SHOBAR
Shobar atau sabar juga termasuk
ibadah batin yang tinggi nilainya dalam pandangan Alloh. Banyak firman Alloh
tentang sabar di dalam AL Qur’an, antara lain:
إِنَّمَا
يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (39- الزمر: 10)
Artinya kurang lebih :
“Sesungguhnya hanya orang-orang
yang sabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas’ (39-Az-Zumar: 10)
يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُواْ اسْتَعِيْنُواْ
بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ (2
– البقرة :153 )
Artinya kurang lebih :
“Hai orang-orang yang beriman, mohonlah
pertolongan (kepada Alloh) dengan sabar dan (menjalankan) sholat, Sesungguhnya
Alloh beserta orang-orang yang sabar” (2-Al-Baqoroh :153).
Sebaliknya, orang yang tidak sabar, yaitu putus asa,
menggerutu, gegabah, terburu-buru dan sebagainya, berat sekali akibat yang dideritanya. Malah
diancam oleh Alloh seperti disebutkan di dalam Hadists Qudsi:
أَنـاَ اللهُ لآ
إِلــــهَ إِلاَّ أَ نـَـا مَـنْ لَـمْ
يَشْكُــرْ عَـلَى نـَعْـمَآئِي وَلَـمْ
يَـصْبِرْ عَــلَى بـَـلآ ئِي
وَلَـمْ يَـرْضَ بـِقَـضَـآئِي
فَـلْـيَتَّحِــذْ رَبًّـا سِــوَآئِي
Artinya kurang lebih:
“AKU Alloh, tiada melainkan AKU; barang siapa
tidak bersyukur atas nikmat-nikmat pemberian-KU, tidak bersabar atas
ujian-cobaan-KU dan ridho terhadap kepastian qodlo-KU, maka carilah Tuhan
selain AKU”.
Demikian beratnya kecaman Alloh
terhadap orang yang tidak sabar. Sabar itu pengertian dan prakteknya luas
sekali, sebagaimana disabdakan oleh
Rasullullah e :
الصَّبْرُ
ثـَلاَثـَةٌ فَصَبْرٌ عَلَى
الْمُصِيْبَةِ وَصَبْرٌ عَلَى الطَّاعَةِ
وَصَبْرٌ عَنِ
الْمَعْصِيَةِ ...
الحديث (رزاه ابن أبي الدنيا عن علي
Maksudnya kurang lebih :
Sabar ada tiga macam :
-
SHOBRUN’ALAL MUSHIIBAH صَبْرٌ عَلَى الْمُصِيْبَةِ
-
SHOBRUN FIT-THAAT صَبْرٌ فِي الطَّا عَةِ
-
SHOBRUN’ANIL MA’SHIYAH. صَبْرٌ عَنِ
الْمَعْصِيَةِ
“SHOBRUN’ALAL MUSHIIBAH “
Sabar, tabah,, tahan uji
menghadapi berbagai ujian dan cobaan hidup. Diuji soal ekonomi, soal kesehatan,
soal keluarga, soal pekerjaan dan sebagainya. Bersabdalah Rosulullah e
:
صَــبْرُ
سَاعَــةٍ عَـلَى الْـمُـصِـيْـبَـةِ خَـيْرٌ مِـنْ عِـبَـادَةِ سَـنَـةٍ (درة النا صحين 187 )
Artinya
kurang lebih :
“Sabar satu saat atas mushibah
itu lebih baik dari pada ibadah setahun”
(Durrotun- Naashihiin 187).
“SHOBRUN
FIT-THAAT”.
Kuat, tabah, tekun, rajin dan bersunguh-sungguh dalam menjalankan
taat. Tidak menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak terpengaruh sekalipun bagaimana rintangan dan
gangguannya.
“SHOBRUN
’ANIL MA’SHIYYAH”.
Kuat menahan
diri dari maksiat. Betapapun pengaruh dan rayuan maksiat, dia tidak terpengaruh
sedikitpun. Tetapi menjauhkan dan menahan atau menghindarkan diri dari maksiat.
Sekalipun ada tekanan-tekanan dan ancaman-ancaman yang ditujukan kepadanya, dia
tidak gentar, tidak takut, dan tetap menahan diri dari maksiat.
Di dalam prakteknya, sabar harus
bersamaan dengan tawakkal. Di samping sabar harus tawakal, pasrah, sumeleh,
menyerah bongkokan kepada I. Sabar tanpa tawakal adalah sabar imitasi,
sabar palsu. Dengan sendirinya salah guna dan ada pamrih di balik sabarnya itu.”Sudah
tidak kurang-kurang saya menyabarkan diri, akan tetapi yah, keadaan masih tetap
begini saja”. Ini bukan sabar, tetapi malah menggerutu, tidak sabar atas apa
yang dialaminya.”Carilah Tuhan selain AKU” sabda hadist Qudsi di muka.
Definisi tawakal antara lain disebutkan:
الـتَّـوَكُّلُ
عِـبَـارَةٌ عَـنِ اعْـتِمَادِ
الْـقَـلْبِ عَـلَى الْــوَ كِـيْلِ
وَحْــــدَهُ (الإ حياء الرابع : 323)
“Tawakal yaitu ibarat dari
bersandarnya hati kepada wakil satu-satunya”. (Al-Ihya ‘Ulumuddin !V :323).
Jadi tawakal adalah perbuatan atau
sikap batin dan termasuk ibadah batin yang diperintahkan Alloh. Banyak sekali
ayat-ayat di dalam Al-Qur’an tentang tawakal antara lain :
وَمَــنْ
يَـتَوَكَّلْ عَــلَى اللهِ
فَــهُــوَ حَـسْــبُـهُ (65 –
الـطلـق : 3)
Artinya kurang lebih :
“Dan barang siapa tawakal kepada
Alloh maka Alloh-lah yang mencukupkan (keperluan)nya”. (65-At-Tholag:3)
Orang yang tidak tawakal pasti mengandalkan
selain Alloh. Mengandalkan kepandaianya, mengandalkan sema-ngatnya,
mengandal-kan usahanya, mengandalkan perjuangan-nya, mengandalkan jasa-jasanya,
mengandalkan taat dan ibadahnya, mengandalkan kekuatannya, mengandalkan
sabarnya dan sebagainya yang semua itu adalah merupakan tandingan terhadap
kekuasaan Alloh. Orang seperti itu terjebak ke dalam syirik khofi
tetapi tidak merasa / tidak menyadarinya. Baru besok di akhirat merasakan
akibat dan penyesalannya.
Disamping sabar dan tawakal ada
lagi kewajiban yang harus diisi. Yaitu ikhtiar. Ikhtiar atau
usaha mencari keadaan yang lebih baik. Misalnya orang sakit, disamping harus
sabar dan tawakal atas derita sakit yang dialaminya, berkewajiban usaha mencari
kesembuhan. Mencari jamu atau obat ke dokter dan
lain-lain. Akan tetapi harus dijaga, di dalam ikhtiar
itu jangan sampai mengandalkan ikhtiarnya. sekalipun sudah ikhtiar harus tetap
sabar dan tawakal. Sebab jika mengandalkan usahanya, mengandalkan jamu atau
obat dengan sendirinya tawakkalnya menjadi hilang, sabarnyapun hilang
pula. Orang yang mengandalkan usahanya, jika usahanya tidak berhasil lalu ngresulo,
menggerutu atau bisa putus asa. Dan jika usahanya berhasil, merasa bangga,
sombong / congkak dan semakin berlarut-larut semakin jauh dari Alloh, sudah
jelas.
Jadi sabar, tawakal dan ikhtiar
harus gandeng/bersamaan menjadi satu. Hanya sabar dan tawakal saja, tidak
ikhtiar, padahal ada kemampuan dan kondisi mengijinkan, akan terjadi salah
guna. Salah penerapan. Lalu menjadi orang lumuh,
pemalas. Lumuh bermalas-malasan itu menjadi makanan nafsu. Lalu
mengandalkan tawakal dan sebagainya. Jelas-jelas tertipu oleh bujukan
nafsunya. Begitu juga hanya ikhtiar tanpa ada kesabaran dan tanpa tawakkal,
akan menyeret kepada kesesatan.
Jadi sekali lagi sabar, tawakkal dan ikhtiar
harus diisi semuanya dan harus dijiwai LILLAH BILLAH. Seperti
halnya ikhlas, “as-shobru tarkus-shobri fis-shobri”. Yakni
BILLAH. Tidak merasa dapat sabar sendiri. Begitu juga tawakkal dan ikhtiar,
harus BILLAH.
Sabar itu menjadi
kuncinya keselamatan dan menjadi genter (galah) penyenggek (untuk meraih)
bermacam-macam pertolongan, taufiq, hidayah dan perlindungan Alloh I.
Bersabda Rosullullah e
:
مَـنْ
أُعْـطِى فَشَكَـرَ وَابْـتُلِىَ
فَـصَبَرَ وَظَـلَمَ فَـغَـفَـرَ
وَظُـلِـمَ فَاسْتـَغْـفَـــرَ , سَكَتَ
رَسُوْ لُ الله e قَــــالَ : لَـهُــمُ اْلأَمْـنُ
وَهُــــمْ مُــهْــتـَدُوْنَ. رواه الــطــبراني والـبيهـقي عـن سخــبرة
Artinya
kurang lebih :
“Barang siapa diberi kemudian
bersyukur, diuji bersabar, didholimi memaafkan, berbuat dholim lalu minta maaf.
Rosulullah e berdiam sejenak kemudian
bersabda lagi : “Mereka itulah orang-orang yang aman (selamat) dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Riwayat Thabroni dan Baihaqi dari
Sahbaroh)
Sabda Rasululloh e
lagi:
إِنَّ
أَعْـظَـمَ الْـجَــزَاءِ مَـعَ أَعْــظَـمِ الْـبَــلآءِ وَإِنَّ اللهَ تـَعَالى
إِذَا أَحَــبَّ عَـبْدًا ابـْتـَلاَ هُ
وَإِذَا صَـبَرَ اجْـتـَبَاهُ وَإِذَا رَضِى اصْـطَـفَـاهُ { درة
النا صحين }
Artinya kurang lebih :
“Sesungguhnya paling besarnya
balasan Alloh itu disertai dengan besarnya balaak / ujian. Dan sesungguhnya
apabila Alloh I mencintai seorang hamba, Alloh
menguji
nya lebih
dahulu, jika sabar maka Alloh memilihnya dan jika ridho, disayanginya”.
(Durrotun-Naashihiin.)
Kata-kata orang kuno cocok dengan Hadits ini.”Wong sabar
kasihane Alloh” (orang yang sabar itu kekasih Alloh). Maka barang siapa ingin
dikasihi, dicintai Alloh, harus sabar dan ridho. Dikatakan bahwa “shoobir”(
orang yang bersabar ) itu lebih utama dari pada “syaakir” ( orang yang
bersyukur). Sebab terhadap “syaakir” Alloh menjanjikan “la-aziidannakum” yakni
kelipatan tambahan nikmat, sedang terhadap”shoobir” Alloh menjanjikan
“innallooha ma’ash-shoobirin” (Alloh menyertai orang-orang yang bersabar).
جَـعَـلَـنَا
اللهُ وَإِيـَّا كُـــمْ مِـنَ
الـصَّـابـِـرِيـْنَ وَمِـنَ الشَّـا كِـرِيـْنَ
وَمِـنَ الْـمُـخْلـِصِـيْنَ وَمِـنَ الرَّاضِــيْنَ الْـمَـرْضِـيِّـــيْنَ
آ مِــــيْن .
وَالْـحَـمْـدُ للهِ رَبِّ الْـعَـالَـمِــيْن
Tidak ada komentar:
Posting Komentar