ِبـسْمِ الله ِالرََّحْمَـنِ الرَّحـِيْمِ
حُسْنُ اْلأَعْمَالِ نَتَائِجُ حُسْنُ اْلأَحْوَالِ وَحُسْنُ اْلأَحْوَالِ
مِنَ اْلتَّحَقُّقِ فِي مَقَامَاتِ اْلإِنْزَالِ
(Amal perbuatan yang baik merupakan
perwujudan atau manifestasi dari sikap mental, sikap hati yang baik; dan sikap
hati atau mental yang baik itu tumbuh dari keadaan manusia itu sadar kepada
Allah SWT - LILLAH BILLAH istilah Wahidiyah).
Amal perbuatan yang baik, yaitu amal perbuatan yang
memenuhi syarat-syarat di terima oleh Alloh SWT. Yaitu yang tidak kecampuran
ujub riyak takkabur. Hatinya betul-betul menghadap kehadirot Alloh SWT, tidak
dipengaruhi oleh nafsu. Pokoknya LILLAH BILLAH istilah Wahidiyah. Ikhlas
semata-mata hanya mengabdikan diri kepada Alloh. Tanpa ada pamrih ini itu, baik
pamrih duniawi atau pamrih ukhrowi. Beramal semata-mata mengabdikan diri kepada
Alloh. Tidak mengharapkan pahala atau syurga, takut neraka atau siksa, akan
tetapi didalam mengharap atau didalam takutnya itupun didasari melaksanakan
perintah supaya mengharap dan supaya takut. Jadi diarahkan demi untuk
pengabdian diri kepada Alloh.
Selanjutnya yang dimaksud “husnul ahwaal”, sikap mental
yang baik, yaitu hati yang selamat dari pengakuan nafsu. Senantiasa menyadari
bahwa ia dapat melakukan amal-amal ibadah apa saja itu, lahir dan batin adalah
semata-mata karena fadlol Alloh SWT. Dirinya sendiri sama sekali tidak merasa
mempunyai kemampuan. Istilah Wahidiyah BILLAH. LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA
BILLAH !. Dan, sikap mental yang baik, yaitu yang senantiasa sadar BILLAH itu,
otomatis karena mendapat sorotan ilmu-ilmu Tauhid dan Kesadaran. Dengan kata
lain mendapat fadlol dan rohmat dari Alloh SWT.
Dari kesimpulannya, ilmu (yang bermanfaat maksudnya), membuahkan sikap
mental yang baik (senatiasa sadar BILLAH). Dan sikap mental yang baik itu
menghasilkan amal-amal yang baik pula. Yaitu amal yang ikhlas LILLAAHI TA'ALA.
Jadi apabila sungguh-sungguh sadar BILLAH 100 %, artinya tidak
setengah-setengah, otomatis amal-amal yang LILLAH terisi. Jadi yang paling
pokok adalah BILLAH, disamping harus usaha mengisi LILLAH sebaik mungkin !.
Kita yakin, didalam Wahidiyah asal sungguh-sungguh dan rajin
mujahadah-mujahadah Wahidiyah insya Alloh dikaruniai kesadaran Fafiruu Ilallohi
wa Rosulihi saw yang lebih meningkat dan lebih sempurna dari masa-masa
sebelumnya !. Ya
mudah-mudahan para hadirin hadirot, kita dikaruniai kesadaran Fafiruu Ilallohi
wa Rosulihi saw yang lebih meningkat dan lebih sempurna lagi. Begitu juga
keluarga kita dan ummat dan masyarakat semoga dikaruniai kesadaran Fafiruu
Ilallohi wa Rosulihi saw dalam waktu yang tidak lama lagi. Amiin !. Amiin !.
Amiin !. Yaa Robbal' Alamiin !.
لاَتَتْرُكِ اْلذِّكْرِ
لِعَدَمِ حُضُورِكَ مَعَ اللهِ فِيْهِ لأَِنَّ غَفْلَتُكَ عَنْ وُجُودٍ ذِكْرِهِ
أَشَدٌ مِنْ غَفْلَتُكَ فِي وُجُودِ ذِكْرِهِ
(Janganlah engkau meninggalkan ZIKIR dengan alasan hatimu tidak dapat
hudlur ketika berzikir. Oleh karena kelalaianmu dari melakukan dzikir itu lebih
berat dari kelalaian di dalam zikir).
Sekali-kali jangan meninggalkan zikir, sekalipun hatinya
tidak bisa hudlur kepada Alloh. Zikir atau Mujahadah atau ubudiyah-ubudiyah
lain sekalipun hatinya tidak bisa hudlur, harus dipaksa !
فَإِنَّ اْلذِّكْرُ
أَقْرَبُ اْلطُّرُقَ إِلَى اللهِ
Oleh karena
zikir, ingat kepada Alloh itu adalah jalan yang paling dekat menuju kepada
Alloh. Dan, merupakan setengah dari pada tanda-tanda dikasihi Tuhan.
مَنْ أَحَبُّ شَيْئًا
اَكْثَرُ ذِكْرُهُ
Barang siapa cinta kepada sesuatu, senantiasa banyak ingatnya kepada yang
sesuatu yang dicintai itu. Kalau orang banyak ingat kepada Alloh, ini otomatis
cinta kepada Tuhan. Siapa yang mencintai Tuhan, otomatis dikasihi Tuhan.
........................................ “Lianna ghoflataka
........................................
Sekalipun
Zikir atau Mujahadah atau ibadah lahiriyah lain-lain itu tidak dengan hati yang
hudlur yang khusyuk, tapi otomatis masih lebih baik dari pada sama sekali tidak
beribadah. Asalkan ibadah-ibadah lahir itu tidak diperalat, disalah gunakan !.
Jadi ibadah-ibadah lahir seperti sembahyang, mujahadah,
tadarus Al Qur’an, baca sholawat dan lain sebagainya, sekalipun tidak bisa
hudlur hatinya, tidak bisa khusyuk, harus dipaksa, harus dikhusyuk-khusyukkan.
Sebab kalau lahirnya tidak beribadah dan hatinya tidak hudlur tidak khusyuk,
ini berarti dua kerugian. Itu ibadah lahir yang tidak disalahgunakan. Tapi
kalau ibadah lahir itu disalahgunakan ..... Ya lebih baik sama sekali tidak
ibadah!. Ibadah untuk pamer umpamanya !. Lebih baik tidak ibadah sekali dari
pada ibadah dipakai pamer atau di salahgunakan untuk kepentingan-kepentingan
yang tidak diridlohi Alloh wa Rosuulihi saw. Kalau hanya tidak khusyuk ingat
sana-sini, ini harus dipaksa !. Kalau timbul rasa untuk pamer atau
penyalahgunaan ya harus dipaksa supaya tidak begitu ! Pokoknya jangan sampai
ibadah diperalat !. Lha kalau ada hajat atau kepentingan, apa juga termasuk
memperalat ? asal hajad yang tidak maksiat dan didasari LILLAH BILLAH, ini bukan
memperalat. Atau ya memperalat, tapi memperalat untuk ibadah. Jadi baik saja.
Yang dikecam yaitu apabila diperalat untuk nafsu
!. Misalnya memperbanyak mujahadah, atau amalan-amalan lain agar diparingi
jembar rizki untuk kepuasan nafsunya ini yang tidak boleh. Namanya memperalat
ibadah untuk kepentingan nafsunya. Atau kasarnya memperalat Tuhan buat
menyembah kepada nafsunya !. Ini terkecam sekali!.
Jadi tidak mujahadah, tidak ibadah dan tidak hudlur, ini
lebih berat daripada ibadah atau mujahadah yang tidak hudlur tidak khusyuk.
Yang lebih sempurna dan ini kita mampu, mampu usaha, yaitu lahirnya ibadah, dan
dalamnya hudlur. Lisannya baca “ALLOHUMMA YAA WAAHIDU .........” hatinya juga
Allohuma yaa waahidu. Lahirya baca “YAA SYAAFI’AL ........” dalamnya, hatinya
juga baca yaa syafi’al .... dan seterusnya.
Maka kita harus memperbanyak zikir kepada Alloh !.
Sekalipun hatinya dalam keadaan lupa tidak hudlur. Harus dipaksa !. Ini lebih
sedikit kerugiannya dari pada sama sekali tidak zikir dan hatinya tidak hudlur
jadi sekalipun lahimya ibadah atau zikir dan hatinya tidak hudlur, sekalipun
begitu, harus dipaksa !. Insya Alloh lama kelamaan akan menjadi hudlur!. Jadi
harus terus diusahakan memperbanyak zikir dan istighfar mohon tobat!.
فَعَسَى أَنْ
يَرْفَعَكَ مِنْ ذِكْرِ مَعَ وُجُودِ غَفْلَةٍ إِلَى ذِكْرٍ مَعَ وُجُودٍ يَقْظَةً
Insya Alloh
asal sungguh-sungguh, sekalipun pada pertamanya hatinya kesana kemari, insya
Alloh diberi fadlol oleh Alloh SWT sehingga dapat zikir lahir batin.
وَاْلَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
(Mereka
orang-orang yang mau sungguh-sungguh usaha menuju kepada - KU, pasti aku
tunjukkan jalan - KU).
وَمِنْ ذِكْرِ مَعَ وُجُودٍ يَقْظَةِ إِلَى ذِكْرٍ مَعَ وُجُودِ حُضُورٍ
Dan akan terus ditingkatkan dari zikir dalam keadaan bangun, bersemangat
kepada zikir dalam keadaan hudlur, khusyuk. Merasa senantiasa dilihat oleh
Tuhan. Merasa senantiasa dikuasai oleh Tuhan.
وَمِنْ ذِكْرِ مَعَ
وُجُودِ حُضُورٍ إِلىَ ذِكْرٍ مَعَ وُجُودِ غَيْبَةٍ عَمَّا سِوَى اْلمَذْكُوْرِ
Dan kalau
terus usaha, nantinya akan lebih ditingkatkan lagi oleh Alloh. Yaitu zikir ma’a
wuujudi ghoibatin’ammaa siwal-mazkuur. Hanya ingat kepada Tuhan, tidak
berangan-angan kepada selain Tuhan. Sekalipun kepada dirinya sendiri tidak
ingat, tidak membuat acara. Pokoknya hanya kepada Tuhan !. Kesadaran TAUHID
yang mulus. Bahkan terhadap ingatnya kepada Tuhan itupun tidak ingat
lagi. Pokoknya hanya ingat kepada Alloh. Selain Alloh tidak menjadi acara
didalam hatinya.
Kalau orang sudah demikian itu ingatnya kepada Tuhan, maka otomatis dia
selalu zikir tanpa disengaja. Bagaimanapun keadaannya dan apapun yang ia
lakukan senantiasa dalam keadaan zikir secara otomatis. وَحِيْنَئِذٍ يَكُوْنُ الْحَق ُّلِسَانِهِ اَّلذِي يَنْطِقُ بِهِ فَإِنْ
بَطَشَ هَذَا الَّذاكِرُ كَانَ يَدِهِ اْلَتِي يَبْطُشُ بِهَا وَإِنُ سَمِعَ كَانَ
سَمْعُهُ اْلَذِي يَسْمِعُ بِهِ
Dan dalam keadaan seperti diatas, maka dikatakan seperti dalam Hadist
Qudsi, dan uraian diatas juga nukilan dari Hadist Qudsi, yaitu bahwa ketika dia
berbicara, Alloh yang berbicara; jika dia memukul dengan tangannya, maka Alloh
yang menjadi tangannya; dan ketika dia mendengar Alloh yang menjadi telinganya.
Maksudnya yaitu BILLAH istilah Wahidiyah. Ketika berbicara tidak merasa dirinya
yang berbicara, tapi Tuhan yang membuat dia berbicara. Ketika berbuat dengan
tangannya begitu juga, Tuhan yang menggerakannya. Begitu juga ketika mendengar,
melihat dan sebagainya. Pokoknya tenggelam didalam LAUTAN TAUHID.............”
hatta laa naro walaa nasma’a illa bihaa”.
Kecuali
BILLAH.
Para hadirin-hadirot, mari kita mengadakan koreksi pada diri kita masing-masing.
Sudahkah senantiasa sadar BILLAH dalam segala keadaan dan perbuatan kita ?.
Mari kita terus berusaha, jangan berhenti ditengah jalan !. Ibarat anak belajar
naik sepeda, pertama kali yang sering jatuh. Jatuh bangun lagi, jatuh bangun
lagi. Lama kelamaan menjadi prigel, pandai naik sepeda. Bahkan dengan lepas
setirpun tidak jatuh lagi. Maka harus terus berusaha !. Kalau takut jatuh ya
tidak jadi bisa naik sepeda. Begitu juga soal ini, soal kesadaran kepada Alloh
SWT wa Rosuulihi saw !. Ketika lupa atau senantiasa lupa kok lalu putus asa. Ya
tidak akan menjadi orang sadar!. Lupa diingat-ingat lagi, lupa diingat-ingat
lagi, lupa diingat-ingat lagi .........
dan seterusnya !. Harus tlaten !. Insya Alloh akhirnya diberi oleh Tuhan. Dan
dengan semangat yang berkobar-kobar. Kalau hatinya menyeleweng, cepat-cepat
diarahkan lagi, nyleweng lagi diarahkan lagi ....... dan seterusnya. Dan terus
berdepe-depe kepada Alloh, bertobat memohon maghfiroh, memohon petunjuk.
Ibarat orang naik sepeda, mau jatuh kekanan, setirnya dibanting kekanan.
Mau jatuh kekiri dibanting kekiri!. Sehingga tidak jadi jatuh. Bahkan dengan
lepas setir sekalipun tidak jatuh. Begitu juga soal ini.
Pokoknya.......”WALLAZIINA JAAHADUU FIINA LANAHDI YANNAHUM SUBULANAA”.
Mujahadah kok hatinya ngglambar saja, ingat sana-sini atau malas (aras-
arase). Jangan putus asa !. Teruskan usaha !. Kalau perlu harus dipaksa.
Memperbanyak berdepe-depe kepada Tuhan memohon ampunan, memohon barokah,
karomah, nadhroh Ghoutsi Hadhaz – Zamani wa saairi Ahbaabillahi rodiyallohu
Ta’ala ‘anhum!
وَهَذِهِ اْلمَعَالِمِ
وَاْلمَرَاقِى لاَ يَعْرِفُ حَقِيْقَتُهَا إِلاَ اْلسَالِكُوْن
Pengalaman-pengalaman dan peningkatan batiniyah seperti diatas tidak diketahui
dengan persis melainkan oleh mereka para saalik yang menempuh
jalan menuju kesadaran kepada Alloh sendiri. Orang lain yang tidak mau usaha
dalam bidang itu tentu tidak dapat mengetahui atau merasakannya. Tidak ada
kata-kata yang dapat menguraikan bagaimana hakikat dalam rasa. Rasa gula manis.
Tidak ada kata-kata yang dapat menguraikan rasa manis. Tapi dapat dirasakan
oleh orang yang sedang makan gula. Begitu juga soal kesadaran kepada Alloh wa
Rosuulihi saw. Bagaimana pengalaman-pengalaman batin yang dialami oleh mereka
yang sedang dalam perjalanan peningkatan kesadaran, tidak dapat diuraikan
dengan kata-kata. Jadi siapa yang ingin mengetahui harus juga menempuh jalan
menuju kesadaran itu!. Tanpa begitu tidak bisa mengetahuinya.
وَمَا ذَلِكَ عَلَى
اللهِ بِعَزِيزٍ
Dan hal
demikian itu bagi Tuhan tidak sukar. Mudah semua. Oleh karena itu tidak boleh
putus asa. Harus terus tlaten !. Mengingat-ingat, memperbanyak
mujahadah-mujahadah, memperbanyak berdepe-depe kepada Alloh, berdepe-depe
kepada Rosuulillahi saw .... Dan seterusnya !. Husnuzdon bahkan yakin Alloh Maha
Kasih sayang, Maha mengampuni daso-dosa ...dsb.
Semua ibadah yang didasari LILLAH BILLAH boleh dinamakan zikir. Siapa yang
belum dapat LILLAH BILLAH harus diusahakan kalau perlu supaya dipaksa !. Jangan
sampai putus asa !.
فَاذْكُرُونِي
اُذْكُرْكُمْ
Berzikirlah,
ingatlah kepada-KU, maka AKU pun zikir ingat kepadamu. Artinya senantiasa
dilindungi, dibantu oleh Alloh SWT.
Jika orang tidak zikir tidak sadar kepada Alloh Ta’ala, dia tidak
dilindungi tidak dijangkung oleh Alloh SWT. Itu jelas. Dan kalau tidak
dilindungi oleh Alloh Ta’ala, otomatis dicaplok oleh imperialis nafsu ! atau,
berulang kali dalam Wahidiyah kita dengar, siapa yang tidak LILLAH BILLAH
otomatis LINNAFSI BINNAFSI !. Orang yang LILLAH BILLAH pasti bahagia dunia
akhirot. Sekalipun di dunia menghadapi bermacam-macam ujian-ujian soal ekonomi,
soal kesehatan, soal hubungan rumah tangga dan sebagainya, tapi bagi orang yang
sadar kepada Alloh SWT senantiasa gembira. Sebaliknya orang yang dikuasai oleh
imprialis nafsu, sekalipun serba mewah serba ada, serba tidak kekurangan soal
materi, tapi dia selalu diliputi oleh kekecewaan, oleh kekuatiran senantiasa
ngongso-ongso. Ingin ini keturutan, timbul ingin itu. Yang itu keturutan ingin
yang lain lagi dan seterusnya, tidak ada puas-puasnya. Terus diliputi
keinginan- keinginan nafsu yang tidak ada habis-habisnya!. Otomatis fikiran dan
tenaganya selalu kepayahan dalam mencapai apa yang menjadi keinginan itu. Dan
selalu kuatir apa yang sudah dimiliki itu lenyap dari tangannya.
Lain halnya dengan orang yang sadar kepada Alloh Ta’ala. Sekalipun ia dalam
keadaan mlarat, lahirnya kelihatannya menderita tapi dia selalu ridlo kepada
Alloh SWT, selalu puas kepada Alloh SWT. Tidak kuatir tidak cemas. Diwaktu mampu
kecukupan soal rizki lahiriyah, dia tidak sombong dan fikirannya tidak
putar-putar mengurusi hartanya. Dia senantiasa tawakal kepada Alloh SWT. Soal
menjaga atau memelihara harta, atau usaha itu sudah semestinya dan dia kerjakan
berdasar untuk pengabdian diri kepada Alloh Ta’ala. Dan disamping itu, dia sama
sekali tidak menjagakan usahanya. Selalu diserahkan bulat-bulat kepada Alloh
Ta’ala. Kalaupun dia berperhitungan di dalam usahanya, itupun didasarkan demi
menjalankan perintah, yaitu perintah ikhtiar.
Pokoknya orang yang selalu zikir kepada Alloh SWT, sadar kepada Alloh SWT,
bahagia dunia akhirot. Terutama diakhirot, sebaliknya orang yang tidak sadar
kepada Alloh SWT rugi dunia terutama di akhirot.
Dalam hubungan ini para hadirin-hadirot, mari kita jangan putus asa !. Kita
harus jalan terus. Pantang mundur, tidak mengenal istirahat. Sekalipun
lahirnya, jasmaninya istirahat, tapi hatinya, batinnya teruus ......FAFIRRUU
ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !. Lebih-lebih, jangan sampai menangguh-nangguhkan !.
Besok saja kalau sudah longgar, kalau sudah selesai menggarap sawah, kalau
sudah selesai kerja lemburan, kalau sudah menyapih anak saya, ...... kalau
sudah begini dan begitu ....... Jangan sekali-kali berani begitu !.
Menangguh-nangguhkan
!. Malah justru didalam kita menggarap sawah, didalam mengerjakan usaha atau pekerjaanya,
didalam memelihara putra-putranya, ...........Pokok didalam kesibukan yang
bagaimanapun juga, justru harus kita manfaatkan untuk FAFIRRUU ILALLOHI WA
ROSUULIHI SAW !.
Jika dapat seperti itu para hadirin dan hadirot, besok ketika diakhirot
banyak yang terkejut, heran dan kagum !. si A si Fulan itu dulu waktu didunia
kelihatannya ya orang biasa, sembahyangnya ya biasa puasa juga biasa, tidak
ada keistimewaan-keistimewaan atau penonjolan-penonjolan. tapi sekarang kok
jaaauh di tempat yang sangat atas dari saya. Sebab ya itu tadi, hatinya selalu
zikir kepada Alloh SWT. Semua perbuatannya senantiasa dipergunakan untuk
ibadah !. Lha lebih-lebih orang yang lahiriyahnya mempeng dan tanpa
mengganggu kepada yang semestinya dan batinnya senantiasa zikir senantiasa
hudlur atau senantiasa FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW istilah
Wahidiyah, ....... lebih-lebih !.
Pokoknya orang yang sadar kepada Alloh Ta’ala adalah bahagia dunia akhirot
!. Dan semua perbuatannya menjadi ibadah baginya !. Kelihatannya menggendong
anaknya yang masih kecil, tapi sesungguhnya dia ibadah. Kelihatannya dipasar
atau dikantor, tapi sesungguhnya dia ibadah kepada Alloh SWT!. Pokoknya........
ya seperti sudah kita fahami dan Alhamdu lillah sekalipun harus senantiasa
ditingkatkan, sudah kita alami didalam Wahidiyah ini. Dan mari kita terus usaha
yang lebih baik, lebih sempuma, lebih meningkat dari yang sudah-sudah. Makin
banyak perbuatan atau pekerjaan kita yang didasari LILLAH BILLAH, insya Alloh
makin diridloi Alloh SWT !. Maka ada dawuh:
طُوْبَى لِمَنْ طَالَ
عُمْرُوهُ وَكَثُرَ عَمَلُهُ
Alangkah
bahagianya orang yang umurnya panjang, ibadahnya, amalnya panjang. Itulah orang
yang sempurna !. Oleh karena itu mari segala gerak-gerik tingkah laku kita
jadikan ibadah semua !. Kita bekerja, kita sembahyang, baca Qur’an, puasa,
mujahadah lebih-lebih harus kita jadikan ibadah semua !. Didalam kita mengatur
rumah tangga, didalam kita mengatur ekonomi, mengatur pendidikan, mengatur
negara, ..... pokoknya segala perbuatan ASAL BUKAN MAKSIAT, mari semua
itu kita jadikan ibadah kepada Alloh SWT !. Adapun kalau maksiat ya harus tobat
secepat kilat, dan didalam kita bertobat itu kita jadikan ibadah kepada Alloh
SWT!.
Menjadikan
segala perbuatan untuk ibadah itu adalah setengah dari pada ciri khas manusia.
Malaikat ibadahnya hanya sebagian-sebagian. yang zikir, zikir saja. Yang
bertasbih, tasbiih saja dan sebagainya. Tidak ada yang komplit seperti manusia,
manusia ya zikir, ya sembahyang, ya sujud, ya rukuu’, ya puasa, ya mujahadah,
ya makan, ya minum, ya bekerja, ya menolong kawan, .... Ya... banyak sekali,
bermacam-macam. Malaikat berkeinginan menjadi manusia !. Tapi yang sudah Jadi
manusia kok malah,...........bagaimana para hadirin-hadirot ?.
Setengah dari pada rahasia dari firman Alloh :
لَقَدْ خَلَقْنَا
اْلإِنْسَانُ فِي أَحْسَانِ اْلتَقْوِيْمِ
(Sungguh AKU
menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik). Manusia paling baik, paling
sempurna sendiri diantara rnakhluk-rnakhluk lain. Malaikat sekalipun sempurna
tidak berbuat dosa, tapi terbatas !. Manusia mendapat kesempatan beribadah
dalam bidang tobat, Malaikat tidak, sebab tidak punya dosa. Sekalipun tobat itu
akibat dari maksiat, tapi tobat adalah suatu ibadah Malaikat ingin tapi tidak
bisa, sebab tidak berbuat dosa atau maksiat. Apanya yang ditobati !. Tobat
adalah jalan yang mendekatkan kepada Tuhan. Malaikat tidak mampu atau tidak ada
kesempatan untuk ini.
Itulah setengah dari pada kasih sayang Tuhan kepada kita sebagai manusia.
Pokoknya tidak bisa digambarkan kasih sayang Tuhan !. Dan mari para
hadirin-hadirot, semua ini kita gunakan untuk FAFIRRUU ILALLOHI WAROSUULI SAW
!. Jika kita mau menggunakan segala hidup kita ini untuk FAFIRRU-ILALLOHI WA
ROSUULIHI SAW, bukan hanya makhluk-makhluk lain saja, tapi juga para malaikat
akan menghormat kepada siapa-siapa yang mencurahkan hidupnya untuk FAFIRRUU
ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !. Menghormat semuanya. Selainnya diridloi Alloh
SWT yang tidak dapat digambarkan !.
Para hadirin-hadirot, mudah-mudahan pengajian pagi ini benar-benar diridloi
Alloh wa Rosuulihi saw!. Mudah-mudahan sekalipun bagaimana, misalnya .......
sekalipun gayanya agak menurun dari yang sudah-sudah, mudah-mudahan tetap
bertambah ridlonya Alloh SWT. Hikmahnya, manfaatnya dan maslahahnya, mudah-mudahan
terus meningkat sebanyak-banyaknya!. Ya maaf, kiranya cukup sekian pengajian
ini dan sekali lagi mudah-mudahan membawa manfaat yang sabanyak-banyaknya untuk
FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !. Selanjutnya waktu dan tempat
dipersilahkan kepada Penyiar Pusat Wahidiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar