

Mendahulukan yang paling penting , kemudian yang paling besar manfaatnya . jika ada dua macam kewajiban atau lebih dalam waktu yang bersamaan dimana kita tidak mungkin dapat mengerjakannya ,bersama sama ,maka harus kita pilih yang paling aham ,paling penting kita kerjakan lebih dahulu . jika sama sama pentingnya ,kita ,pilih yang lebih besar manfaatnya

Minggu, 16 Desember 2012

hati yang bercahaya - al hikam oleh muallif sholawat wahidiyah

ARAB 106
ِبـسْمِ الله ِالرََّحْمَـنِ الرَّحـِيْمِ


(Bagaimana mungkin hati bisa bercahaya, sedangkan segala yang ada masih melekat didalamnya)

Hati tidak bisa bening atau padang, selama hati itu masih selalu mengingat-ingat makhluq, mengingat atau meyakini bahwa makhluq itu dapat menguntungkan atau merugikan, dapat memberi manfaat atau membahayakan. Selama hati itu senantiasa menjagakan pada makhluq dalam segala hal, selama hati masih terpengaruh atau terkintil-kintil pada makhluq, hati yang begitu itu tidak dapat bersih, bebas dan bercahaya. Artinya senantiasa terpengaruh dan ditawan oleh makhluq.

ARAB 106

Dan apa mungkin hati dapat sowan menghadap kehadirot Alloh SWT, sedang dia masih dikuasai oleh nafsunya. Hati yang senantiasa nuruti kepada nafsunya. Tidak bisa sowan. Dihadapan Alloh Ta’ala. Hati kalau tidak bening, tidak bersih dari pengaruh oleh makhluq otomatis dia selalu tunduk kalah kehendak nafsunya.

ARAB 106

Apa mungkin dapat diharapkan bisa sowan kehaddlrotulloh hati yang belum suci dari junub kelalaianya, masih selalu nuruti nafsunya

ARAB 107

Bagaimana orang masih hadats junub tidak boleh masuk kedalam masjid. Demikian juga orang yang masih dikuasai oleh nafsunya, masih terpengaruhkepada memandang makhluq, dilarang sowan kehadirot Alloh SWT.
Para hadirin hadirot!. Mari kita koreksi hati kita masing-masing. Kita masih terpengaruh oleh makhluq atau tidak, mari kita adakan koreksi. Kalau masih terpengaruh berarti butek hati kita. Belum bersih. Kalau hati tidak bersih ototmatis dikuasai oleh nafsu, kalau hati dikuasai nafsu, otomatis tidak bisa sowan dihadapan Tuhan. Jadi hati yang bisa sowan menghadap kepada Tuhan ialah hati yang tidak melupakan Tuhan. Hati yang tidak lupa pada Tuhan. Yaitu hati yang tidak terpengaruh oleh nafsu, hatiyang tidak terpengaruh oleh nafsu, yaitu hati yang tidak terpengaruh oleh makhluq. Kalau hati masih terpengaruh oleh makhlauq terpengaruh dengan takut atau mengharap, itu namanya masih dikuasai oleh makhluq, memandang itubermanfaat itu membahayakan itu merugikan itu berarti tewrpengaruh oleh makhluq.
Mari para hadirin hadirot, kita tinjau keadaan hati kita!. selama kita mengahdapi segala sesuatu, terpengaruh oleh segala sesuatu itu atau tidak, mari kita tinjau. Kalau kita terpengaruh oleh segala sesuatu yang kita hadapi, itu berarti kita dikuasai oleh segala sesuatu yang kita hadapi itu. Ini menguntungkan, ini merugikan, ini pahit, ini manis dan sebagainya. Moril materiil, masih terpengaruh oleh segalanya itu. itu namanya ............. ya pengeruh. Kalau terpengaruh berarti dikuasai oleh imprealisme nafsu dan otomatis tidak bisa sowan menghadap Tuhan.
Mari para hadirin hadirot, kita tinajau pribadi kita masing-masing. Ilmiyah gampang, hanya sekian kata, tapi sekalipun ilmiyah gampang, dalam prakter hati kita, mari kita tinjau. Ketika kita merasakan pahit atau manis ketika mengalami unrung atau rugi, mengalami senang atau gembira atau susah tau sedih, mengalami takut atau berani mengalami ... ya segala keadaan yang kita alami lahiriyah atau batiniyah kedalam atau keluar, moril ataupun materiil, itu sudah senantiasa BILLAH kah atau tidak?. Mari kita koreksi, kalau beri’tikat atau merasa bahwa merasa segala sesuatu itu tadi “taduruu wa tanfa’u”- membahayakan atau memberi manfaat, itu berarti bahwa tidak ada kesadaran BILLAH. Siapa membanggakan atau menonjolkan usahanya atau perjungannyaitu berarti tidak BILLAH. Dus. Kita didalam mengalami segala sesuatu paling sediki harus ingat BILLAH. Kalau tidak ingat BILLAH itu berarti masih dikuasai apa yang kita hadapi. Berarti masih buteh hati kita. Tidak bening atau syirik khofi, merasa ada yang berkuasa selain Tuhan. Kalau lupa pada Tuhan berarti syirik khofi. syirik khofi adalah suatu dosa yang besar orang yang syirik khofi tidak BILLAH. Otomatis dia ujub dalam segala amaliyahnya atau in\badahnya senantiasa ujub. Membanggakan atau merasa punya keistimewan. merasa punya keistimewan dalam suatu istilah dikata ujub. Orang yang beramal dengan ada ujub, tidak diterima dan kecam!. Atau sekaipun kita sedang tidak melakukan amal ibadah atau suatu perbuatan, sekalipun tidak merupankan suatu perbuatan, atau ibadah, itu namanya mengambur-hamburkan waktu. mengambur-hamburkan suatu kesempata atau hal-hal yang tidak diperkenankan. Atau istilah lain tidak mensyukuri kepada nikmat Tuhan. Dia tidak menyadari bahwa mendapat nikmat berupa dapat berbuat. Berarti dia menyalagunakan nikmat. Tumpuktumpuk negatif atau kesalahan.
Dari itu para hadirin hadirot, mari kita koreksi keadaan kita. Sudah senantiasa tepaaaaatkah atau belum ?. itu adanya koreksi atau peninjauan kembali. Kalau belum tepat,mari kita tepatkan. Mari bersama-sama bertaubat. Yang sudah tepat, mari terus kita tingkatkan sedapat mungkin.
Dus hati yang bute, yaitu hati yang masih terpengaruh oleh suasana atau makhluq “Al akhwaan” = segala yang ada = makhluq. Terpengaruh takut, terpengaruh cinta. Terpengaruh mengaharap atau kuatir, itu berarti hati yang masih butek atau gelap buta. Berarti masih dikuasai oleh nafsu. Tapi hati yangbening bercahaya, tidak dapat dikuasai oleh nafsu, malah sebaliknya dapat megusai nafsu dapat memanfaatkan nafsu. Memanfaatkan nafsu untuk kendaraan menuju kebahagiaan hidupnya lahir dan batin dunia sampai akhirot yang diridloi Alloh SWT.
Saya ingin begini, dan saya bisa. Ini namanya dikuasai oleh nafsu. Tunduk pada nafsu. Ini kalau hati butek atau gelap atau buta, selalu dikomando oleh nafsu, nuruti nafsu. Kalau begitu, dia yang seperti itu dioa selalu atheis. Tidak merasa bahwa Tuhanlah yang senantiasa mencipta, yang senantiasa menghendaki segala sesuatu..
Dalam istilah Wahidiyah orang yang bening atau padang hatinyaotomatis senantiasa LILLAH-BILLAH. Hati yang butek atau gelab atau buta otomatis selalu LINNAFSI- BINNAFSI. Pokoknya ilmiyah sudah cukup jelas gamblang. Tinggal bagaimana praktinya, itu kita masing-masing yang dapat mengukur atau meneliti. Mengalami keuntungan terutama, juga kita masing-masing. Yang mengalami kerugian terutama, juga kita masing-masing. Kalau tidak ada pelaksanaan ilmiayah-ilmiyah tadi dengan tepat, kita disamping lain-lain juga banyak merugikan. Mari para hadirin hadirot!. Menaruh perhatian yang penuh-penuhnya. Didunia ini kalau tidak tepat, ya sekali ini dan kalau tepat ya sekali ini!.
Umat manusia hidup didunia ini dapat diibaratkan orang “boro”. Boro cari pekerjaan kesuatu negeri atau kesuatu tempat pekerjaan pokoknya. Kepasar atau kesawah atau ke perusahaan atau kekantor dan sebagainya. Kalau mengalami keuntungan ya sekali itu kalau rugi ya sekali itu. Kalau untung yang tidak bisa bertambah lagi dan kalau rugi ya tidak bisa ditutup lagi. Kemudia selanjutnya hanya merupakan hasil atau akibat pada keuntungan atau kerugian it tadi.
Dus, saya ulangi lagi. Hati yang gelap dan butek tidak jernih hati yang buta, yaitu hati yang terpengaruh oleh makhluq tidak langsung mengarahkan pandangannya kepada Tuhan pencipta alam semesta. Makan cabe ... pedeeeeesm, minum sirup ........ manis, hanya begitu saja, tidak ada kesadaran BILLAH, itu namanya hati yang masih terpengaruh. Hanya merasakan manisnya guka atau pedasnya sambal hanya merasakan itu saja, pen tidak sadar BILLAH. Itu namanaya masih dikuasai oleh Nafsu!. BINNAFSI. Sekalipun lombok itu pedas. Jadi lombk itu satu, pedasnya soal lain. Atau api, api panas, sesungguhnya bukan api yang panas, jadi yang panas itu BILLAH. Kalau api itu panas berarti api itu kuasa. Padahal sifat Tuhan anatara lain “Qudrat”. Kembali kita sejenak kepada pengajian ‘aqoid waktu masih kanak-kanak. Wujud, qidam, baqok, mukhlafatu lil khawadisi dan seterusnya. Tuhan tidak sama dengan makhluqnya. Ototmatis kalau tidak sama, ya tidak sama, pencipta dan ciptaan tentu tidak sama. Kalau Tuhan bersifat Wujud. Wujudnya makhluq ini disebab diwujudkan oleh Tuhan. Kalau tidak diwujudkan Tuhan, pasti tidak wujud. Dus !. yang ada hanya Tuhan. Kalau lainnya Tuhan ada, ini namanya ada dua dan ini mustahil. Begitu pula kalau dihubungkan dengan sifat-sifat Tuhan yang lain. Qodrat misalnya, karena ini yang paling menonjol. Apabilah Tuhan punya sifat qudrat-kuasa otomatis tidak ada yang lain yang kuasa. Kalau ada kuasa lain, namanya lalu ada yang menyamai Tuhan. Irodahnya begitu juga, karep, kalau Tuhan punya kehendak otomatis makhluq tidak punya kehendak. Jadi adanya sesuatu itu wujud, kuasa atau berkehendak, itu karena diwujudkan, diberi kuasa, diberi kehendak dan sebagainya. Jadi pada hakekanya sesuatu itu sendiri tidak ada, tidak punya kuasa apa-apa, tidak punya kehendak.
Jadi orang pada waktu makan minum dan begitu saja kok pen begitu saja, itu orang yang buta mata hatinya. Kalau tidak langsung pada BILLAH, namanya buta. Syirik khofi !. Dalam perjuangan fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW soal ini prinsip sekali. Paling prinsip. Disamping LILLAH BILLAH. Setiap orang selama mempunyai perasaan pasti mengalami semua itu. BILLAH kah, atau BINNAFSI kah, pasti mengalami. Setiap orang mengalami atau mempunyai perasaan. Kalau tidak BILLAH, otomatis BINNAFSI. Kalau tidak BINNAFSI, otomatis BILLAH.
Mari para hadirin hadirot, ,kita menaruh perhatian yang sungguh-sungguh. Ini soal merata, menyeluruh, tanpa kecuali. Dan ini soal yang pokok. Ya mudah-mudahan kita memperoleh pertolongan dari Alloh SWT. Khususnya didalam soal ini dalam kita usaha, didalam kita berjuang.
ARAB 111
Apakah mungkin dia dapat mengharapkan faham atau mengerti akan rahasia-rahasia yang pelik-pelik terutama, sedangkan dia belum tobat dari kesalahan-kesalahannya.
Orang yang tidak mau tobat, terutama soal dosa syirik khofi, dan umumnya segala maksiat, dia selama belum tobat, belum menyesali dosa-dosanya, belum merubah sikap, dia tiodak akan faham atau mengerti atau menemukan rahasia-rahasia yang diberikankepada orang-orang yang sadar kepada Alloh SWT. Oarang yang diridloi oleh Alloh SWT. Atau orang-orang yang mau tobat dengan sungguh-sungguh. Dus !. Mudahnya orang yang belum tobat dengan sungguh-sungguh, belum merubah sikap, belum membebaskan diri dari nafsunya, tidak dapat memahami atau menemukan rahasia-rahasia seperti yang diberikan kepada orang-orang yang diridloi Alloh SWT.
ARAB 111
Hal-hal yang seperti diatas berlawanan satu sama lain. Padangnya hati dengan cahaya keyakinan yang membaja adalah kebalikan dari gelapnya hati, atau hati yang buta, yang dia senantiasa dikuasai atau terpengaruh oleh makhluq. Aghyar atau Akwaan yang dia jadikan i’timad atau tempat bergantung.
ARAB 112
Dan perjalanan sowan kehadirat Alloh SWT. Dengan memutuskan hubungan dari cengkraman nafsu, berlawanan dengan yang masih berada dalam cengkraman imperialis nafsu. Itu sudah jalas tidak perlu di perpanjang lagi.
Dus kembali lagim Orang yang hatinya masih buteg, berarti tidak punya iman, atau imannya sangat tipis sekali dan dikawatirkan sekali dalam keadaan yang kecil saja bisa lenyap iman itu. Menghadapi ujian sedikit saja mungkin hilang iman itu, lebih-lebih menghadapi keadaan yang berat.
Orang yang hatinya bening, padang senantiasa sowan di hadapan Alloh wa Rosulihi SAW. Sebaliknya orang yang mata hatinya gelap, selalu menjauhkan diri dari Tuhan senantiasa lupa pada Tuhan. Senantiasa LINNAFSI BINNAFSI. Istilah “ jauh ” dan “ dekat ” orang yang senantiasa sadar senatiasa ingat kepada Tuhan. Itu berarti dia dekat kepada Tuhan. Tapi kalau banyak lupa, selalu LINNAFSI BINNAFSI. Berarti dia jauh dari Tuhan. Dalam Buku Kuliah Wahidiyah ada disebutkan kalau tidak salah :
ARAB 112
( Selama engkau merasa “ BII ” – sebab AKU ( Aku Tuhan = BILLAH ), maka engkau dalam posisi yang dekat dengan AKU ( Tuhan ). Sebaliknya selama engkau merasa “ BIKA” ( dengan nafsumu ), maka engkau dalam keadaan yang jauh dari AKU terserah pilih yang mana buat pribadimu ).
Akan menjauh dari AKU Tuhan, atau ingin dekat ?. Atau menjeromos kedalam jurang kehancuran-MU atau ingin selamat disisi-KU ?. Terserah.

ARAB 113
Faham atau mengerti atau dapat menggali rahasia-rahasia itu berlawanan dengan orang yang senantiasa LINNAFSI BINNAFSI yang senatiasa buteg hatinya, yang tidak biasa menemukan rahasia-rahasia. Terutama rahasia LILLAH BILLAH. Rahasianya orang diciptakan dijadikan oleh Alloh itu. Supaya melaksanakan “ LIYA’BUDUUNI”. Orang yang senatiasa LINNAFSI BINNAFSI otomatis tidak mengetahui atau tidak faham, akan menemukan apa sesungguhnya rahasia dihidupka di dunia ini. Lain tidak, hanya itu tadi, “LIYA’BUDUUNI”- mengabdikan diri kepada Tuhan Maha Pencipta.
“Mengabdikan diri” itu ada dua rukun. Satu BILLAH dua LILLAH. Tidak mungkin disebut ibadah kalau tidak mengetahui tujuannya yaitu “Yang di ibadahi”. Dan tidak mungkin......yah pokoknya kesadaran dan pengabdian diri “LIYA’BUDUUNI” itu kumpulnya kesadaran diri dan ibadah.
Jadi kalau orang betul-betul ibadah mengabdikan diri, disamping melaksanakan pengabdian diri, dia bertauhid. Kalau oarang bertauhid. Dia melaksanakan pengabdian diri - ibadah !. Atau dalam istilah LILLAH BILLAH, kalau orang sungguh LILLAH, disamping LILLAH dia BILLAH. Kalau orang sungguh-sungguh BILLAH otomatis dasamping BILLAH-LILLAH. Satu sama lain sekalipun verlainan tapi tidak dapat terpisah-pisahkan. Seperti halnya lumpur. Lumpur terdiri dari tanah dan air. Air saja tidak dapat dikatakan lumpur, begitu juga tanah saja tanpa air tidak dapat disebut lumpur. Dapatnya disebut lumpur karena ada tanah yang bercampur air. Sekalipun airnya sedikit misalnya. Begitu juga “LIYA’BUDUUNI” kumpulnya LILLAH dan BILLAH. Kalau hanya LILLAH saja atau BILLAH saja itu tidak memenuhi syarat rukun “LIYA’BUDUUNI” pengabdian diri kepada Tuhan. Istilah lain sariat dan hakikat harus dijalankan kedua-duanya untuk dapat memenuhi “LIYA’BUDUUNI” pengabdian diri kepada Tuhan.
Dalam tingtkatannya, nomor satu adalah BILLAH. Sebab ini tauhid. Nomor dua LILLAH-pengabdian diri jadi boleh dikatakan, akibat dari tauhid, yaitu pengabdian diri. Tauhid mengakibatkan pengabdian diri. Dalam Qur’an disebutkan :
( Maka barang siapa menginginkan bertemu dengan Tuhannya, berbuatlan amal saleh dan jangan mempersekutukan dengan sesuatupun didalam beribadah kepada Tuhannya ).
Umumnya dalam Qur’an soal tauhid. Sebab ibadah adalah buah atau akibat dari pada tauhid. Adapun LILLAH saaja belum BILLAH, atau BILLAH saja belum melaksanakan LILLAH, itu namanya ibadah yang belum sempurna. LILLAH BILLAH sekalipun lain-lain bidang, tapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam Qur’an :

•      
( Bertaqwalah kepada Alloh ; Alloh memberikan pelajaran kepadamu ; ).

Menurut tata bahasa kalimah : “Wa yu’allimu kumullohu” bukan jawab atau bukan hubungan, seperti dalam kitab tafsir biasa tapi bagi ahli kesadaran, ahli tasawuf, ini dihubungkan sebagai isyaroh. Tapi memang tidak ada hubungan antara “Wattakulloha” dan “Wa yu’allimu kumullohu”. “Wattakulloha”= dan takutlah kamu semua kepada Alloh. “Wa yu’alimu kumullohu”= dan kamu semua diberi ilmu atau pelajaran oleh Alloh. Disini di isyaratkan ada dalamnya. Jadi ahli tasawuf atau ahli kesadaran tidak mengambil dari redaksi begitu saja, tapi diambil isyaroh yang terkandung didalamnya. Sebab kalau diambil dari lahirnya itu redaksi tidak menjadi cocok, Karena bukan hubungan. “Wattakulloha Wa yu’allimu kumullohu” Terkadang ada yang salah baca “Wa yu’allimukumullohu”, menjadi jawab dari Wattakulloha dalam Qiro’ah ya boleh dibaca “Wa yu’allimukumulloh”, dan artinya menjadi jawab dari “Wattakulloha”. Dalam Qiro’ah ya boleh dibaca “Wa yu’alimukumullohu”. Dan arti nya menjadi : dan takutlah kepada Alloh maka Alloh akan memberi ilmu kepada kamu sekalian. Tapi sesungguhnya didalam Al-Qur’an bukan begitu yang dimaksudkan. Lalu apa maksud dari firman yang demikian itu ? Yaitu tadi untuk isyaroh. Mengandung isyaroh jadi perlu diambil tidak dari lahir, tapi dari isyaroh dari batinnya. Dan menguatkan adanya isyaroh itu ialah sebuah hadits Rosululloh SAW :

ARAB 115



( Barang siapa yang mengamalkan atau mempraktekkan kebaikan-kebaikan yang telah diketahui, otomatis atau pasti.....Alloh memberikan ilmu sesuatu yang belum diketahuinya ).

Yaitu kebaikan-kebaikan yang belum diketahui ilmunya, belum diketahui teorinya.
Ya alhamdulillsh, dintara saudara pengamal Wahidiyah yang maaf kurang pengetahuannya, setelah mempeng dan mengetrapkan sedapat mungkin cara-cara yang digariskan, alhamdulillah tanpa diusahakan atau malah tanpa diduga dia mendapat ilmiah-ilmiah yang penting dan banyak. Alhamdulillah banyak saudara pengamal Wahidiyah yang mengalami seperti itu. Ternyata sederek-sederek yang kurang pengetahuan, setelah mempeng mujahadah-mujahadah dan usaha-usaha mengetrapkan ajaran-ajaran Wahidiyah, alhamdulillah diparingi ilmiah-ilmiah yamg sangat berharga, terutama pengalaman-pengalaman yang hubungannya soal kesadaran kepada Alloh wa Rosulihi SAW, yang diluar perhitungan dan diluar kemampuan usaha ta’alum atau belajar atau mengaji. Yah, pokoknya diluar dugaan dan diluar perhitungan. Sekali lagi alhamdulillah. Barang kali sekalipun tidak sama bentuk dan persentasi banyak sedikitnya insya Alloh semua pengamal Wahidiyah diparingi ilmiah-ilmiah dari amal-amal ibadah dan lain-lain. Sekalipun sati sama lain tidak sama bentuknya atau banyak sedikitnya tapi dalam garis besarnya insya Alloh semua diparingi.
ARAB 116
Ini mengulangi keterangan-keterangan sebelumnya. Dus, Dawuh-dawuh yang pertama tadi disusul dawuh-dawuh sesudahnya, sebagai akibat dari yang pertama tadi. Insya Alloh semuanya itu sudah cukup jelas. Dan nanti akan mennyusul dawuh-dawuh Musonef mengenai keadan yang sesungguhnya.
Keadan yang sesungguhnya hanya satu. Yaitu Tuhan, Tuhan !. Selain Tuhan, tidak ada nanti pada pengajian yang akan datang insya Alloh akan diterangkan. Kalau kita betul-betul mengetrapkan LILLAH BILLAH otomatis akan dapat mengerti dan mengetrapkan pelajaran-pelajaran yang akan datang nanti. Hanya Alloh tok !. Yang ada, lainnya tidak ada. Adanya “ada” itu hanya imitasi atau bayangan,.......dan seterusnya.
Para hadirin hadirot, mudah-mudahan pengajian pagi ini diridloi oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Dan mudah-mudahan membawa manfaat yang sebesar-besarnya fiddunya wal akhiroh !. Amin !. Kiranya pengajian cukup sekian saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar