AJARAN WAHIDIYAH

LILLAH Artinya : segala perbuatan apa saja lahir maupun batin, baik yang berhububungan dengan langsung kepada Alloh wa Rosulihi SAW maupun berhubungan dengan sesama makhluq, baik kedudukan hukumnya wajib, sunnah, atau mubah, asal bukan perbuatanyang merugikan yang tidak di ridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakanya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada Alloh dengn ikhlas tanpa pamrih ! LILLAH TA’ALA baik pamri ukhrowi, lebih – lebih pamri duniawi

BILLAH : merasa dan menyadari bahwa segalanya termasuk gerak gerik kita, lahir batin, tenaga, pikiran dll adalah ciptaan ALLOH MAHA PENCIPTA !. yakni ''laa haula walaa quwwata illaa billaah '' tiada daya kekuatan melainkan karena Alloh SWT.

LIRROSUL Di samping niat Lillah seperti di muka, supaya juga di sertai dengan niat LIRROSUL, yaitu niat mengikuti tuntunan Rosulullooh SAW

BIRROSUL Penerapannya seperti BILLAH keterangan di muka, akan tetapi tidak mutlak. Dan menyeluruh seperti BILLAH, melainkan terbatas dalam soal – soal yang tidak dilarang oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Jadi dalam segala hal apapun, segala gerak – gerik kita lahir batin, asal bukan hal yang dilarang, oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Disamping sadar Billah kita supaya merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa dari Rosulullooh SAW ( BIRROSUL )

YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH

Memenuhi segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa menuntut hak .mengutamakan kewajiban dari pada menuntut hak .contoh ;suami harus memenuhi kewajibannya terhadap sang isteri ,tanpa menuntut haknya dari sang isteri .dan isteri harus memenuhi kewajibannya terhadap suami,tanpa menuntut haknya dari sang suami .anak harus memenuhi kewajibannya kepada orang tua , tanpa menuntut haknya dari orang tua .dan orang tua supaya memenuhi kewaqjibannya terhadap anak, tanpa menuntut haknya dari si anak .dan sebagainya .sudah barang tentu jika kewajiban di penuhi dengan baik, maka apa yang menjadi haknya akan datang dengan sendirinya tanpa di minta .

TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFAH’ FAL ANFA’

Mendahulukan yang paling penting , kemudian yang paling besar manfaatnya . jika ada dua macam kewajiban atau lebih dalam waktu yang bersamaan dimana kita tidak mungkin dapat mengerjakannya ,bersama sama ,maka harus kita pilih yang paling aham ,paling penting kita kerjakan lebih dahulu . jika sama sama pentingnya ,kita ,pilih yang lebih besar manfaatnya

Sabtu, 22 Desember 2012

sikap hati yang baik - al hikam oleh muallif sholawat wahidiyah


ِبـسْمِ الله ِالرََّحْمَـنِ الرَّحـِيْمِ
حُسْنُ اْلأَعْمَالِ نَتَائِجُ حُسْنُ اْلأَحْوَالِ وَحُسْنُ اْلأَحْوَالِ مِنَ اْلتَّحَقُّقِ فِي مَقَامَاتِ اْلإِنْزَالِ

(Amal perbuatan yang baik merupakan perwujudan atau manifestasi dari sikap mental, sikap hati yang baik; dan sikap hati atau mental yang baik itu tumbuh dari keadaan manusia itu sadar kepada Allah SWT - LILLAH BILLAH istilah Wahidiyah).

Amal perbuatan yang baik, yaitu amal perbuatan yang memenuhi syarat-syarat di terima oleh Alloh SWT. Yaitu yang tidak kecampuran ujub riyak takkabur. Hatinya betul-betul menghadap kehadirot Alloh SWT, tidak dipengaruhi oleh nafsu. Pokoknya LILLAH BILLAH istilah Wahidiyah. Ikhlas semata-mata hanya mengabdikan diri kepada Alloh. Tanpa ada pamrih ini itu, baik pamrih duniawi atau pamrih ukhrowi. Beramal semata-mata mengabdikan diri kepada Alloh. Tidak mengharapkan pahala atau syurga, takut neraka atau siksa, akan tetapi didalam mengharap atau didalam takutnya itupun didasari melaksanakan perintah supaya mengharap dan supaya takut. Jadi diarahkan demi untuk pengabdian diri kepada Alloh.
Selanjutnya yang dimaksud “husnul ahwaal”, sikap mental yang baik, yaitu hati yang selamat dari pengakuan nafsu. Senantiasa menyadari bahwa ia dapat melakukan amal-amal ibadah apa saja itu, lahir dan batin adalah semata-mata karena fadlol Alloh SWT. Dirinya sendiri sama sekali tidak merasa mempunyai kemampuan. Istilah Wahidiyah BILLAH. LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAH !. Dan, sikap mental yang baik, yaitu yang senantiasa sadar BILLAH itu, otomatis karena mendapat sorotan ilmu-ilmu Tauhid dan Kesadaran. Dengan kata lain mendapat fadlol dan rohmat dari Alloh SWT.

Dari kesimpulannya, ilmu (yang bermanfaat maksudnya), membuahkan sikap mental yang baik (senatiasa sadar BILLAH). Dan sikap mental yang baik itu menghasilkan amal-amal yang baik pula. Yaitu amal yang ikhlas LILLAAHI TA'ALA. Jadi apabila sungguh-sungguh sadar BILLAH 100 %, artinya tidak setengah-setengah, otomatis amal-amal yang LILLAH terisi. Jadi yang paling pokok adalah BILLAH, disamping harus usaha mengisi LILLAH sebaik mungkin !. Kita yakin, didalam Wahidiyah asal sungguh-sungguh dan rajin mujahadah-mujahadah Wahidiyah insya Alloh dikaruniai kesadaran Fafiruu Ilallohi wa Rosulihi saw yang lebih meningkat dan lebih sempurna dari masa-masa sebelumnya !. Ya mudah-mudahan para hadirin hadirot, kita dikaruniai kesadaran Fafiruu Ilallohi wa Rosulihi saw yang lebih meningkat dan lebih sempurna lagi. Begitu juga keluarga kita dan ummat dan masyarakat semoga dikaruniai kesadaran Fafiruu Ilallohi wa Rosulihi saw dalam waktu yang tidak lama lagi. Amiin !. Amiin !. Amiin !. Yaa Robbal' Alamiin !.
لاَتَتْرُكِ اْلذِّكْرِ لِعَدَمِ حُضُورِكَ مَعَ اللهِ فِيْهِ لأَِنَّ غَفْلَتُكَ عَنْ وُجُودٍ ذِكْرِهِ أَشَدٌ مِنْ غَفْلَتُكَ فِي وُجُودِ ذِكْرِهِ

(Janganlah engkau meninggalkan ZIKIR dengan alasan hatimu tidak dapat hudlur ketika berzikir. Oleh karena kelalaianmu dari melakukan dzikir itu lebih berat dari kelalaian di dalam zikir).
Sekali-kali jangan meninggalkan zikir, sekalipun hatinya tidak bisa hudlur kepada Alloh. Zikir atau Mujahadah atau ubudiyah-ubudiyah lain sekalipun hatinya tidak bisa hudlur, harus dipaksa !
فَإِنَّ اْلذِّكْرُ أَقْرَبُ اْلطُّرُقَ  إِلَى اللهِ

Oleh karena zikir, ingat kepada Alloh itu adalah jalan yang paling dekat menuju kepada Alloh. Dan, merupakan setengah dari pada tanda-tanda dikasihi Tuhan.
مَنْ أَحَبُّ شَيْئًا اَكْثَرُ ذِكْرُهُ

Barang siapa cinta kepada sesuatu, senantiasa banyak ingatnya kepada yang sesuatu yang dicintai itu. Kalau orang banyak ingat kepada Alloh, ini otomatis cinta kepada Tuhan. Siapa yang mencintai Tuhan, otomatis dikasihi Tuhan.
........................................ “Lianna ghoflataka ........................................
Sekalipun Zikir atau Mujahadah atau ibadah lahiriyah lain-lain itu tidak dengan hati yang hudlur yang khusyuk, tapi otomatis masih lebih baik dari pada sama sekali tidak beribadah. Asalkan ibadah-ibadah lahir itu tidak diperalat, disalah gunakan !.
Jadi ibadah-ibadah lahir seperti sembahyang, mujahadah, tadarus Al Qur’an, baca sholawat dan lain sebagainya, sekalipun tidak bisa hudlur hatinya, tidak bisa khusyuk, harus dipaksa, harus dikhusyuk-khusyukkan. Sebab kalau lahirnya tidak beribadah dan hatinya tidak hudlur tidak khusyuk, ini berarti dua kerugian. Itu ibadah lahir yang tidak disalahgunakan. Tapi kalau ibadah lahir itu disalahgunakan ..... Ya lebih baik sama sekali tidak ibadah!. Ibadah untuk pamer umpamanya !. Lebih baik tidak ibadah sekali dari pada ibadah dipakai pamer atau di salahgunakan untuk kepentingan-kepentingan yang tidak diridlohi Alloh wa Rosuulihi saw. Kalau hanya tidak khusyuk ingat sana-sini, ini harus dipaksa !. Kalau timbul rasa untuk pamer atau penyalahgunaan ya harus dipaksa supaya tidak begitu ! Pokoknya jangan sampai ibadah diperalat !. Lha kalau ada hajat atau kepentingan, apa juga termasuk memperalat ? asal hajad yang tidak maksiat dan didasari LILLAH BILLAH, ini bukan memperalat. Atau ya memperalat, tapi memperalat untuk ibadah. Jadi baik saja. Yang dikecam yaitu apabila diperalat untuk nafsu !. Misalnya memperbanyak mujahadah, atau amalan-amalan lain agar diparingi jembar rizki untuk kepuasan nafsunya ini yang tidak boleh. Namanya memperalat ibadah untuk kepentingan nafsunya. Atau kasarnya memperalat Tuhan buat menyembah kepada nafsunya !. Ini terkecam sekali!.
Jadi tidak mujahadah, tidak ibadah dan tidak hudlur, ini lebih berat daripada ibadah atau mujahadah yang tidak hudlur tidak khusyuk. Yang lebih sempurna dan ini kita mampu, mampu usaha, yaitu lahirnya ibadah, dan dalamnya hudlur. Lisannya baca “ALLOHUMMA YAA WAAHIDU .........” hatinya juga Allohuma yaa waahidu. Lahirya baca “YAA SYAAFI’AL ........” dalamnya, hatinya juga baca yaa syafi’al .... dan seterusnya.
Maka kita harus memperbanyak zikir kepada Alloh !. Sekalipun hatinya dalam keadaan lupa tidak hudlur. Harus dipaksa !. Ini lebih sedikit kerugiannya dari pada sama sekali tidak zikir dan hatinya tidak hudlur jadi sekalipun lahimya ibadah atau zikir dan hatinya tidak hudlur, sekalipun begitu, harus dipaksa !. Insya Alloh lama kelamaan akan menjadi hudlur!. Jadi harus terus diusahakan memperbanyak zikir dan istighfar mohon tobat!.

فَعَسَى أَنْ يَرْفَعَكَ مِنْ ذِكْرِ مَعَ وُجُودِ غَفْلَةٍ إِلَى ذِكْرٍ مَعَ وُجُودٍ يَقْظَةً

Insya Alloh asal sungguh-sungguh, sekalipun pada pertamanya hatinya kesana kemari, insya Alloh diberi fadlol oleh Alloh SWT sehingga dapat zikir lahir batin.
وَاْلَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

(Mereka orang-orang yang mau sungguh-sungguh usaha menuju kepada - KU, pasti aku tunjukkan jalan - KU).
وَمِنْ ذِكْرِ مَعَ وُجُودٍ يَقْظَةِ إِلَى ذِكْرٍ مَعَ وُجُودِ حُضُورٍ

Dan akan terus ditingkatkan dari zikir dalam keadaan bangun, bersemangat kepada zikir dalam keadaan hudlur, khusyuk. Merasa senantiasa dilihat oleh Tuhan. Merasa senantiasa dikuasai oleh Tuhan.
وَمِنْ ذِكْرِ مَعَ وُجُودِ حُضُورٍ إِلىَ ذِكْرٍ مَعَ وُجُودِ غَيْبَةٍ عَمَّا سِوَى اْلمَذْكُوْرِ

Dan kalau terus usaha, nantinya akan lebih ditingkatkan lagi oleh Alloh. Yaitu zikir ma’a wuujudi ghoibatin’ammaa siwal-mazkuur. Hanya ingat kepada Tuhan, tidak berangan-angan kepada selain Tuhan. Sekalipun kepada dirinya sendiri tidak ingat, tidak membuat acara. Pokoknya hanya kepada Tuhan !. Kesadaran TAUHID yang mulus. Bahkan terhadap ingatnya kepada Tuhan itupun tidak ingat lagi. Pokoknya hanya ingat kepada Alloh. Selain Alloh tidak menjadi acara didalam hatinya.
Kalau orang sudah demikian itu ingatnya kepada Tuhan, maka otomatis dia selalu zikir tanpa disengaja. Bagaimanapun keadaannya dan apapun yang ia lakukan senantiasa dalam keadaan zikir secara otomatis. وَحِيْنَئِذٍ يَكُوْنُ الْحَق ُّلِسَانِهِ اَّلذِي يَنْطِقُ بِهِ فَإِنْ بَطَشَ هَذَا الَّذاكِرُ كَانَ يَدِهِ اْلَتِي يَبْطُشُ بِهَا وَإِنُ سَمِعَ كَانَ سَمْعُهُ اْلَذِي يَسْمِعُ بِهِ

Dan dalam keadaan seperti diatas, maka dikatakan seperti dalam Hadist Qudsi, dan uraian diatas juga nukilan dari Hadist Qudsi, yaitu bahwa ketika dia berbicara, Alloh yang berbicara; jika dia memukul dengan tangannya, maka Alloh yang menjadi tangannya; dan ketika dia mendengar Alloh yang menjadi telinganya. Maksudnya yaitu BILLAH istilah Wahidiyah. Ketika berbicara tidak merasa dirinya yang berbicara, tapi Tuhan yang membuat dia berbicara. Ketika berbuat dengan tangannya begitu juga, Tuhan yang menggerakannya. Begitu juga ketika mendengar, melihat dan sebagainya. Pokoknya tenggelam didalam LAUTAN TAUHID.............” hatta laa naro walaa nasma’a illa bihaa”.
Kecuali BILLAH.

Para hadirin-hadirot, mari kita mengadakan koreksi pada diri kita masing-masing. Sudahkah senantiasa sadar BILLAH dalam segala keadaan dan perbuatan kita ?. Mari kita terus berusaha, jangan berhenti ditengah jalan !. Ibarat anak belajar naik sepeda, pertama kali yang sering jatuh. Jatuh bangun lagi, jatuh bangun lagi. Lama kelamaan menjadi prigel, pandai naik sepeda. Bahkan dengan lepas setirpun tidak jatuh lagi. Maka harus terus berusaha !. Kalau takut jatuh ya tidak jadi bisa naik sepeda. Begitu juga soal ini, soal kesadaran kepada Alloh SWT wa Rosuulihi saw !. Ketika lupa atau senantiasa lupa kok lalu putus asa. Ya tidak akan menjadi orang sadar!. Lupa diingat-ingat lagi, lupa diingat-ingat lagi, lupa diingat-ingat lagi            ......... dan seterusnya !. Harus tlaten !. Insya Alloh akhirnya diberi oleh Tuhan. Dan dengan semangat yang berkobar-kobar. Kalau hatinya menyeleweng, cepat-cepat diarahkan lagi, nyleweng lagi diarahkan lagi ....... dan seterusnya. Dan terus berdepe-depe kepada Alloh, bertobat memohon maghfiroh, memohon petunjuk.

Ibarat orang naik sepeda, mau jatuh kekanan, setirnya dibanting kekanan. Mau jatuh kekiri dibanting kekiri!. Sehingga tidak jadi jatuh. Bahkan dengan lepas setir sekalipun tidak jatuh. Begitu juga soal ini. Pokoknya.......”WALLAZIINA  JAAHADUU  FIINA LANAHDI YANNAHUM  SUBULANAA”.

Mujahadah kok hatinya ngglambar saja, ingat sana-sini atau malas (aras- arase). Jangan putus asa !. Teruskan usaha !. Kalau perlu harus dipaksa. Memperbanyak berdepe-depe kepada Tuhan memohon ampunan, memohon barokah, karomah, nadhroh Ghoutsi Hadhaz – Zamani wa saairi Ahbaabillahi rodiyallohu Ta’ala ‘anhum!
وَهَذِهِ اْلمَعَالِمِ وَاْلمَرَاقِى لاَ يَعْرِفُ حَقِيْقَتُهَا إِلاَ اْلسَالِكُوْن

Pengalaman-pengalaman dan peningkatan batiniyah seperti diatas tidak diketahui dengan persis melainkan oleh mereka para saalik yang menempuh jalan menuju kesadaran kepada Alloh sendiri. Orang lain yang tidak mau usaha dalam bidang itu tentu tidak dapat mengetahui atau merasakannya. Tidak ada kata-kata yang dapat menguraikan bagaimana hakikat dalam rasa. Rasa gula manis. Tidak ada kata-kata yang dapat menguraikan rasa manis. Tapi dapat dirasakan oleh orang yang sedang makan gula. Begitu juga soal kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi saw. Bagaimana pengalaman-pengalaman batin yang dialami oleh mereka yang sedang dalam perjalanan peningkatan kesadaran, tidak dapat diuraikan dengan kata-kata. Jadi siapa yang ingin mengetahui harus juga menempuh jalan menuju kesadaran itu!. Tanpa begitu tidak bisa mengetahuinya.

وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللهِ بِعَزِيزٍ

Dan hal demikian itu bagi Tuhan tidak sukar. Mudah semua. Oleh karena itu tidak boleh putus asa. Harus terus tlaten !. Mengingat-ingat, memperbanyak mujahadah-mujahadah, memperbanyak berdepe-depe kepada Alloh, berdepe-depe kepada Rosuulillahi saw .... Dan seterusnya !. Husnuzdon bahkan yakin Alloh Maha Kasih sayang, Maha mengampuni daso-dosa ...dsb.
Semua ibadah yang didasari LILLAH BILLAH boleh dinamakan zikir. Siapa yang belum dapat LILLAH BILLAH harus diusahakan kalau perlu supaya dipaksa !. Jangan sampai putus asa !.
فَاذْكُرُونِي اُذْكُرْكُمْ

Berzikirlah, ingatlah kepada-KU, maka AKU pun zikir ingat kepadamu. Artinya senantiasa dilindungi, dibantu oleh Alloh SWT.
Jika orang tidak zikir tidak sadar kepada Alloh Ta’ala, dia tidak dilindungi tidak dijangkung oleh Alloh SWT. Itu jelas. Dan kalau tidak dilindungi oleh Alloh Ta’ala, otomatis dicaplok oleh imperialis nafsu ! atau, berulang kali dalam Wahidiyah kita dengar, siapa yang tidak LILLAH BILLAH otomatis LINNAFSI BINNAFSI !. Orang yang LILLAH BILLAH pasti bahagia dunia akhirot. Sekalipun di dunia menghadapi bermacam-macam ujian-ujian soal ekonomi, soal kesehatan, soal hubungan rumah tangga dan sebagainya, tapi bagi orang yang sadar kepada Alloh SWT senantiasa gembira. Sebaliknya orang yang dikuasai oleh imprialis nafsu, sekalipun serba mewah serba ada, serba tidak kekurangan soal materi, tapi dia selalu diliputi oleh kekecewaan, oleh kekuatiran senantiasa ngongso-ongso. Ingin ini keturutan, timbul ingin itu. Yang itu keturutan ingin yang lain lagi dan seterusnya, tidak ada puas-puasnya. Terus diliputi keinginan- keinginan nafsu yang tidak ada habis-habisnya!. Otomatis fikiran dan tenaganya selalu kepayahan dalam mencapai apa yang menjadi keinginan itu. Dan selalu kuatir apa yang sudah dimiliki itu lenyap dari tangannya.

Lain halnya dengan orang yang sadar kepada Alloh Ta’ala. Sekalipun ia dalam keadaan mlarat, lahirnya kelihatannya menderita tapi dia selalu ridlo kepada Alloh SWT, selalu puas kepada Alloh SWT. Tidak kuatir tidak cemas. Diwaktu mampu kecukupan soal rizki lahiriyah, dia tidak sombong dan fikirannya tidak putar-putar mengurusi hartanya. Dia senantiasa tawakal kepada Alloh SWT. Soal menjaga atau memelihara harta, atau usaha itu sudah semestinya dan dia kerjakan berdasar untuk pengabdian diri kepada Alloh Ta’ala. Dan disamping itu, dia sama sekali tidak menjagakan usahanya. Selalu diserahkan bulat-bulat kepada Alloh Ta’ala. Kalaupun dia berperhitungan di dalam usahanya, itupun didasarkan demi menjalankan perintah, yaitu perintah ikhtiar.

Pokoknya orang yang selalu zikir kepada Alloh SWT, sadar kepada Alloh SWT, bahagia dunia akhirot. Terutama diakhirot, sebaliknya orang yang tidak sadar kepada Alloh SWT rugi dunia terutama di akhirot.

Dalam hubungan ini para hadirin-hadirot, mari kita jangan putus asa !. Kita harus jalan terus. Pantang mundur, tidak mengenal istirahat. Sekalipun lahirnya, jasmaninya istirahat, tapi hatinya, batinnya teruus ......FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !. Lebih-lebih, jangan sampai menangguh-nangguhkan !. Besok saja kalau sudah longgar, kalau sudah selesai menggarap sawah, kalau sudah selesai kerja lemburan, kalau sudah menyapih anak saya, ...... kalau sudah begini dan begitu ....... Jangan sekali-kali berani begitu !.
Menangguh-nangguhkan !. Malah justru didalam kita menggarap sawah, didalam mengerjakan usaha atau pekerjaanya, didalam memelihara putra-putranya, ...........Pokok didalam kesibukan yang bagaimanapun juga, justru harus kita manfaatkan untuk FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !.

Jika dapat seperti itu para hadirin dan hadirot, besok ketika diakhirot
banyak yang terkejut, heran dan kagum !. si A si Fulan itu dulu waktu didunia
kelihatannya ya orang biasa, sembahyangnya ya biasa puasa juga biasa, tidak
ada keistimewaan-keistimewaan atau penonjolan-penonjolan. tapi sekarang kok
jaaauh di tempat yang sangat atas dari saya. Sebab ya itu tadi, hatinya selalu
zikir kepada Alloh SWT. Semua perbuatannya senantiasa dipergunakan untuk
ibadah !. Lha lebih-lebih orang yang lahiriyahnya mempeng dan tanpa
mengganggu kepada yang semestinya dan batinnya senantiasa zikir senantiasa
hudlur atau senantiasa FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW istilah
Wahidiyah, ....... lebih-lebih !.

Pokoknya orang yang sadar kepada Alloh Ta’ala adalah bahagia dunia akhirot !. Dan semua perbuatannya menjadi ibadah baginya !. Kelihatannya menggendong anaknya yang masih kecil, tapi sesungguhnya dia ibadah. Kelihatannya dipasar atau dikantor, tapi sesungguhnya dia ibadah kepada Alloh SWT!. Pokoknya........ ya seperti sudah kita fahami dan Alhamdu lillah sekalipun harus senantiasa ditingkatkan, sudah kita alami didalam Wahidiyah ini. Dan mari kita terus usaha yang lebih baik, lebih sempuma, lebih meningkat dari yang sudah-sudah. Makin banyak perbuatan atau pekerjaan kita yang didasari LILLAH BILLAH, insya Alloh makin diridloi Alloh SWT !. Maka ada dawuh:
طُوْبَى لِمَنْ طَالَ عُمْرُوهُ وَكَثُرَ عَمَلُهُ

Alangkah bahagianya orang yang umurnya panjang, ibadahnya, amalnya panjang. Itulah orang yang sempurna !. Oleh karena itu mari segala gerak-gerik tingkah laku kita jadikan ibadah semua !. Kita bekerja, kita sembahyang, baca Qur’an, puasa, mujahadah lebih-lebih harus kita jadikan ibadah semua !. Didalam kita mengatur rumah tangga, didalam kita mengatur ekonomi, mengatur pendidikan, mengatur negara, ..... pokoknya segala perbuatan ASAL BUKAN MAKSIAT, mari semua itu kita jadikan ibadah kepada Alloh SWT !. Adapun kalau maksiat ya harus tobat secepat kilat, dan didalam kita bertobat itu kita jadikan ibadah kepada Alloh SWT!.
Menjadikan segala perbuatan untuk ibadah itu adalah setengah dari pada ciri khas manusia. Malaikat ibadahnya hanya sebagian-sebagian. yang zikir, zikir saja. Yang bertasbih, tasbiih saja dan sebagainya. Tidak ada yang komplit seperti manusia, manusia ya zikir, ya sembahyang, ya sujud, ya rukuu’, ya puasa, ya mujahadah, ya makan, ya minum, ya bekerja, ya menolong kawan, .... Ya... banyak sekali, bermacam-macam. Malaikat berkeinginan menjadi manusia !. Tapi yang sudah Jadi manusia kok malah,...........bagaimana para hadirin-hadirot ?.
Setengah dari pada rahasia dari firman Alloh :
لَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنْسَانُ فِي أَحْسَانِ اْلتَقْوِيْمِ

(Sungguh AKU menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik). Manusia paling baik, paling sempurna sendiri diantara rnakhluk-rnakhluk lain. Malaikat sekalipun sempurna tidak berbuat dosa, tapi terbatas !. Manusia mendapat kesempatan beribadah dalam bidang tobat, Malaikat tidak, sebab tidak punya dosa. Sekalipun tobat itu akibat dari maksiat, tapi tobat adalah suatu ibadah Malaikat ingin tapi tidak bisa, sebab tidak berbuat dosa atau maksiat. Apanya yang ditobati !. Tobat adalah jalan yang mendekatkan kepada Tuhan. Malaikat tidak mampu atau tidak ada kesempatan untuk ini.

Itulah setengah dari pada kasih sayang Tuhan kepada kita sebagai manusia. Pokoknya tidak bisa digambarkan kasih sayang Tuhan !. Dan mari para hadirin-hadirot, semua ini kita gunakan untuk FAFIRRUU ILALLOHI WAROSUULI SAW !. Jika kita mau menggunakan segala hidup kita ini untuk FAFIRRU-ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW, bukan hanya makhluk-makhluk lain saja, tapi juga para malaikat akan menghormat kepada siapa-siapa yang mencurahkan hidupnya untuk FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !. Menghormat semuanya. Selainnya diridloi Alloh SWT  yang tidak dapat digambarkan !.

Para hadirin-hadirot, mudah-mudahan pengajian pagi ini benar-benar diridloi Alloh wa Rosuulihi saw!. Mudah-mudahan sekalipun bagaimana, misalnya ....... sekalipun gayanya agak menurun dari yang sudah-sudah, mudah-mudahan tetap bertambah ridlonya Alloh SWT. Hikmahnya, manfaatnya dan maslahahnya, mudah-mudahan terus meningkat sebanyak-banyaknya!. Ya maaf, kiranya cukup sekian pengajian ini dan sekali lagi mudah-mudahan membawa manfaat yang sabanyak-banyaknya untuk FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !. Selanjutnya waktu dan tempat dipersilahkan kepada Penyiar Pusat Wahidiyah.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar