SANGGAHAN MASALAH-MASALAH
DARI BAPAK KYAI
ABDUL MANAN JAZULY
SUMENEP MADURA
Tentang bacaan
:يَاسَيِّدِى يَارَسُوْلَ اللهِ
1. Menurut KH Abdul Manan : kata-kata tersebut sepantasnya untuk munjat.
Sanggahan :
Sungguh benar apa yang dikatakan karena kamus Bahasa arti MUNAJAT adalah pertemuan
secara sirri dengan menyampaikan isi hati. Namun kata-kata seperti itu tak ada
larangan kalau diucapkan dengan secara terbuka, seperti Hadits yang
diriwayatkan oleh Al Baihaqi dan Ibnu ‘Asakir dari Anas bin Malik RA dengan
sanad yang shohih yang menerangkan bahwa ada seorang Arobi (pedesaan) sowan
dihadapan Rosulullah SAW, meminta dimohonkan hujan kepada Allah SWT kemudian
dia mengucapkan beberapa syi’ir yang bait terakhir :
وَأَيْنَ فِرَارُ النَّاسِ إِلاَّ إِلَى الرَّسُوْلِ
|
*
|
وَكُنْ لِى مَلْجَأً فِى كُلِّ حَالٍ
|
Artinya :
Tiada tempat kembali bagi kami melainkan hanya kepada Engkau
Dan tiada tempat kembali bagi seluruh manusia kecuali kepada Rosul
2.
Menurut KH Abdul Manan Jazuli, munajat itu tidak pantas dilakukan
kecuali dengan Allah SWT.
Sanggahan :
Kalau hal itu dilihat dari segi HAQIQOT memang benar,
tapi kalau ditinjau dari segi SYARI’AT akan berlawanan dengan para Sahabat,
Ulama Salaf dan Kholaf yang melakukan
munajat dengan Rosulullah SAW dan orang-orang sholeh yang diistilahkan dengan
TAWASSUL, ISTIGOSAH dan TASYAFU’ yang
mereka telah sependapat atas diperbolehkannya.
Keterangan dalam Kitab AT-TAWASSUL karya Al-‘Alamah Al-Mufti
Muhammad Abdul Qoyyum Al-Qodiry sebagai berikut :
Para sahabat telah sependapat atas diperbolehkannya TAWASSUL kepada
Nabi SAW.setelah wafatnya, pada masa Kholifah Umar RA ada seorang sahabat yang
bernama Bilal bin Haris Al-Mazani datang di makam Nabi SAW. Di situ dia matur :
Yaa Rosulullah, mohonkan hujan untuk umat-Mu, sungguh mereka tertimpa
kehancuran (karena lama tidak hujan). Pada waktu dia tidur dia didatangi atau
ditemui Rosulullah SAW dalam mimpinya dan beliau bersabda : Hai Bilal datangi
Umar dan katakan kepadanya bahwa mereka akan diberi hujan ……. dst.
Saat itu Kholifah Umar dan para Sahabat yang hadir tiada seorangpun
yang mengingkari perbuatan dan perkataan Bilal bin Haris tersebut.
Hikayah ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Syaibah, Al Baihaqi, Al
Bukhori, Ibnul Barri dan rowi-rowi lainnya.
Syaikh Asy Syukani dalam risalahnya “DURRUN NADLID” menjelaskan
bahwa tawassul dengan selain Nabi SAW. Setelah wafat beliau telah berlaku dan
disepakati oleh para Sahabat.Dengan ini, barang siapa yang mengingkari atas
diperbolehkannya TAWASSUL dengan Nabi SAW.dan orang-orang sholeh berarti dia
merusak IJMA’. Padahal pendapat yang merusak IJMA’ itu batal dan ditolak.
Diterangkan dalam Kitab AT-TAWASSUL BIN NABIY halaman 325-326.
3.
Menurut KH Abdul Manan bahwa cara atau bacaan tersebut mengkhawatirkan
akan ternodanya iman kita dengan noda-noda syirik
Sanggahan :
Perkataan beliau itu termasuk merusak IJMA’ yang berarti
batal dan ditolak.Berdasarkan tidak ingkarnya Kholifah Umar dan para Sahabat
(ijma’us Shohabah) atas memanggil dan munajatnya Bilal bin Haris terhadap Nabi
SAW setelah beliau wafat.
Perlu diketahui bahwa banyak sekali susunan kata yang telah berlaku
yang senada dengan, antara lain :
a) Kata Syaikh Syamsuddin
Al-Mishri, wafat tahun 859 H, sebagai berikut :
فَإِلَى مَنْ تَرَى يَكُوْنُ التِجَآئِى
|
*
|
يَارَسُوْلَ الإِلهِ إنْ لَمْ تَغِثْنِى
|
Artinya : “Duhai Rosul Ilaahi, jika Engkau tak sudi menolong
aku;
Ø Kepada siapa
lagi yang engkau ketahui berlindung”
Kata Imam Abdur rohim Al-Baro’I Al-Yamani, wafat tahun 903 H :
وَلَيْسَ إِلَى سِوَاكَ لِى الْتِجَأ
|
*
|
وَكُنْ لِى مَلْجَأً فِى كُلِّ حَالٍ
|
Artinya :
“Dan Engaku tempat berlindungku disegala situasiku
Maka tiada yang kuserahi diriku selain-Mu”
Ø KataSayyid
Abdul Fatah Wafa RA :
مَالِى سِوَاكَ وَلاَأَلْوِى عَلَى أَحَدِ
|
*
|
يَاسَيِّدِى يَارَسُوْلَ اللهِ خُدْ بِيَدِى
|
Artinya :
“Duhai Pemimpinku Duhai utusan Allah, tuntunlah aku;Tiada arti
diriku tanpa Engkau, dan aku tak akan kembali kepada siapapun (selain-Mu)”
Ø Kata Imam
Muhammad Al Bushairi, wafat tahun 696 H :
سِوَاكَ عِنْدَ حُلُوْلِ الحَادِثِ العَمِمِ
|
*
|
يَأَكْرَمَ الخَلْقِ مَالِى مِنْ أَلُوْدُ بِهِ
|
Artinya :
“Duhai makhluk yang termulya, siapa lagi yang ku serahi diriku dikala
tertimpa bahaya yang merata ini kecuali Engkau”
Ø Kata Imam Ibnu
Ma’tuq, wafat tahun 1087 H :
فَقَدْ تَحَمَّلْتُ عَبْئًا فِيْهِ لَمْ أَقُمْ
|
*
|
يَاسَيِّدِى يَارَسُوْلَ اللهِ خُدْ بِيَدِى
|
يُجِيْرُنِى
مِنْ عَذَابِ اللهِ والنِقَمِ
|
|
إِنْ لَمْ تَكُنْ لِى شَفِيْعًا فِى المِعَادِ فَمَنْ
|
Artinya :
“Duhai pemimpinku, Duhai Utusan Allah, tuntunlah aku; sungguh … aku
menanggung beban yang aku tak mampu memikulnya”
“Bila Engkau tak sudi menolongku dihari kemudian; Maka siapa lagi
yang menyelematkan dari siksaan A00llah”
Bagi yang ingin
mengetahui labih banyak tentang susunan Tawassul dan Istighotsah yang senada
dengan itu, dipersilahkan membaca Kitab Syawahidul Haq dan Sa’adatud Daroini,
karangan Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani dan Kitab-Kitab lainnya,
4.
Dalam risalah Bapak KH Abdul Manan Jazuli terdapat ibarot-ibarot
sebagai berikut :
1.
قُلْ لِلّهِ الأَمْرُ جَمِيْعًا
2.
قُلْ لِلّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيْعًا
3.
وَلاَتَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلاَّ لِمَنْ
أَذِنَ لَهُ الرَّحْمنُ
4.
وَلاَتَدْعُ مِنْ دُوْنِ اللهِ إِلهًا آخَرَ
Sanggahan :
Ibarot-ibarot tersebut tidak sesuai dengan susunan ayat-ayat
Al-Qur’an kecuali nomer dua :
Lantas dari mana beliau mengambilnya ?
Kami menemukan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut :
a) .بَلْ لِلّهِ الأَمْرُ جَمِيْعًا
Dengan diawali
dengan kalimat Bal bukan Qul. Ayat ini ditujukan kepada
orang-orang musyrik Makkah termasuk Abu Jahal bin Hisyam dan Abdillah bin
Umayah. Keterangan T. khozin dan T. Jamal
b) قُلْ لِلّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيْعًا
Ayat ini
ditujukan kepada orang-orang musyrik dikala mereka mencari penolong selain
Allah yang terdiri dari berhala yang mereka jadikan sebagai tuhan sesembahan
dengan tanpa dalil dan petunjuk.Padahal berhala-berhala itu tidak berakal dan
tidak bisa mendengar, bahkan hanya merupakan benda padat. Begitulah kesepakatan para Mufassirin (T. Jamal, T. Showi dan T.S
Munir)
c) يَوْمَئِذٍ لاَتَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلاَّ لِمَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمنُ
وَرَضِىَ لَهُ قَوْلاً
Ayat ini
menggunakan kalimat يَوْمَئِذٍ tidak ada WAWU nya. Ayat ini mempunyai arti bahwa dihari
kemudian nanti syafa’at (pertolongan) itu tak akan berguna seseorang kecuali
orang yang di izinkan oleh Allah Yang Maha Pengasih untuk menerimanya dan
diterima oleh Allah SWT. Salah
satu ucapannya ya itu “PENYAKSIAN BAHWA TIADA SELAIN ALLAH” dan dia mati dalam
agama Islam walaupun buruk amal perbuatannya.
Ayat ini
merupakan dalil yang paling kuat atas terjadinya syafa’at (pertolongan)
terhadap orang-orang yang fasiq dan syafa’at itulah yang paling berguna bagi
mereka.Tafsir Munir juz II halaman 29.
Wal hasil :
setiap orang yang mengucapkan kalimat لاإله إلاّ الله di dunianya dan dia mati dalam agama Islam (husnul khotimah) bisa
atau boleh diberi syafa’at.
d) فَلاَتَدْعُ مَعَ اللهِ إِلهًا آخَرَ (الشعراء : 213) وَلاَتَدْعُ مَعَ اللهِ
إلهًا آخَرَ (القصص : 88)
Ayat ini
diawali dengan huruf Fak dalam ayat yang pertama dan wawu di ayat kedua dan
dengan kalimat مع
الله di kedua-duanya serta tidak ada kalimat
seperti dalam risalah Bapak KH Abdul Manan diatas.
Adapun ayat
yang ada kalimat من دون الله yang sehubungan dengan ayat-ayat tersebut kami temukan
dalam surat Yunus : 106 begini :
وَلاَتَدْعُ مِنْ دُوْنِ اللهِ مَالاَ
يَنْفَعُكَ الأية
Yakni : kamu
jangan menyembah selain Allah yang tak bisa memberi manfaat padamu …dst
Ayat-ayat
tersebut diatas walaupun redaksinya menunjukkan ‘mumil-laf-dhi- tidak
menunjukkan hususis sabab, akan tetapi ayat-ayat tersebut tidak ditujukan
kepada orang-orang yang bertawasul dan istighotsah sebagaimana dugaan mereka
yang ingkar atas diperbolehkannya bertawassul dan istighotsah.Karena sesuatu
yang dilakukan orang-orang kafir (yang dimaksud dalam ayat-ayat tersebut) tidak
terdapat dalam prilakunya orang-orang yang bertawassul dan istighotsah.Karena
mereka tidak beri’tiqad dan menyembah selain Allah dan tak ada satupun dari
mereka yang menganggap para Nabi dan para Wali itu sebagai Tuhan sesembahannya
dan sebagai sekutu bagi Allah SWT.Sebagaimana yang dilakukan oleh orang –orang
musyrik dalam menyembah berhala.Dan mereka yang bertawassul tidak bertujuan
dalam tawassulnya kecuali hanya memohon syafa’at kepada Beliau-beliau, karena
beliau-beliau itu sebagai kekasih Allah yang seumpurna dalam keimanannya,
sehingga beliau-belaiu diberi izin oleh Allah SWT. Untuk memberikan
pertolongannya (pada orang yang berhak)
Firman Allah
dalam surat Maryam ayat 87:
لاَيَمْلِكُوْنَ
الشَّفَاعَةَ إِلاَّ مَنِ اتَّخَدَ عِنْدَ الرَّحْمنِ عَهْدًا
Kebanyakan
Mufassirin mengatakan : ”yang dimaksud “AL ‘AHDU” adalah ucapan. Makna ayat
tersebut adalah mereka tidak bisa memperoleh pertolongan kecuali orang yang
mengucapkan kalimat “LAA ILAHA ILLAH” atau ringkasnya : “tidak bisa memperoleh
syafa’at kecuali orang-orang yang beriman.
Dan firman
Allah SWT dalam surat Az-Zuhruf ayat 87:
لاَيَمْلِكُ
الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهِ الشَّفَاعَةَ إِلاَّ مَنْ شَهِدَ بِالحَقِّ وَهُمْ
يَعْلَمُوْنَ
Yang dimaksud
dengan ayat ini adalah berhala-berhala bukan Nabi-Nabi kita SAW, para Nabi dan Para Wali. Para Nabi dan Para Wali
diberi atau diperbolehkan memberikan pertolongannya karena musyahadahnya kepada
Allah Maha Benar dengan penuh kewaspadaan dan pengertian. Dalam suatu hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari Anas dengan sanad yang shohih, Beliau
Nabi SAW bersabda :
الأَنْبِيَآءُ أَحْيَاءُ فِى قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ
“Para Nabi itu tetap hidup dalam kuburnya, mereka bersujud”.
Diriwayatkan
oleh Al-Bizari dari Ibni Mas’ud dengan sanad yang shohih bahwa Nabi kita SAW
bersabda :
حَيَاتِى خَيْرٌ لَكُمْ وَمَمَاتِى خَيْرٌ لَكُمْ . وَأَمَّا حَيَاتِى
فَأَسُنُّ لَكُمْ السُّنَنَ وَأَشْرَعُ لَكُمْ الشَّرَائِعَ وَأَمَّا مَمَاتِى
فإِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ. فَمَارَأَيْتُ مِنْهَا حَسَنًا حَمِدْتُ
اللهَ وَمَا رَأَيْتُ مِنْهَا سَييِّئًا اسْتَفغْفَرْتُ اللهَ لَكُمْ.
“Hidupkumenguntungkan padamu dan matiku juga menguntungkan
padamu. Adapun dimasa hidupku aku memberi tuntunan dan mengatur padamu, dan
setelah aku mati, semua amal perbuatanmu ditunjukkan padaku, jika aku
mengetahui amal kebaikanmu, aku memanjatkan puji kepada Allah dan diwaktu
mengetahui amalmu yang buruk, aku memohonkan ampun kepada Allah untukmu”
Syaikh Ahmad
Showi berkata : “Barang siapa beri’tikat bahwa Nabi SAW tidak ada artinya
setelah Beliau wafat bahkan menganggap bahwa beliau hanya seperti manusia biasa
dialah orang sesat dan menyesatkan”. T. Showi juz I hal 161.
فَمَنْ اعْتَقَدَ أَنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَنَفْعَ
بِهِ بَعْدَ المَوْتِ بَلْ هُوَ كَأَحَدِ النَّاسِ فَهُوَ ضَالٌّ وَمُضِلٌّ.
MUHIMMAH
1)
مِنََ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ
الكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ (انبياء : 36)
“Sebagian orang-orang Yahudi memindahkan kalimat-kalimat (kitabnya)
dari tempat semulanya”
2)
Dari Ibni ‘Umar RA bahwa Rosulullah SAW :
أَخْوَفُ مَا
أَخَافَ عَلَى أُمَّتِى رَجُلٌ مُتَأَوِّلٌ بِالقُرْأَنِ يَضَعُهُ فِى غَيْرِ
مَوْضِعِهِ
“Sesuatu yang paling aku takuti atas umatku
adalah orang menakwil Al Qur’an, dia menempatkan (isi) Al Qur’an di tempat yang
lain (bukan tempatnya)”
3)
Diriwayatkan oleh Al Bukhori dari Ibni Umar RA. Beliau menguraikan
sifat-sifat kaum Khowarij :
إِنَّهُمْ انْطَلِقُوْا إِلَى آيَاتٍ وَرَدَتْ
فِى الكُفَّارِ فَحَمِلُوْهَا فِى المُؤْمِنِيْنَ
“Mereka mencari ayat-ayat yang ditujukan
kepada orang-orang kafir, kemudian mereka memindahkan ayat-ayat itu untuk
orang-orang mukmin”.
4)
Nabi kita SAW bersabda :
الخَوَارِجُ
كِلاَبُ النَّارِ
“Kaum Khowarij itu anjing-anjingnya neraka”.
H.R Hakim dari Abi Umamah atau H. Shohih
5)
Mempersamakan orang-orang Islam yang memaha satukan tuhan dalam
ibadahnya dengan orang-orang kafir yang mengingkari Allah bahkan menyembah
sesembahan selain-Nya akan berlawanan. Firman Allah SWT :
أَفَتَجْعَلُ
المُسْلِمِيْنَ كَالمُجْرِمَيْنَ مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُوْنَ
“Apakah Aku jadikan orang-orang muslim seperti
orang-orang mujrimin (berdosa) bagaimana kamu member hukum ?”
TENTANG BACAAN
وَانْظُرْ
إِلَيَّ سَيِّدِى بِنَظْرَةٍ ... إلخ
Bapak Manan menanyakan : Apa mafhumnya nadhroh ? dan apa mafhumnya
robbini ?
Jawab :
Kalimat “NADHROH” menurut ahli arti bahasa adalah “kasih sayang”.
Dikatakan : dia memandang dengan pandangan nadhroh” artinya dengan pandangan
kasih sayang. Menurut istilah, NADHROH
adalah pemberian dan tarbiyah rohaniyah atau pandangan hati, sebagaimana yang
terjadi dikalangan para sahabat ketika mendengarkan wahyu yang dibacakan oleh
Rosulillah SAW. Mereka berkata :cakuplah kami dengan nadhrohmu (pandanganmu).
Namun karena kalimat RO’INA adalah kalimat yang telah digunakan untuk kata-kata
penghinaan oleh orang-orang Yahudi, maka
Allah SWT berfirman :
يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ
آمَنُوْا لاَتَقُوْلُوْا رَاعِنَا وَقُوْلُوْا انْظُرْنَا (البقرة : 104)
“Wahai orang-orang yang beriman, kamu sekalian
yang berkata : “ROO’INA”, dan berkatalah “UNDHURNA” yakni : pandanglah kami, supaya
Allah membukakan hari kami”.
Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 46 :
وَلَوْ
أَنَّهُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
وَأَقْوَامًا (النساء : 37)
“Seumpama mereka mau mengatakan : Kami menerima,
kami taat, terimalah dan pandanglah kami (berilah kami nadhroh) niscaya
perkataan itu lebih baik dan tepat bagi mereka”.
Dalam kitab Al-Ibriz, Sayyid Ahmad Mubarok berkata : “Ada suatu hal
(kesadaran) yang diturunkan dari Allah SWT yang tak ada kemampuan untuk
menerimanya kecuali Beliau Nabi SAW. Dan setelah dikeluarkan (dipancarkan) dari
Beliau Nabi SAW tak ada yang mampu menerimanya kecuali Jiwa Beliau Ghouts.Dan
dari Jiwa Beliau Ghouts terbagi-bagi atas Quthub tujuh dan dari tujuh Qhuthub terbagi
atas ahli diwan.Dan tashorufnya tujuh Quthub tersebut atas perintah Ghouts.
Dengan ini, yang lebih tepat di masa kita ini adalah selalu memohon
nadhroh kepada Beliau Ghouts walaupun kita belum tau siapa pribadi Beliau,
namun Beliau sudah mengenal kita dengan jelas. Seperti hadits yang diriwayatkan
oleh Al-Bazari RA dari Anas RA dengan sanad yang shohih :Beliau Nabi SAW
bersabda :
إِنَّ لِلّهَ
عِبَادًا يَعْرِفُوْنَ النَّاسَ
“Sesunggauhnya Allah SWT mempunyai hamba-hamba
yang selalu mengenal manusia”.
Yakni : mereka melihat hati dan tingkah laku seluruh manusia dengan
dibukanya tutup dari pandangan bathin
mereka.
Syaikh Bahauddin An-Naqsabandi berkata :
وَنَظْرُهُ
شَافٍ لِلأَمْرَاضِ القَلْبِيَّةِ وَتَوَجُّهُهُ رَافِعٌلِلْعِلَلِ
المَعْنَوِيَّةِ, وَصَاحِبُ هذه الكَمَالَةِ إِمَامُ الوَقْتِ وَصَاحِبُ
الزَّمَانِ.
“Pandangan Ghouts menyembuhkan
penyakit-penyakit hati dan tawajjuhnya menghilangkan penyakit-penyakit
maknawi.Beliau yang memiliki kesempurnaan ini adalah iman pada waktu itu dan
sebagai shohibuz zaman (Ghouts Zaman)”. Bahjatus Saniyyah hal : 41.
Syaikh Abdul Wahab Asy-Sya’roni berkata :
إِذَا مَاتَ
القَطْبُ الغَوْثُ انْفَرَدَ اللهُ بِالخَلْوَةِ لِقَطْبٍ آخَرَ
“Jika seorang Quthub yang berkangkat Ghouts
meninggal dunia Allah mengganti kekosongan itu dengan quthb yang lain”.
TARBIYAH adalah limpahan rohnya seorang kamil yang memberikan
tarbiyah kepada yang diberi tarbiyah (muroba).
Dalam kitab Tafrihil Khothir halaman 5 diterangkan :
Sesungguhnya limpahan rohani orang-orang yang kamil itu ada
beberapa cara :
1.
Tarbiyah Beliau di alam nyata dengan musyafahah dan berhadapan
2.
Tarbiyah Beliau dengan tanpa melihat. Tarbiyah ini terkadang
bersamaan waktunya (masa hidupnya) antara penarbiyah dan yang ditarbiyah atau
sesudahnya. Yang awal seperti tarbiyah Rosulullah SAW kepada Uais Al-Qoroni RA.
Yang kedua seperti tarbiyah Syaikh Ja’far Shodiq RA terhadap Aba Yazid Al
Basthomiatau seperti tarbiyah Beliau Nabi SAW setelah wafat Beliau.
3.
Tarbiyah dengan atau dalam mimpi. Kedua tarbiyah ini (yang kedua
dan ketiga) dinamakan FAIDUL BAROKAH.
4.
Tarbiyah di alam roh seperti tarbiyah Beliau Nabi SAW terhadap para
Nabi sebelumnya. Tarbiyah ini disebut “TARBIYATUR RUH”.
TENTANG BACAAN :
اللّهُمَّ
بَارِكْ فِيْمَا خَلَقْتَ وهذه البَلْدَةِ
PERTANYAAN :
Apa mafhumnya “MAA KHOLAQTA” padahal diantaranya makhluk Allah SWT
adalah Iblis dan neraka Jahanam. Apa mungkin memperoleh barokah dalam Iblis,
neraka Jahanam dan sepadanya ?
JAWAB :
Yang dimaksud denga “MAA KHOLAQTA” adalah selain Allah SWT
(makhluk).BAROKAH adalah tambahnya kebaikan.Kata barokah menurut aslinya adalah
tetapnya kebaikan yang dari Allah dalam sesuatu.Kemudian kalimat itu digunakan
dengan arti tambah dan tumbuh.
Keterangan dari kitab : Asy-Sya’roni ‘Alat Tahrir halaman : 7 juz :
I sabda Nabi SAW :
إِذَا
دَعَوْتُمْ فَعَمِّمُوْا دُعَاءَكُمْ
“Jika kamu sekalian berdo’a ratakanlah do’amu
(berdo’alah dengan cara umum)”.
Dalam syari’at Islam tidak ada larangan tentang berdo’a dengan cara umum
(merata). Padahal diperbolehkannya sesuatu itu tidak terhenti dengan adanya
perintah melainkan berdasarkan tidak adanya larangan. Sebagaimana dijelaskan
dalam ilmu ushul : “Sesuatu yang tiada dalil nash yang melarang itu boleh
dilakukannya”.Keterangan dalam kitab AT-TAWASSUL BIN-NABI halaman : 281.
Telah kita maklumi bahwa Allah SWT mengutus Rosulullah SAW. untuk
memberikan rohmat pada seluruh ‘alamin.
Firman Allah SWT :
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ (الأنبيآء : 108)
“Syaikh Ahmad As-Showi : yang dimaksud dengan
‘alamin adalah manusia dan jin yakni yang baik dan yang buruk, orang mukmin dan
orang kafir.
Sabda Nabi SAW :
اللّهُمَّ
اجْعَلْ بِالمَدِيْنَةِ ضِعْفَى مَا جَعَلْتَ بِمَكْةَ مِنَ البَرَكَةِ (رواه
البخارى ,صحيح البخارى الأول : 321)
“Kata Madinah menunjukkan arti umum walaupun
dibatasi sebagaimana do’a kami juga menunjukkan arti umum”.
Menurut perasaan dan kenyataan tidak ragu-ragu lagi bahwa dimadinah
ada beberapa hal yang tidak diridloi oleh AllahSWT, tetapi sebagaimana yang
kita ketahui dalam islmu ushul bahwasanya kalau ada suatu syara’ yang
menunjukkan arti umum dan menurut kenyataan ditahsis dengan sebagian arti umum
itu maka kenyataan itu menaksis para arti umum tersebut, sebagaimana qoidah :
Menaksis dengan kenyataan itu diperbolehkan.
Firman Allah SWT :
إنِّى وَجَدْتُ
امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوْتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْئٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيْمٌ
(النمل : 24)
Menurut kenyataan Ratu bilqis tidak memiliki sesuatu yang dimiliki
Nabi Sulaiman. Keterangan dalam kitab As-Sulam hal : 23.
Begitu juga do’a kita.Bilamana tidak mungkin memperoleh barokah
dalam Iblis dan lainnya dari hal-hal yang tidak diridloi oleh Allah SWT maka
itu termasuk menaksis dengan adanya kenyataan, dan bilamana mungkin.
TENTANG BACAAN :
Artinya : Kembalilah dan bersandarlah dalam segala urusanmu kepada
Allah SWT, adapun mengulang-ulangi panggilan ini untuk memperdalam memberikan
bekas.
Coba lihatlah do’a sebelumnya :
بَلِّغْ
جَمِيْعَ العَالَمِيْنَ نِدَاءَنَا هَذا وَاجْعَلْ فِيْهِ تَأْثِيْرًا بَلِيْغًا
Jadi yang menyampaikan kepada Jami’al ‘alamin adalah Allah SWT.
Firman Allah SWT :
وَأَذّنْ فِى
النَّاسِ بِالحَجِّ يَأْتُوْكَ رجَالاً وَعَلى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِيْنَ مِنْ
كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ (الحج : 27)
Diriwayatkan bahwa Nabi Ibrohim matur kepada Allah SWT :
Yaa Tuhanku bagaimana aku menyampaikan kepada seluruh manusia
padahal suaraku tidak bisa sampai pada mereka ?
Allah menjawab : Panggillah mereka dan Akulah yang menyampaikan.
Kemudian Nabi Ibrohim naik ke atas gunung Abi Qubais, Beliau memanggil manusia
dengan menghadap empat penjuru.
KETERANGAN DALAM KITAB IBNU KATSIR DAN TAFSIR JAMAL :
وَقُلْ جآءَ
الحَقُّ وَزَهَقَ البَاطِلُ إِنَّ البَاطِلَ كَانَ زَهَوْقًا
Diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim dari Ibni Mas’ud RA beliau
berkata :
دَخَلَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَّةَ يَوْمَ الفَتْحِ وَحَوْلَ
الكَعْبَةِ ثَلَثُمِائَةٍ وَسِتُّوْنَ نَصَمًا فَجَعَلَ يَطْعَنُهَا بِعُوْدٍ
كَانَ فِى يَدِهِ وَيَقُوْلُ : جَآءَ الحَقُّ وَزَهَقَ البَاطِلَ إِنَّ البَاطَلَ
كَانَ زَهُوْقًا
Pada waktu terbukanya Negara Makkah, Rosulullah SAW masuk ke dalam
Masjid dan disekitar Ka’bah terdapat 360 berhala itu digulingkan oleh
Rosulullah SAW dengan memakai kayu yang dibawanya dengan mengucapkan ayat :
وَقُلْ جَآءَ
الحَقُّ وَزَهَقَ البَاطِلَ إِنَّ البَاطَلَ كَانَ زَهُوْقًا
Syaikh Nawawi Addimsyiqi dalam Syarah Muslinnya menerangkan pada
waktu menghilangkan kemungkaran disunnatkan membaca ayat :
وَقُلْ جَآءَ
الحَقُّ وَزَهَقَ البَاطِلَ إِنَّ البَاطَلَ كَانَ زَهُوْقًا
PERINGATAN :
Firman Allah SWT :
إِنَّ
الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ أَنْ تَشِيْعَ الفَاخِشَةَ فِى الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيْمٌ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ
لاَتَعْلَمُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang yang suka menyebarkan
keburukannya orang-orang yang beriman, mereka akan memperoleh siksaan yang
pedih di dunia dan akhirat. Allah
Maha mengetahui dan kamu sekalian tidak tahu.
YAA SAYYIDII YAA RASULALLAH
BalasHapusFAFIRRU ILALLAH
Ya sayyidi ya rasulallah
BalasHapus